Jakarta, 4 Sya’ban 1438/ 1 Mei 2017 (MINA) – Seorang pengurus Serikat Guru Indonesia (SEGI), Jakarta, Asrul Raman, mengatakan, pendidikan karakter tidak hanya tanggung jawab guru di sekolah.
“Pendidikan karakter di sekolah selama ini diberikan tanggung jawab kepada guru Bimbingan Penyuluhan (BP) /Bimbingan Konseling (BK), ini problem dasarnya sehingga yang terjadi hanya penindakan saja tanpa dibarengi pencegahan,” ujarnya dalam sebuah diskusi publik menyambut Hari Pendidikan Nasional pada Rabu 1/5 di Jakarta.
Menurutnya, pendidilan karakter seharusnya melibatkan Cognitive (kognitif), Feeling (perasaan) dan action (tindakan). Ketiga aspek tersebut harus saling menyelimuti satu sama lainnya, dengan adanya pengawal atau pengawasan baik dari pihak sekolah maupun di luar sekolah.
“Intinya, pendidikan karakter itu harus dikawal oleh banyak pihak, baik yang di dalam sekolah maupun yang di luar sekolah,” tuturnya.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Ia menjelaskan pihak lain yang terlibat dalam menanamkan pendidikan karakter yaitu, pihak keluarga, sekolah dan lingkungan.
“Dalam menanamkan pendidikan karakter setelah guru, orang tua perlunya mengontrol siswa (anaknya) dan masyarakat yang memberikan contoh yang baik,” ujarnya.
Ia menambahkan, adanya kendala dalam pendidikan karakter tidak hanya dari siswa, melainkan orang tua dan masyarakat yang kurang mendukung.
Hari Prasetyo dari Pengurus Serikat Guru Indonesia (SEGI) Jakarta mengatakan, kendala dan tantangan dalam implementasi pendidikan karakter dan kebhinekaan di lembaga pendidikan swasta terletak di tiga pilar yaitu dari sekolah, rumah dan lingkungan.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
“Terutama di dalam sekolah, kualitas dan karakter dari guru memerlukan pelatihan dan penguatan untuk dijadikan role model peserta didik. Tentunya juga dilakukan perbaikan dalam manajemen sekolah. Dari rumah pun, orangtua juga mendukung program sekolah untuk menjadi role model yang baik untuk anak-anaknya. Untuk itu, perlu sinergi kerjasama dengan sekolah melalui kegiatan Parenting,” katanya.
Diskusi publik ini digelar dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang digelar oleh SEGI Jakarta dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), dengan tema “Refleksi Revolusi Mental di Pendidikan Dalam Penguatan Karakter Guru dan Siswa“ di Kantor Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Jakarta Selatan, Senin (1/5).
Menurut FSGI dalam memperingati Hardiknas Tahun 2017, ada dua hal terkait dengan karakter yang menjadi catatan yaitu; kekerasan dalam pendidikan yang semakin masif dan mengerikan, dan berkurangnya sikap toleran dalam menerima keberagaman dan menurunnya nilai-nilai kebangsaan di sekolah.
Adapun pembicara dalam acara tersebut, Doni Koesoema Dewan Pengawas FSGI, Itje Chodijah Anggota Dewan Pendidikan, Asrul Manan pengurus SEGI Bima, Hari Prasetyo Pengurus SEGI Jakarta.(L/R10)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis
Baca Juga: Universitas Lampung Sepakati MoU dengan Chosun University of Korea