Damaskus, 19 Ramadhan 1435/17 Juli 2014 (MINA) – Bashar Al-Assad resmi dilantik sebagai Prsiden Suriah untuk masa jabatan tujuh tahun ketiga setelah pemilihan umum dilaksanakan sebagai isyarat pembangkangan melawan Amerika Serikat (AS), negara Barat dan dunia Arab yang menginginkan kejatuhannya.
Dengan tangan kanannya di atas Al-Quran, kitab suci Islam, Assad mengambil sumpah di Istana Rakyat di ibukota Damaskus, The New York Times yang dikutip MINA.
Hari pelantikan itu tetap mendapat perlawanan dari pihak oposisi dengan diluncurkannya lima tembakan mortir ke Damaskus yang menewaskan empat orang. Dua peluru mendarat di pusat Umayyah Square.
Sebelumnya, televisi pemerintah menyiarkan video langsung dari pemimpin Suriah yang tiba dengan sedan hitam di mana band militer memainkan lagu kebangsaan.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Sambil tersenyum dan percaya diri, Assad (48), berjalan di atas karpet merah dan menginspeksi pengawal kehormatan sebelum memasuki ruang penuh sesak oleh anggota parlemen dan pejabat lainnya.
Sementara itu, aliansi oposisi utama Suriah, Koalisi Nasional, mengecam dan mengejek Presiden Assad yang menekankan kepada “dialog nasional” dan “konsensus” selama pidato pelantikannya.
“Membicarakan konsensus nasional di bawah bayang-bayang pesawat tempur dan tank merupakan langkah yang buruk yang akan gagal untuk meyakinkan rakyat,” Nasr Al-Hariri, Sekretaris Jenderal Koalisi Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi, mengatakan Rabu, World Bulettin melaporkan.
Anggota koalisi Ahmad Cakal dalam sebuah pernyataan tertulis mengkritik fakta bahwa upacara pelantikan Assad digelar di Istana Presiden, bukan di parlemen.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
“Sumpah dalam upacara diadakan di majelis nasional di negara-negara demokratis yang menghormati rakyatnya. Assad, bagaimanapun, melancarkan lelucon yang belum pernah terjadi sebelumnya,” katanya.
Assad dinyatakan secara resmi telah memenangkan hampir 90 persen suara dalam pemilu yang oleh banyak negara Barat disebut “palsu”. Tapi Assad pada hari Rabu mengatakan bahwa “bagi rakyat Suriah, pemilihan presiden itu seperti peluru yang diarahkan ke dada para teroris”.
Perkiraan terbaru dari jumlah yang terbunuh dalam perang di Suriah sekitar 170.000. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, yang berbasis di London yang mengumpulkan informasi dari kontak di Suriah, mengungkapkan bahwa sejak pemilu 4 Juni, tercatat 743 warga sipil telah tewas. (T/P09/R2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon