Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Astronot Muslim, Pangeran Sultan Tetap Berpuasa Ramadhan di Luar Angkasa

sajadi - Selasa, 5 Mei 2020 - 15:33 WIB

Selasa, 5 Mei 2020 - 15:33 WIB

8 Views

Riyadh, MINA – Astronot muslim dan Arab pertama di dunia, Pangeran Sultan bin Salman tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan shalat ketika ia menjalankan misi luar angkasa 35 tahun lalu di atas American Space Shuttle Discovery.

Putra dari Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz tersebut bahkan mengaku bisa menghatamkan Al-Quran dalam lima hari saat luar angkasanya itu.

“Allah memberi saya keberkahan untuk membaca seluruh Al-Quran dalam lima hari. Setelah melakukan tugas sehari-hari saya, seperti eksperimen ilmiah, fotografi, dan tindak lanjut dari peluncuran satelit. Saya mendedikasikan sebagian besar waktu luang saya untuk membaca, “kata Pangeran Sultan, seperti dikutip dari Anadolu Agency (AA) Selasa (5/5).

Dalam bukunya yang berjudul “Seven Days in Space“, Sultan mengungkapkan pengalamannya saat menjalankan misi di tengah bulan Ramadhan pada 17 Juni 1986.

Baca Juga: Mahmoud Khalil Aktivis Mahasiswa Palestina yang Terancam Deportasi dari AS

Meski fatwa almarhum Mufti Kerajaan, Syekh Abdulaziz bin Baz menyatakan Sultan dibebaskan untuk puasa selama perjalanan, ia ternyata tetap berpuasa, Puasa hari pertamanya adalah ketika ia berada di ketinggian 387 km di atas permukaan bumi.

Pada saat itu Sultan mengaku merasa lelah karena kurang tidur. Pasalnya dalam kondisi tanpa gravitasi, sulit untuk mendapatkan tidur penuh yang normal. Ia kemudian berbuka berdasarkan perhitungan kalender Florida.

Buka puasa pertamanya di luar angkasa adalah ayam asam manis. Sultan mengungkapkan, untuk berpuasa di luar angkasa tidak lah lebih sulit daripada shalat di pesawat ulang alik.

“Anda harus memasang kaki anda di dalam pengikat khusus untuk berdiri kokoh di dalam pesawat ulang-alik, karena gravitasi nol,” ungkap Sultan dalam bukunya.

Baca Juga: Prof Teungku Muslim Ibrahim, Ahli Fatwa Aceh Kontemporer

“Sujud tidak mungkin, hanya sebagian saja yang mungkin. Juga, pada suasana ini, sujud menyebabkan pusing,” tambahnya.

“Saya memohon kepada Allah untuk memberikan kesuksesan pada kita semua dalam misi yang menantang ini sehingga kita saling menghormati kepercayaan masing-masing. Shalat Subuh membuat saya nyaman dan optimis, ”katanya.

Misinya membantu meluncurkan satelit untuk Organisasi Komunikasi Satelit Arab (Arabsat). (T/RE1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Cut Nyak Dien, Pahlawan Besar dan Teladan Wanita Aceh

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Khutbah Jumat
Kolom
Palestina
Kolom
Palestina