Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atif Dudakovic; Bosnia dan Gaza

Redaksi Editor : Arif R - Senin, 15 September 2025 - 10:16 WIB

Senin, 15 September 2025 - 10:16 WIB

110 Views

Atif Dudakovic (Photo: BIRN)

KETIKA dunia Islam hari ini menatap Gaza yang hancur oleh agresi Israel, sejarah menghadirkan satu nama yang layak dikenang: Atif Dudaković. Ia adalah komandan militer Bosnia yang berhasil menghentikan genosida Serbia pada perang Bosnia (1992–1995).

Sosok Atif Dudaković menjadi simbol keberanian dan perlawanan, sekaligus antitesis dari sikap sebagian besar pemimpin Muslim dunia saat ini yang hanya bisa mengutuk tanpa aksi nyata.

Dudaković lahir pada 2 Desember 1953 di Orahova, Bosnia. Awalnya ia adalah perwira profesional di tentara Yugoslavia. Namun, ketika perang etnis pecah dan warga Muslim Bosnia dibantai dalam pembersihan etnis, ia memilih meninggalkan kenyamanan jabatannya dan berdiri bersama rakyatnya.

Keputusan itu mengubah arah hidupnya: dari seorang prajurit negara multietnis menjadi panglima pertahanan bangsa yang hampir punah.

Baca Juga: Tiga Ulama, Satu Napas Keilmuan Pesantren Lirboyo

Korp Kelima: Tembok Terakhir Bosnia

Peran paling penting Dudaković terlihat ketika ia memimpin Korp Kelima (V Corps) di Bihać. Kota itu dikepung pasukan Serbia dari segala arah. Dalam kondisi serba kekurangan, minim senjata, logistik, hingga tenaga tempur, Dudaković berhasil menjaga kota agar tidak runtuh.

Bukan hanya bertahan, Korp Kelima bahkan melancarkan serangan balik. Operasi Sana 95 yang dipimpinnya berhasil merebut wilayah strategis dan memberi tekanan besar pada Serbia. Keberhasilan ini menjadi kunci lahirnya Perjanjian Dayton (1995) yang mengakhiri perang Bosnia.

Pemimpin yang Turun ke Lapangan

Baca Juga: Sunan Bonang, Sang Penuntun Jiwa yang Mengharmonikan Cahaya Islam dan Budaya Nusantara

Yang membuat Dudaković dihormati bukan sekadar pangkatnya, melainkan sikapnya yang selalu dekat dengan prajurit. Ia kerap berjalan bersama tentaranya di hutan-hutan Bosnia, ikut merasakan dinginnya malam, berbagi makanan seadanya, dan menyalakan semangat di tengah kepungan.

Kesaksian para prajurit menyebutkan, ia selalu berkata dengan nada optimis:

“Kita tidak hanya berperang untuk tanah, kita berperang agar anak-anak kita punya masa depan.”

Kalimat sederhana itu menjadi bahan bakar moral pasukan yang kala itu kehilangan keluarga, rumah, bahkan kampung halaman.

Baca Juga: Prof. Omar Yaghi, Seorang Pengungsi Palestina yang Menangkan Hadiah Nobel Bidang Kimia

Bosnia dan Gaza: Luka yang Sama

Perang Bosnia mencatat tragedi memilukan: lebih dari 100 ribu orang tewas dan 2 juta lainnya mengungsi . Gambaran itu kini seakan terulang di Palestina. Gaza dikepung, ribuan warga sipil tewas, infrastruktur hancur, dan dunia kembali hanya menyaksikan.

Dari Bosnia, kita belajar bahwa diplomasi tanpa perlawanan nyata jarang berhasil menghentikan genosida. Dudaković menunjukkan bahwa keberanian, organisasi rakyat, dan kepemimpinan militer yang strategis bisa memaksa dunia internasional bertindak.

Antitesis Pemimpin Muslim Dunia

Baca Juga: Sunan Ampel, Pelita Peradaban Islam di Tanah Jawa

Sosok Dudaković adalah cermin yang memalukan bagi banyak pemimpin Muslim hari ini. Di tengah tragedi Gaza, mereka hanya rajin mengeluarkan pernyataan resmi, menggelar konferensi darurat, atau menyalurkan bantuan kemanusiaan. Penting, tapi tidak cukup.

Genosida tidak pernah berhenti dengan doa atau seminar. Sejarah Bosnia membuktikan: ia berhenti ketika ada pemimpin yang berani mengambil risiko untuk melawan.

Atif Dudaković bukan hanya seorang jenderal. Ia adalah simbol bahwa bangsa kecil dengan keterbatasan bisa selamat dari kehancuran total jika dipimpin dengan keberanian.

Hari ini, ketika Gaza terbakar oleh bom Israel, nama Dudaković kembali relevan. Ia menjadi pengingat bahwa genosida tidak berhenti karena belas kasihan penindas, melainkan karena ada yang berani menghentikannya. []

Baca Juga: Abu Paya Pasi; Ulama Kharismatik Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Aceh  

 

 

Baca Juga: Raden Ipik Gandamanah, Pejuang yang Hidup Bersahaja

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Indonesia
Indonesia
Dunia Islam
Indonesia