Jakarta, MINA – Pemerintah Australia memberikan dukungan lebih lanjut untuk memerangi wabah difteri yang sangat menular dan mematikan kepada pengungsi Rohingya di Bangladesh, yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.
Terdapat lebih dari 2.500 kasus dugaan difteri, termasuk diantaranya 1.900 anak-anak, di kamp penampungan pengungsi Rohingya. Sedikitnya 30 orang telah meninggal karena penyakit ini, yang mengakibatkan pembengkakan tenggorokan ekstrem sehingga menyulitkan bernafas dan menelan.
Menteri Luar Negeri Julie Bishop, seperti dalam keterangan pers tertulis Kedutaan Besar Australia di Jakarta yang diterima MINA, Kamis (18/1), mengatakan Australia menyediakan A$1,5 juta (sekitar Rp16 miliar) untuk dukungan lanjutan menangani difteri di sana.
Bantuan yang disalurkan melalui Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) itu untuk memasok obat-obatan penting, membantu proses karantina bagi pengungsi yang sakit, melatih staf medis setempat, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi tingkat infeksi.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Hal itu merupakan tindak lanjut dari pengerahan Tim Medis Australia ke Bangladesh pada bulan Desember yang bertugas mengkaji situasi, sebagai tanggapan atas permintaan bantuan internasional yang mendesak oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Dukungan ini menjadikan bantuan Australia untuk pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, sebesar A$31,5 juta sejak September 2017,” menurut keterangan pers tertulis itu.
Diperkirakan sebanyak 655.000 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, telah melintasi perbatasan melarikan diri ke Bangladesh sejak Agustus 2017, dan menggantungkan kelangsungan hidup mereka pada bantuan kemanusiaan.
Bantuan Australia mendukung penyediaan makanan dan gizi penting, air bersih, sanitasi, tempat tinggal, perawatan kesehatan, konseling trauma dan pelayanan-pelayanan untuk perempuan dan anak perempuan yang rentan. (R/R11/P1)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan