Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awal Mula Agama Bani Israil adalah Islam

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - Ahad, 28 Juli 2024 - 06:40 WIB

Ahad, 28 Juli 2024 - 06:40 WIB

33 Views

Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur

Artikel Imaam Yakhsyallah Mansur kali ini adalah tentang awal mula agama Bani Israil. Berdasarkan Al-Qur’an sebagai referensi utama dan beberapa penelitian menunjukkan sebenarnya agama Bani Israel asalnya adalah Islam.

Agama tersebut sama dengan apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam. Adapun perbedaannya hanya terdapat pada beberapa syariat (pelaksanaan ibadah) saja. Sementara intinya sama, yaitu ketauhidan, keadilan, kemanusiaan dan akhlak mulia.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang uraian dari judul di atas, mari kita simak bersama artikel Imaam Yakhsyallah berikut ini:

Baca Juga: Ini, Sejarah Maulid Nabi dan Daftar Negara Muslim yang Merayakannya

سْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّآ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ كَمَآ أَوْحَيْنَآ إِلَىٰ نُوحٍ وَٱلنَّبِيِّۦنَ مِنۢ بَعْدِهِۦ ۚ وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَٰرُونَ وَسُلَيْمَٰنَ ۚ وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًا (النسآء [٤]: ١٦٣)

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS An-Nisa [4]: 163)

Baca Juga: Rabi’ul Awwal sebagai Bulan Maulid Nabi

Asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat di atas, menurut Imam Ibnu Katsir Rahimahullah, sebagaimana sebuah hadits dari sahabat Ibnu Abbas Radhiallahu anhu adalah, ada dua orang Yahudi, yaitu Sikkin dan Adi bin Zaid berkata kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam, “Wahai Muhammad, kami tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan (wahyu) kepada seorang manusia setelah Musa.” Lalu Allah Ta’ala menurunkan ayat di atas.

Sementara, pakar tafsir abad 14 H, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di Rahimahullah menjelaskan ayat di atas, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam bukanlah rasul yang pertama, akan tetapi sudah ada nabi dan rasul yang diutus sebelumnya. Sejak Nabi Nuh hingga Isa Alaihimus Salam, semuanya membawa agama yang sama, yakni Islam.

Wahyu dan ajaran yang diterima Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam sama seperti nabi dan rasul terdahulu, berupa tauhid, keadilan dan akhlak mulia. Dakwah mereka tidak berbeda, yaitu dakwah tauhid. Sumber mereka sama dari wahyu dari Allah Ta’ala. Tujuan mereka satu, yaitu ridha dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Adapun Imam Al-Qurthubi Rahimahullah mengatakan, Kitab Zabur terdiri atas 150 surat. Di dalamnya tidak terdapat penyebutan hukum, halal, atau haram, melainkan kumpulan hikmah dan pelajaran. Sementara Mazmur adalah bab yang berisi perkataan Nabi Dawud Alaihi Salam yang ia pakai untuk meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala.

Baca Juga: Lima Cara Membangun Keluarga Islami yang Dirindukan Surga

Semua Nabi dan Rasul Beragama Islam

Semua nabi dan rasul, mulai sejak zaman Nabi Adam Alaihi Salam hingga Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam membawa agama yang sama, yaitu Islam. Begitu juga seluruh pengikut para nabi yang beriman kepada mereka. Semuanya beragama Islam.

Mereka semua menyembah Tuhan Yang Esa, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

Tidak ada seorang pun di antara para nabi dan rasul yang membawa ajaran selain Islam. Adapun perbedaan di antara para nabi adalah terletak dalam hukum-hukum syari’at yang diturunkan turunkan kepada mereka, seperti dalam tata cara dan ketentuan bersuci, shalat, zakat, puasa dan lainnya.

Baca Juga: Parenting ala Orangtua Palestina

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

   لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا (المائدة [٥]: ٤٨)

 “Dan untuk tiap-tiap umat di antara kalian (umat Muhammad dan umat-umat sebelumnya), Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (QS Al-Ma’idah [5]: 48)

Dalam hadits shahih, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:

Baca Juga: Lima Ciri Orang yang Diinginkan Kebaikan oleh Allah

   الأَنْبِيَاءُ إخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ دِيْنُهُمْ وَاحِدٌ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى (رواه البخاري ومسلم)

“Para nabi bagaikan saudara seayah, agama mereka satu yaitu agama Islam, dan ibu-ibu (syari’at-syari’at) mereka berbeda-beda.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam bukanlah Muslim pertama. Beliau diperintahkan untuk melanjutkan misi para nabi dan rasul sebelumnya dalam mengajarkan dan menyebarluaskan agama Islam.

Lalu, mengapa para pengikut Nabi Musa Alaihi Salam diklaim sebagai Yahudi dan para pengikut Nabi Isa Alaihi Salam disebut Nashrani? Imam Al-Qurthubi Rahimahullah menjelaskan, dinamakan Yahudi karena pertaubatan kaum Nabi Musa Alaihi Salam dari menyembah anak sapi. Yahudi artinya orang-orang yang bertaubat. Sedangkan Nashrani adalah pengikut Nabi Isa Alaihi Salam yang menjadi penolong (anshar) dalam menegakkan agama Islam.

Baca Juga: Omong Doang: Janji Palsu yang Merusak Kepercayaan

Jadi dapat disimpulkan bahwa para pengikut Nabi Musa dan Isa Alaihimas Salam beragama Islam. Yahudi dan Nashrani pada awalnya adalah sebutan (gelar) yang melekat pada diri mereka.  Baik Yahudi dan Nashrani, mereka adalah Bani Israil (anak keturunan Nabi Ya’kub Alaihi Salam).

Penyimpangan Yahudi dan Nashrani dari Agama Islam

Adapun orang-orang Yahudi dan Nashrani yang hidup pada masa sekarang, mereka semuanya adalah orang-orang non-Islam karena telah menyelewengkan makna tauhid serta tidak beriman terhadap kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam.

Agama yang dianut oleh Kaum Yahudi di masa sekarang bukan agama yang dibawa oleh Nabi Musa Alaihi Salam. Demikian pula agama yang dianut oleh umat Nashrani saat ini, bukan lagi agama yang dibawa oleh Nabi Isa Alaihi Salam.

Baca Juga: Pilkada 2024 Ajang Merajut Persaudaraan

Penyimpangan itu bukan pada masalah cabang (furu’iyah), melainkan justru terjadi pada bagian paling fundamental, yaitu prinsip ketuhanan. Nabi Musa dan Nabi Isa Alaihimas Salam adalah nabi yang membawa agama tauhid (monotheis), yang intinya mengesakan Allah Ta’ala dan menganggap selain-Nya adalah makhluk.

Namun, baik Yahudi maupun Nasrani, keduanya sama-sama mengganti elemen paling dasar dari agama tauhid (monotheis) yaitu menjadi agama dengan banyak tuhan (politheis), sebagaimana prinsip dasar agama-agama paganis di Eropa. Politheis adalah agama yang menganut prinsip bahwa tuhan itu menjalankan kekuasaannya secara kolektif atau bersama-sama.

Bagi mereka, tuhannya bukan hanya satu, melainkan bersekutu atau berserikat dengan tuhan-tuhan lain, meski derajatnya lebih rendah dari tuhan yang utama. Orang-orang Yahudi mengubah status Nabi Uzair Alaihi Salam menjadi tuhan, atau masuk ke dalam derajat ketuhanan dalam posisi sebagai anak tuhan.

Demikian juga Nasrani, mereka mengatakan bahwa Nabi Isa Alaihi Salam dinobatkan menjadi anak tuhan. Dalam sejarah, pada tahun 381 masehi, para pembesar Nasrani mengadakan Sidang Konsili (Konstantinopel I) yang menetapkan konsep trinitas.

Baca Juga: Amalan-Amalan di Bulan Rabiul Awal

Dalam Al-Qu’ran, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقَالَتِ ٱلْيَهُودُ عُزَيْرٌ ٱبْنُ ٱللَّهِ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَى ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ ٱللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَٰهِهِمْ ۖ يُضَٰهِـُٔونَ قَوْلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن قَبْلُ ۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ (التوبة [٩]: ٣٠)

“Orang-orang Yahudi berkata, Uzair itu putera Allah dan orang-orang Nasrani berkata Al Masih itu putera Allah. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknati mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS At-Taubah [9]: 30)

Dengan penyimpangan yang sangat jauh itu, maka Yahudi dan Nasrani sama-sama telah kehilangan jati diri yang paling asli dari agama mereka. Karena itu, sebagian ulama menyebut, keduannya tidak lagi berhak menyandang status Ahli Kitab.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Antara Bani Israil, Yahudi, Ahli Kitab dan Nashrani

Di dalam Al-Qur’an istilah Bani Israil disebut sebanyak 42 kali. Semuanya merujuk kepada keturunan Nabi Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim Alaihimus Salam. Namun, para pakar tafsir menyebut, Bani Israil yang dimaksud adalah mereka yang hidup sebelum lahirnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam.

Adapun Kaum Yahudi (dalam Al-Qur’an: Yahuud) merujuk pada orang-orang Yahudi pada masa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam. Mereka menolak kerasulan Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam dan bahkan memusuhi beliau. Salah satu ayat menjelaskan hal tersebut terdapat dalam Surat Al Maidah [5] ayat 82,

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ ٱلنَّاسِ عَدَٰوَةً لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلَّذِينَ أَشْرَكُوا۟ ۖ … (المائدة [٥]: ٨٢)

Baca Juga: Doa Hari Jumat yang Diamalkan Rasulullah

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik,…”

Sementara Ahli Kitab, dalam Al-Qu’ran disebutkan sebanyak 31 kali. Para Muffasir seperti At-Thabari, Al-Qurtubi, dan Ibnu Katsir Rahimahumullah mengatakan yang dimaksud Ahli Kitab dalam Al Qur’an adalah Kaum Yahudi pada masa Nabi Musa Alaihi Salam yang bertaubat, serta keturunannya dan Nasrani yang menolong Nabi Isa Alaihi Salam serta keturunannya.

Namun, ada juga ahli kitab yang bukan keturunan Bani Israel. Hal itu dibuktikan ketika sahabat Nabi mengislamkan Raja Yaman dan rakyatnya yang beragama Nasrani. Demikian pula Raja Habasyah (Ethiopia) yang beragama Nasrani.

Mereka semua disebut Ahli Kitab, tetapi bukan keturunan Bani Israil. Hal itu terbukti dari ras (karaktersitik fisik) mereka yang berbeda dengan Bani Israil yang berada di wilayah Syam dan Eropa.

Adapun kata “nashara” muncul 14 kali dalam Al-Qur’an. Ada dua pendapat tentang siapa yang dimaksud dengan nashara tersebut:

Pertama, “nashara” merujuk kepada murid-murid Nabi Isa (hawariyyun) yang berjuang membela beliau. Kedua, kata “nashara” dikaitkan dengan nama daerah tempat Nabi Isa Alaihi Salam dan Maryam tinggal, yaitu Nasirah (Nazareth).

والله أعلمُ بالـصـواب

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda