Taipei, MINA – Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menegaskan bahwa Taiwan berharap dapat berdialog dengan Beijing atas dasar kesetaraan dan saling menghormati.
Melalui pidato awal tahun baru, Jumat (1/1), dia mengatakan, Taiwan yang menerima senjata pertahanan dan dukungan politik yang kuat dari Amerika Serikat (AS), akan tetap berpegang pada kebijakannya saat ini.
“Dengan kesetaraan dan rasa hormat, kami ingin bersama-sama memfasilitasi dialog yang bermakna,” kata Tsai sebagaimana dilaporkan DW.
Tsai juga memuji negaranya dalam hal mengatasi pandemi virus Corona dan mampu menumbuhkan perekonomian di tengah ancaman militer China.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Tsai mengatakan Taiwan telah secara efektif menaklukkan virus dengan “percaya pada profesionalisme, saling percaya dan bersatu antar warga,” tanpa tindakan penguncian wilayah yang membatasi aktivitas bisnis dan pendidikan.
Pujian patut diberikan karena upaya Taiwan yang cepat dan berkelanjutan menahan wabah COVID-19, dengan hanya mencatat tujuh kasus kematian dan kurang dari 800 kasus yang dikonfirmasi, meski dekat China yang jadi episentrum wabah saat pandemi dimulai.
Namun seiring pertumbuhan ekonomi, Taiwan terancam oleh “seringnya aktivitas pesawat militer dan kapal perang di sisi lain Selat Taiwan,” kata Tsai, merujuk pada China. Tsai mengatakan stabilitas hubungan lintas selat menjadi perhatian tidak hanya bagi kedua belah pihak tetapi juga dunia.
Tsai mengatakan, pada tahun 2020, jet dan kapal militer China lebih sering mendekati wilayah Taiwan dan gerakan semacam itu “tidak hanya mempengaruhi hubungan di seluruh Selat Taiwan tetapi juga menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan stabilitas kawasan Indo-Pasifik saat ini.”
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Tsai juga menekankan, jika pandemi COVID-19 dapat dikendalikan, dia berharap kondisi yang lebih baik dapat membantu meningkatkan kesepahamaman.
Di Taiwan, lanjut Tsai, pekerjaan terpenting pada 2021 adalah memastikan warga terus “menjalani kehidupan normal sehari-hari” di tengah pemulihan ekonomi global.
“Sebagai (negara yang memiliki) kekuatan untuk kebaikan di dunia, kami akan terus menjadi anggota masyarakat internasional yang sangat diperlukan,” kata Tsai.
Taiwan telah memiliki pemerintahan merdeka sejak 1949, tetapi China menganggap pulau demokratis itu sebagai bagian dari wilayahnya.
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
China memutuskan semua komunikasi resmi dengan Taiwan pada Juni 2016, satu bulan setelah Tsai dari Partai Progresif Demokratik – yang condong ke arah kemerdekaan – menjabat.(T/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon