West Bank, 28 Dzulqo’idah 1434/4 Oktober 2013 (MINA) – Mantan kepala Dinas Rahasia Israel Shin Bet, Ami Ayalon menyatakan keraguannya atas niat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencapai solusi dua negara.
“Kemungkinan keberhasilan terlalu rendah. Selama hampir dua puluh tahun, Israel dan Palestina telah bernegosiasi, tapi belum mencapai solusi,” kata Ami Ayalon dalam konferensi bersama dengan mantan Presiden Parlemen Eropa Hans-Gert Pottering.
Konferensi ini diselenggarakan oleh Masa Blue White Future, sebuah pusat studi Israel, dan memberikan forum bagi beberapa mantan pejabat senior Israel dan Eropa untuk membahas isu-isu penting sebagaimana yang dilansir oleh MEMO dan dipantau oleh Mi’raj News Agency (MINA).
Ayalon percaya alasan mengapa negosiasi saat ini akan gagal karena pemimpin Otoritas Palestina terlalu lemah. “Abu Mazen (Mahmoud Abbas) tidak dapat memberikan pihak Israel pada hari ini apa yang ia mampu tawarkan lima tahun lalu. Bahkan itu tidak cukup,“ ujarnya.
Baca Juga: Presiden Palestina Bertemu Putin di Moskow
Dia mengungkapkan, dirinya yakin bahwa Netanyahu tidak akan menawarkan apa yang sebelumnya mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert tawarkan kepada Abu Mazen.
Ayalon juga mengatakan, Amerika Serikat sekarang lebih lemah dari sebelumnya dan itu tidak lagi mungkin sebagai mediator yang obyektif dalam proses perdamaian, sehingga tidak lagi memiliki kekuatan untuk menggambar peta politik di wilayah tersebut.
Mengenai kemampuan Netanyahu untuk memahami dampak politis dari sebuah pemulihan hubungan Israel-Palestina, bahkan seperti pada masalah nuklir Iran, dia mencatat bahwa ia tidak yakin akan keinginan Netanyahu tentang perdamaian dan solusi dua negara.
Mantan pejabat intelijen itu menjelaskan, kebanyakan warga Palestina berfikir bahwa Israel pergi ke Madrid, konferensi perdamaian karena Intifada pertama, mundur dari Lebanon Selatan di bawah tekanan Hizbullah dan meninggalkan Jalur Gaza setelah teror Hamas.
Baca Juga: Gaza Kehausan, 85 persen Fasilitas Air Hancur
Mantan pejabat intelijen menjelaskan, kebanyakan warga Palestina mengira Israel pergi ke konferensi perdamaian Madrid karena pecahnya Intifadah pertama, mundur dari Lebanon Selatan di bawah tekanan Hizbullah, dan meninggalkan Jalur Gaza setelah gerakan Hamas memenangkan pemilu.
Sementara itu, ia menekankan pentingnya tidak menciptakan kevakuman keamanan lain yang mirip dengan apa yang terjadi di JalurGaza. “Yang menyebabkan kontrol Hamas menang,” tambahnya.(T/P08/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Survei: Sikap Warga Jerman terhadap Israel Makin Negatif