Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ayo Bergabung “Wisata Islami ke Raja Ampat yang Memikat”

Widi Kusnadi - Selasa, 6 Maret 2018 - 05:28 WIB

Selasa, 6 Maret 2018 - 05:28 WIB

454 Views

Oleh: Widi Kusnadi, Wartawan MINA

Anugerah pesona alam yang terhampar begitu indah hendaknya dapat membuat kita mengenal akan kemahabesaran dan kemahasempurnaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) serta semakin mempertebal iman dan taqwa kita kepada-Nya. Kegiatan wisata dengan mentadaburi alam bisa bernilai ibadah karena memang hal itu diperintahkan Allah SWT yang termaktub dalam Al-Quran surah Al-Jumuah [62] ayat 10.

Sebagai bentuk kesyukuran kita atas anugerah alam itu, Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber daya Alam Majelis Ulama Indonesia (LPLH & SDA MUI) bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI dan Komunitas Pencinta Wisata Muslim (KWPM) membuat sebuah terobosan baru wisata halal Indonesia bernama “Wisata Religi Tadabur Alam”.

Wisata Religi Tadabur Alam adalah sebuah program hasil dari buah pikir seorang ilmuwan pemerhati lingkungan hidup sekaligus cendikiawan Muslim, Dr. Ir. Hayu S. Prabowo. Hayu bersama dengan timnya merancang program ini untuk memperkenalkan kepada masyarakat Indonesia dan internasional akan keindahan alam nusantara sebagai sebuah anugerah terindah dari Allah SWT, memberdayakan potensi masyarakat setempat (dengan menyediakan fasilitas bernuansa Islam) melalui wisata religi ini, sekaligus sebagai langkah mendukung program pemerintah di bidang percepatan pariwisata halal.

Baca Juga: BPJPH Tegaskan Kewajiban Sertifikasi Halal untuk Perlindungan Konsumen

Hayu menjelaskan, selain tujuan utamanya untuk beribadah dan bersyukur atas nikmat Allah SWT, hal ini merupakan bentuk perwujudan program pemerintah Indonesia untuk membuat sebuah program wisata berkelanjutan yang mencakup tiga aspek yaitu pemeliharaan lingkungan (conservation), pendidikan (education), dan pemberdayaan masyarakat (people empowerement).

Dengan mengusung tema”Wisata Bernilai Ibadah. Mengaji Bersama Alam” para wisatawan akan dipandu menikmati pesona keindahan alam bumi Raja Ampat yang terletak di belahan timur Indonesia, yaitu di Provinsi Papua Barat. Para wisatawan juga akan dipandu untuk mengenal berbagai objek wisata di wilayah itu sambil bertafakur (memikirkan) kebesaran ayat-ayat Allah yang ada di alam raya ini, baik yang terhampar di darat maupun di dalam laut.

Ada Apa Saja di Raja Ampat

Raja Ampat terkenal dengan gugusan kepulauan dengan keindahan dan keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia. Sebagai salah satu pusat wisata Indonesia, wilayah itu memang berada di lokasi yang sangat strategis yaitu di jantung pusat segitiga karang dunia (coral triangle). Di perairan Raja Ampat itu setidaknya terdapat 1.318 jenis ikan, 699 jenis moluska (hewan lunak) dan 537 jenis hewan karang.

Baca Juga: BPJPH Tekankan Kembali Wajib Halal Telah Berlaku

Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini. Daerah ini memiliki setidaknya 610 pulau dan hanya 35 pulau yang berpenghuni. Sisanya hanya menjadi pulau yang digunakan untuk berfoto para wisatawan. Bahkan sebagian pulau belum memiliki nama.

Masyarakat asli yang tinggal di wilayah itu adalah suku Biak, Maya dan Ondoloren. Sebagian besar penduduknya adalah Muslim karena memang menurut sejarah, tempat itu menjadi pusat penyebaran Islam di Indonesia timur. Salah satu tradisi unik suku itu adalah memakan buah pinang secara bersama-sama. Hal ini bertujuan untuk mempererat hubungan persaudaraan di antara mereka.

Pantai Wisai Tercinta (WTC)

Pantai Wisat Torang Tercinta (Pantai Wisai Tercinta-WTC) merupakan salah satu tujuan wisatawan yang perlu disinggahi. Jaraknya tidak jauh dari dermaga Wisai. Pantai ini menjadi tempat bekumpul masyarakat antar suku untuk menyelenggarakan acara-acara besar masyarakat setempat. Di tempat itu akan kita dapati kedamaian masyarakat dengan gelak tawa bahagia nan ceria anak-anak sembari mereka bermain sepak bola di sore hari diiringi terpaan angin pantai serta lambaian daun kelapa yang mempesona.

Baca Juga: UMK Wajib Sertifikasi Halal 17 Oktober 2026: Bagaimana dengan Produk Luar Negeri?

Islamic Center Muaz bin Jabbal

Islamic Center ini berlokasi di Kota Wisai, Pulau Waigeo yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Raja Ampat. Tempat itu juga merupakan pusat pendidikan dan dakwah Islam pertama di pulau itu. Saat ini, masyarakat dan pemerintah Kota Wisai memberi perhatian serius kepada lembaga itu sebagai salah satu benteng untuk melindungi masyarakat dari pengaruh negatif globalisasi dan kebudayaan-kebudayaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan budaya setempat.

Ketua Pembangunan Islamic Center Muaz bin Jabbal yang juga memimpin Lembaga Al-Fatih Kaffah Nusantara (FKN) cabang Papua Barat, Alfaris Labagu mengatakan, keberadaan Islamic Center itu menjadi sangat penting bagi masyarakat setempat di tengah masuknya banyak wisatawan yang membawa budaya mereka yang kadang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Oleh karenanya, wisata Islami itu menjadi penting bagi masyarakat Raja Ampat untuk mengimbangi masuknya budaya asing sekaligus memberikan pendidikan bagi masyarakat bahwa para wisatawan juga banyak yang memiliki budaya Islami sehingga memberikan pengaruh positif bagi kebudayaan dan perekonomian masyarakat setempat.

Baca Juga: BPJPH, MUI, dan Komite Fatwa Sepakati Solusi Masalah Nama Produk Halal

Pulau Saonek

Pulau ini merupakan awal mula terjadinya interaksi perdagangan dan keramaian di Raja Ampat. Pulau Saonek menjadi salah satu tujuan menarik untuk mengulik ada apa saja di ibu kota Raja Ampat sebelum berpindah ke Waisai saat pemekaran. Loang boat menjadi moda transportasi yang murah dibandingkan dengan naik speed boat.

Pulau ini terletak di sebelah selatan Pulau Wisai. Jika kita menuju ke sana, kita akan melewati Pulau Saonek Monde, atau Saonek Kecil (luasnya kurang dari satu hektar) yang memiliki keindahan begitu mempesona. Dari pulau kecil itu sudah terlihat pulau dengan kubah masjid yang menjulang tinggi. Waktu tempuh sekitar 40 menit untuk sampai mencapai pulau ini.

Tanpa riak dan gelombang tinggi, para wisatawan dapat menikmati kebesaran karunia Ilahi dengan terhamparnya warna-warni terumbu karang yang jelas terlihat dari permukaan laut. Jika berbekal alat selam (snorkeling) kita semakin bisa menikmati dari dekat pesona keindahan terumbu karang dengan berbagai jenis ikan dan moluska yang hidup damai di tempat itu.

Baca Juga: BPJPH, MUI Tuntaskan Nama Produk Bersertifikat Halal

Pulau Painemo

Gugusan bukit Karst yang terhampar cantik di Pulau Painemo menjadi ikon tersendiri sebagai kekayaan alami sekaligus bukti keindahan dan kesempurnaan ciptaan Sang Penguasa alam ini. Saat yang paling tepat untuk mendatangi pulau ini adalah pagi hari dengan siraman cahaya sang mentari.

Perlu waktu dua jam perjalanan untuk bisa sampai ke tempat indah itu jika kita berangkat dari Wisai. Pantulan birunya laut dari sinar matahari pagi menerangi gugusan bukit Paninemo perlahan berubah menjadi hijau bening saat merapat ke dermaga dan mendekati pulau karang. Untuk dapat menikmati pulau itu dengan sempurna, kita harus menaiki puncak bukit  Painemo. Tapi jangan khawatir, ada tangga kayu yang bisa membantu kita mencapai puncak bukit itu. Ada sekitar 336 anak tangga untuk sampai ke puncaknya.

Kampung Wisata Arborek

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Pasir putih yang membentang di sepanjang pantai pulau Arborek pastinya menggoda kita untuk dapat menginjakkan kaki ke sana. Lambaian nyiur dan daun kelapa seolah mengajak kita untuk bermalam di sana. Kampung Arborek terletak disebuah pulau kecil yang juga bernama-sama, yaitu Pulau Arborek, di Distrik Meosmansar.

Desa wisata ini tidak terlalu luas, hanya sekitar 7 hektar, sehingga tidak akan mengambil banyak waktu dan energi apabila melakukan perjalanan di sekitar desa. Ada sekitar 40 keluarga yang tinggal di desa (data tahun 2015). Jika Anda bermalam di desa ini akan semakin menambah keakraban dengan penduduk sekitar.

Kegiatan apa sajakah yang dapat kita lakukan di sekitar Kampung Arborek ini?

Diving (menyelam). Kegiatan diving di sekitar Kampung Arborek bisa dilakukan di bawah jetty (dermaga).  Kehidupan bawah laut di Arborek ini sangat kaya. Karenanya, sayang kalau sampai melewatkan kesempatan diving di sini.

Baca Juga: LPPOM Tegaskan Sertifikasi Halal Bagi Retailer

Fishing (memancing). Banyak terdapat ikan-ikan berukuran kecil dan sedang di sekitar pantai Kampung Arborek. Kebijakan tidak tertulis dari warga kampung setempat terkait aktifitas memancing minimal jarak yang diizinkan 200 meter dari pinggir pantai. Jadi untuk kegiatan memancing ini, jelas harus menyewa boat. Atau kalau mau lebih murah, kita bisa ikut nelayan yang hendak pergi memancing.

Bameti. Bameti adalah istilah setempat yang biasa digunakan untuk menggambarkan kegiatan menyisir pantai yang airnya telah surut sambil mencari makhluk-makhluk laut yang bisa dimakan. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh kaum ibu untuk sekadar mengisi waktu luang,  tapi bukan berarti kaum lelaki tidak boleh ikut. Tidak ada aturan tertulis perihal siapa yang boleh dan siapa yang tidak, selama tidak merusak lingkungan.

Kegiatan dan Program

Wisata Religi Tadabur Alam perdana akan diselenggarakan pada 29 Maret 2018 mendatang. Adapun kegiatannya sebagai berikut:

Baca Juga: IHW: Tuak, Beer, dan Wine Dapat Sertifikat Halal Wajib Diaudit Ulang

Hari pertama (Kamis 29 Maret) : Para wisatawan akan terbang dari Jakarta (Soekarno-Hatta International Airport) ke Sorong dengan menggunakan pesawat Sriwijaya (IN 586 CGK – SOQ 23.45-0610)

Hari kedua (Jumat, 30 Maret) : Tiba di bandara Sorong, menuju pelabuhan untuk melanjutkan perjalanan ke Wisai dengan kapal Marina Express (dua jam perjalanan). Tiba di Wisai, wisatawan pria melaksanakan shalat Jumat dan wanita bisa langsung check in di hotel. Setelah selesai, makan siang dilanjutkan menuju Islamic Center Raja Ampat. Selanjutnya menuju Afu (memberi makan ikan dan melihat batu berbentuk muka). Sore hari menuju WTC untuk menikmati sunset dilanjutkan makan malam dan menuju hotel (acara bebas).

Hari ketiga (Ahad, 31 Maret) : Wisai – Pianemo – Saonek – Wisai. Program dimulai dengan shalat Subuh di masjid Al-Akbar, Wisai dilanjutkan muhasabah menyaksikan terbitnya matahari di WTC. Setelah sarapan pagi, dilanjutkan perjalanan menuju Pianemo ( satu jam perjalanan). Di Pianemo, kita akan melakukan muhasabah di puncak Pianemo dan Telaga Bintang. Selanjutnya, kita akan tour ke kampung Arborek (snorkling) makan siang dan sholat Dhuhur. Acara dilanjutkan ke Pasir Timbul Saonek dan Shalat Asar di Masjid Hidayatullah. Ziarah ke makam Wali di Saonek dilanjutkan muhasabah menikmati sunset di dermaga (jetty). Setelah itu acara ramah tamah dengan masyarakat Muslim Papua, dilanjutkan makan malam dan kembali ke hotel. Acara selanjutnya bebas.

Hari keempat (Senin, 1 April) : Check out dari hotel dan shalat subuh di masjid Al-Akbar dilanjutkan muhasabah melihat dan mendengarkan suara burung hutan. Makan pagi dengan nasi kuning khas ala Wisai, selanjutnya menuju pelabuhan untuk balik ke Sorong (belanja souvenir dan batik Papua). Selanjutnya menuju Jakarta dengan Batik Air (ID 7796 SOQ-CGK 16.45 – 19.00).

Baca Juga: Dua RPH di Pekalongan Resmi Tersertifikasi Halal

Program Selanjutnya

Setelah program wisata religi tadabur alam ke Raja Ampat, LPLH & SDA MUI bersama Kementerian Pariwisata RI dan KWPM akan meluncurkan program wisata religi ke Pulau Mande, Pulau Derawan, Borneo, Banda Aceh, Banda Naira, Karimun Jawa, Pulau Komodo (NTT), Selat Lembeh, Pulau Seribu dan Wakatobi. Program tersebut akan dilaksanakan pada 12 April dan 3 Mei 2018 mendatang. (P2/R01)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Feature
Masjid Agung Banten
Feature
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Eropa