Baku, MINA – Azerbaijan dan Armenia saling menuduh melanggar gencatan senjata kemanusiaan terbaru pada Ahad (18/10) dalam upaya memperebutkan daerah kantong pegunungan Nagorno-Karabakh, beberapa jam setelah disepakati.
Gencatan senjata yang disepakati pada Sabtu mulai berlaku pada tengah malam (2000 GMT) setelah gencatan senjata yang ditengahi Rusia selama sepekan gagal menghentikan pertempuran terburuk di Kaukasus Selatan sejak 1990-an.
Sedikitnya 750 orang telah tewas sejak pertempuran dimulai pada 27 September, MEMO melaporkan.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan, wilayah Aghdam yang berdekatan dengan Nagorno-Karabakh, berada di bawah penembakan pasukan Armenia. Dikatakan, Sabtu malam unit militer Armenia melepaskan tembakan dari senjata kaliber besar di sepanjang perbatasan. Namun, klaim itu dibantah Armenia.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Armenia mengatakan, tentara Azerbaijan telah menembak dua kali pada malam hari dan menggunakan artileri serta menuduh Pemerintah Baku menolak permintaannya untuk menarik tentara yang terluka dari medan perang.
“Langkah ini … ditolak mentah-mentah oleh Baku,” kata Kementerian Luar Negeri Azerbaijan dalam sebuah pernyataan. Pemerintah Baku menyebut pernyataan itu salah informasi.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan sebelumnyamengatakan, unit militer Azeri menjatuhkan pesawat perang Su-25 Armenia, “yang berusaha melancarkan serangan udara pada posisi tentara Azeri di wilayah Jabrail.”
Namun, Pemerintah Yerevan dengan sigap membantahnya.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Nagorno-Karabakh adalah wilayah pegunungan yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni dan dikuasai oleh etnis Armenia.
Rusia, Perancis, dan Amerika Serikat termasuk dalam Grup Minsk, kelompok yang berusaha membantu menyelesaikan konflik di bawah payung Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE).
Pemerintah Azerbaijan mengatakan pada Sabtu, 60 warga sipil Azeri telah tewas dan 270 luka-luka sejak pertempuran meletus pada 27 September, tetapi belum mengungkapkan korban militernya.
Otoritas di Nagorno-Karabakh mengatakan, 673 personel militernya dan 36 warga sipil tewas. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza