Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Azerbaijan dan Armenia Teken Perjanjian Damai Bersejarah di Gedung Putih

Widi Kusnadi Editor : Arif R - 52 detik yang lalu

52 detik yang lalu

0 Views

Peta wilayah yang disengketakan antara Azerbaijan dan Armenia (foto: wiki)

Washington, MINA – Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menandatangani perjanjian damai bersejarah di Gedung Putih, Washington, Jumat (8/8).

Penandatanganan yang disaksikan langsung Presiden Amerika Serikat Donald Trump itu mengakhiri konflik puluhan tahun antara kedua negara di wilayah Kaukasus.

Anadolu melaporkan, kedua pemimpin berjabat tangan setelah Trump menyebut momentum tersebut sebagai “bersejarah” dan “sudah lama dinantikan”.

Perjanjian itu mencakup penghentian permanen seluruh pertempuran, pembukaan kembali jalur transportasi penting, serta pemulihan hubungan perjalanan, perdagangan, dan diplomatik antara Baku dan Yerevan.

Baca Juga: DPR Texas Lumpuh, Jaksa Agung Ingin Usir Legislator Demokrat yang Kabur

“Kami hari ini menciptakan perdamaian di Kaukasus,” kata Aliyev.

Sementara Pashinyan menyebutnya sebagai “tonggak penting” dalam hubungan bilateral setelah 35 tahun dilanda perang dan ketegangan.

Konflik antara Azerbaijan dan Armenia berakar pada perebutan wilayah Nagorno-Karabakh, daerah beretnis Armenia yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan.

Pertempuran besar terjadi pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, disusul bentrokan sporadis pada dekade-dekade berikutnya, termasuk perang singkat pada 2020.

Baca Juga: Dari Canberra hingga London, Negara Barat Tolak Pendudukan Israel Atas Gaza

Kesepakatan damai kali ini diharapkan mampu mengakhiri siklus kekerasan yang selama ini menelan ribuan korban jiwa dan memicu pengungsian massal.

Trump menegaskan, perjanjian ini akan meningkatkan peran AS sebagai mediator utama di kawasan strategis tersebut. “Selama 35 tahun mereka berperang, dan sekarang mereka berteman dan akan menjadi teman untuk waktu yang lama,” ujarnya.

Kesepakatan ini juga disebut membuka peluang kerja sama ekonomi yang lebih luas serta memperkuat stabilitas regional di tengah persaingan geopolitik antara kekuatan global di Kaukasus Selatan. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Senator AS Tuduh Netanyahu Prioritaskan Ambisi Pribadi daripada Perdamaian

Rekomendasi untuk Anda