Washington, MINA – Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menandatangani perjanjian damai bersejarah di Gedung Putih, Washington, Jumat (8/8).
Penandatanganan yang disaksikan langsung Presiden Amerika Serikat Donald Trump itu mengakhiri konflik puluhan tahun antara kedua negara di wilayah Kaukasus.
Anadolu melaporkan, kedua pemimpin berjabat tangan setelah Trump menyebut momentum tersebut sebagai “bersejarah” dan “sudah lama dinantikan”.
Perjanjian itu mencakup penghentian permanen seluruh pertempuran, pembukaan kembali jalur transportasi penting, serta pemulihan hubungan perjalanan, perdagangan, dan diplomatik antara Baku dan Yerevan.
Baca Juga: UNIFIL: Israel Lakukan Lebih dari 8.000 Pelanggaran di Lebanon
“Kami hari ini menciptakan perdamaian di Kaukasus,” kata Aliyev.
Sementara Pashinyan menyebutnya sebagai “tonggak penting” dalam hubungan bilateral setelah 35 tahun dilanda perang dan ketegangan.
Konflik antara Azerbaijan dan Armenia berakar pada perebutan wilayah Nagorno-Karabakh, daerah beretnis Armenia yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan.
Pertempuran besar terjadi pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, disusul bentrokan sporadis pada dekade-dekade berikutnya, termasuk perang singkat pada 2020.
Baca Juga: Malaysia Beri Dukungan Bersyarat, PM Anwar Absen KTT Gaza Mesir
Kesepakatan damai kali ini diharapkan mampu mengakhiri siklus kekerasan yang selama ini menelan ribuan korban jiwa dan memicu pengungsian massal.
Trump menegaskan, perjanjian ini akan meningkatkan peran AS sebagai mediator utama di kawasan strategis tersebut. “Selama 35 tahun mereka berperang, dan sekarang mereka berteman dan akan menjadi teman untuk waktu yang lama,” ujarnya.
Kesepakatan ini juga disebut membuka peluang kerja sama ekonomi yang lebih luas serta memperkuat stabilitas regional di tengah persaingan geopolitik antara kekuatan global di Kaukasus Selatan. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Trump Sebut Satu Nama yang Bisa Bantu Akhiri Perang Rusia-Ukraina