Baku, MINA – Azerbaijan menegaskan kembali komitmennya untuk menyelesaikan masalah yang sedang berlangsung dengan Armenia melalui cara damai.
Penasihat Presiden Azerbaijan, Hikmet Hajiyev, menekankan tanggung jawab negaranya di mata komunitas internasional, bahwa Azerbaijan secara konsisten bekerja dalam kerangka konstitusi dan hukum internasional. Anadolu Agency melaporkan, Sabtu (16/9).
Mengenai potensi kompromi dalam negosiasi, Hajiyev mengatakan tidak akan terlibat dalam diskusi yang membahayakan integritas dan kedaulatan wilayahnya, baik dengan Armenia atau pihak ketiga.
Mengenai proses perdamaian dan perkembangan regional antara Azerbaijan dan Armenia, dia menyoroti perundingan berdasarkan prinsip dasar saling menghormati pengakuan atas integritas dan kedaulatan wilayah.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Dia mengatakan, tindakan pemerintah Armenia baru-baru ini, khususnya pesan ucapan selamat Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan kepada “rezim yang memproklamirkan diri di Karabakh,” telah sangat merugikan proses tersebut.
Meskipun Armenia telah membuat pernyataan publik yang mengakui integritas wilayah Azerbaijan, penasihat presiden mencatat bahwa dukungan keuangan Armenia untuk “rezim di Karabakh dan pemilihan presiden rezim tersebut tidak berkontribusi pada perdamaian.”
Hajiyev menyampaikan kekhawatirannya mengenai provokasi yang dilakukan tentara Armenia di sepanjang perbatasan dan di Karabakh, namun menegaskan kembali komitmen Azerbaijan terhadap proses perdamaian.
Ia mendesak Armenia untuk tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Azerbaijan dan menghormati kedaulatannya.
Baca Juga: Setelah 20 Tahun di Penjara, Amerika Bebaskan Saudara laki-laki Khaled Meshaal
Proses Perdamaian
Proses perdamaian terhambat oleh dukungan Armenia yang terus-menerus terhadap rezim ilegal di wilayah Azerbaijan, lanjutnya.
Kebijakan Armenia yang mendukung rezim ilegal yang menyandera 30.000 warga etnis Armenia yang tinggal di Karabakh di Azerbaijan harus diakhiri, harapnya.
Dia menambahkan, tidak ada ruang untuk “wilayah abu-abu” di Azerbaijan.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Ia menegaskan, segala upaya campur tangan dalam urusan dalam negeri Azerbaijan dengan mengusulkan mekanisme internasional untuk berdialog dengan etnis minoritas Armenia di Karabakh akan sia-sia.
Jika Armenia menolak bekerja sama, Azerbaijan secara aktif akan menjajaki proyek alternatif dengan mitra regional lainnya.
Dia menyatakan harapannya akan adanya perjanjian damai pada akhir tahun ini, dan meminta Armenia untuk mengambil langkah utama menuju pengakuan integritas wilayah Azerbaijan, termasuk Karabakh, dengan menandatangani perjanjian damai.
Kelompok separatis Armenia di wilayah Karabakh di Azerbaijan mengadakan pemilihan umum yang diproklamirkan sendiri pekan lalu untuk memilih presiden separatis baru. Sebuah langkah yang tidak diakui oleh banyak negara, termasuk Azerbaijan, Türkiye, AS, Inggris dan Uni Eropa.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Hubungan antara Azerbaijan dan Armenia tegang sejak tahun 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.
Pada musim gugur tahun 2020, Azerbaijan membebaskan beberapa kota, desa, dan pemukiman dari pendudukan Armenia selama 44 hari bentrokan. Perang berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia.
Namun ketegangan antara kedua negara terus berlanjut meskipun ada pembicaraan mengenai perjanjian perdamaian jangka panjang.
Pada hari Rabu (13/9), Kementerian Pertahanan Armenia mengumumkan bahwa latihan militer gabungan AS-Armenia Eagle Partner 2023 akan diadakan di wilayah Armenia pada 11-20 September. (T/RS2/P1)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Mi’raj News Agency (MINA)