Baku, MINA – Pemerintah Azerbaijan menuduh Armenia membunuh 21 orang warga sipil dan melukai puluhan lainnya dalam serangan rudal di dekat wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.
Armenia pada Rabu (28/10) segera membantah melakukan serangan yang dikatakan oleh Azerbaijan membunuh warga sipil di distrik Barda dekat garis depan.
Lala Ismayilova, guru bahasa Inggris di Barda, mengaku kehilangan saudara laki-lakinya yang berusia 31 tahun, Fuad Ismayilov, pada hari Rabu.
“Ayah saya meninggal bertahun-tahun yang lalu, dan Fuad adalah seorang pria lajang di keluarga kami. Setelah penembakan pertama dia keluar untuk mengetahui apa yang terjadi. Roket kedua mendarat saat dia keluar. Dia masih muda. Bagaimana saya bisa hidup tanpa saudara saya,” katanya, Al Jazeera melaporkan.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Aktivis Ulviyya Babasoy mengatakan bahwa warga sipil tidak boleh menjadi sasaran.
“Saya melihat mayat, orang terluka, segala sesuatu yang hancur. Setelah hal-hal yang saya saksikan hari ini, saya tidak tahu bagaimana kami akan melanjutkan kehidupan normal kami, ini sangat sulit setelah semua ini. Saya percaya bahwa warga sipil bukanlah sasaran dalam perang! Ini kejahatan, terorisme. Hentikan, Armenia,”kata aktivis berusia 31 tahun dari Barda itu.
Anggota parlemen Barda Zahid Oruj mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Armenia berusaha untuk “menciptakan pemandangan Suriah dan Libya dengan pertumpahan darah orang-orang di jalanan.”
“Tampaknya mereka dimotivasi oleh niat untuk membuat gambaran perang yang terjadi di dalam Azerbaijan dan di luar Karabakh, wilayahnya, dan medan perang,” katanya.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
“Setiap orang akan yakin bahwa perdamaian di kawasan itu bergantung pada kekalahan Armenia dan kemenangan Azerbaijan,” tambahnya.
Pemerintah Armenia juga menuduh pasukan Azerbaijan melakukan serangan baru yang mematikan di wilayah sipil Nagorno-Karabakh.
Kedua belah pihak telah saling menuding lawannya menargetkan warga sipil setelah berpekan-pekan bentrokan sengit. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj News Agency (MINA)