Doha, MINA – Seorang mantan legislator Arab Israel yang kontroversial, Azmi Bishara, sekarang menjadi salah satu diplomat kunci di Qatar.
Pada 2007, Bishara melarikan diri dari Israel setelah ia dikambinghitamkan sebagai orang yang pro-Israel dan dituduh memberi saran kepada milisi Hizbullah Lebanon, tuduhan yang ia bantah.
Ia telah menjadi salah satu pemain kunci dalam krisis yang menjauhkan Qatar dari Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya, demikian Nahar Net melaporkan, Selasa (5/6).
Sebagai seorang mantan Marxis dan pendiri Balad, sebuah partai politik Arab Israel, Bishara sejak itu telah berubah menjadi seorang intelektual publik Arab, dekat dengan lingkaran kekuasaan Qatar.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Dia adalah seorang Arab Israel, yang didefinisikan sebagai keturunan orang Palestina yang tetap di tanahnya ketika Israel diciptakan pada tahun 1948.
Warga Arab Israel mencapai sekitar 17,5 persen dari penduduk Israel saat ini.
Bishara yang seorang Kristen berusia 61 tahun adalah tokoh utama di media Qatar dan memiliki pengikut Twitter lebih dari 1,4 juta.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, semua memutus hubungan dengan Qatar setahun lalu, menuduh negara tersebut terkait dengan ekstrimis Islam Sunni dan mendukung Syiah Iran.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Iran adalah sekutu regional utama Hizbullah Lebanon dan musuh bebuyutan Arab Saudi.
“Bishara memainkan peran kunci dalam pendekatan Qatar terhadap kawasan dan dunia melalui media dan penelitian,” kata Theodore Karasik dari kelompok riset Gulf State Analytics. “Perannya tidak bisa dibantah.”
Sementara di media sosial dan siaran TV regional yang dianggap dekat dengan Arab Saudi dan sekutunya, Bishara telah dicap sebagai “Rasputin Doha”, agen Mossad dan “godfather of terrorism“.
“Apa yang telah ditulis tentang Bishara di media Teluk telah dilebih-lebihkan,” kata Andreas Krieg, seorang ahli pertahanan di King’s College London yang telah berkonsultasi untuk pemerintah Qatar.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
“Dia adalah seorang Kristen Palestina yang dulunya memiliki paspor Israel. Dia dulu seorang sosialis tetapi telah mengubah pandangan politiknya dari waktu ke waktu,” kata Krieg. “Untuk menyebut dia seorang godfather terorisme tidak masuk akal.” (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan