Oleh, Zaenal Muttaqin, wartawan dan Biro Kantor Berita MINA di Jawa Tengah
Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Sepanjang hidup, kita akan selalu menghadapi masalah atau problem yang menguji ketangguhan iman dan kreativitas kita. Masalah dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari persoalan pribadi, keluarga, kesehatan, hubungan dengan orang lain, dan banyak aspek lainnya.
Penting untuk diingat bahwa masalah adalah bagian alami dari kehidupan manusia. Bahkan masalah seringkali menjadi peluang untuk tumbuh dan belajar, serta untuk mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah yang lebih baik.
Dengan menghadapi masalah, kita memiliki kesempatan untuk mengasah keterampilan adaptasi dan kemampuan untuk berpikir secara kreatif guna mencari solusi yang efektif.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Kadang-kadang, masalah juga bisa menjadi cambuk untuk memotivasi kita meraih tujuan lebih tinggi. Masalah bisa jadi dapat membangun ketahanan mental, mengajarkan kesabaran, dan membantu kita mengembangkan perspektif yang lebih luas terhadap kehidupan.
Meskipun seringkali menghadapi masalah itu sulit dan menantang, namun kemampuan untuk tetap tenang, positif, dan gigih dapat membantu kita mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Hal yang penting dan harus dalam setiap menghadapi hendaknya selalu meyerahkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebab, Dia-lah yang menentukan dan mengatur segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi kecuali atas kehendak dan izin-Nya.
Disebutkan dalam sebuah sebuah riwayat bahwa suatu ketika sahabat Abu Darda mengadu kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, bahwa hidupnya selalu mengahadapi problem atau masalah yang rumit.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan nasihat kepada Abu Darda dengan membacakan ayat Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 129:
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Artinya: “Jika mereka berpaling (dari keimanan) maka katakanlah “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arasy yang agung.”
Setelah mendapat nasihat tersebut, Abu Darda selalu membaca:
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Artinya: Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arasy yang agung.
Membacanya sebanyak tujuh kali setiap pagi dan sore hari dan sejak itu Abu Darda setiap menghadapi problem tak pernah lagi gelisah.
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, ketika menjelaskan ayat 129 Surat At-Taubah juga menukilkan dari Abu Darda yang mengatakan, “Barang siapa yang mengucapkan kalimat berikut di saat pagi dan petang hari sebanyak tujuh kali, niscaya Allah akan memberinya kecukupan dari apa yang menyusahkannya,” yaitu:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Kemudian Abu Darda berkata, bahwa tidak sekali-kali seorang hamba mengucapkan kalimat doa tersebut sebanyak tujuh kali, baik ia membenarkannya ataupun berdusta melainkan Allah memberinya kecukupan dari apa yang menyusahkannya. Allahu a’lam. (A/B04/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang