DI DALAM kesunyian Gua Hira’, ketika langit masih gelap dan bumi belum sepenuhnya terjaga, datanglah suara yang mengubah sejarah selamanya: “Bacalah!” (Iqra’).
Ini bukan sekadar perintah biasa. Ini adalah panggilan ilahi yang menjadi pondasi seluruh bangunan keislaman.
Sebelum Allah memerintahkan shalat, sebelum disyariatkan puasa, bahkan sebelum diajarkan cara berwudhu, Allah terlebih dahulu menegaskan tentang ‘keagungan membaca’.
Mengapa? Karena membaca adalah gerbang pertama menuju kesadaran ilahiyah. Tanpa membaca, manusia akan tetap dalam kegelapan jahiliyah.
Baca Juga: Seluruh Pemeluk Dienul Islam Adalah Muslim
Tanpa membaca, tidak akan ada pemahaman. Tanpa pemahaman, ibadah hanyalah gerakan kosong tanpa makna.
Allah berfirman dalam wahyu pertama-Nya,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-‘Alaq: 1-5)
Perhatikanlah betapa Allah mengulang kata “Iqra’” dua kali dalam lima ayat ini. Ini menunjukkan tekanan yang sangat kuat bahwa membaca bukanlah aktivitas sampingan, melainkan kewajiban utama yang mendahului segala kewajiban lainnya.
Baca Juga: Ukhuwah Islamiyah dan Pembebasan Al-Aqsha
Jembatan Antara Hamba dan Penciptanya
Ketika Allah memerintahkan membaca, Dia tidak membatasinya hanya pada teks tertulis. Membaca dalam Islam mencakup tiga dimensi:
1. Membaca Wahyu (Al-Qur’an dan Hadis) – Ini adalah bacaan paling suci, sumber petunjuk yang menghidupkan hati. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Baca Juga: Istighfar Kunci Perubahan Nasib: Tadabbur Qur’an Surat Nuh Ayat 10-12
2. Membaca Alam Semesta (Ayat Kauniyah) – Langit yang terbentang, laut yang bergelombang, bahkan DNA dalam sel manusia, semuanya adalah “tulisan” Allah yang harus dibaca.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sungguh, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (Qs. Ali Imran: 190)
3. Membaca Diri Sendiri (Ayat Anfusiyah) – Manusia sendiri adalah kitab yang penuh misteri.
وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
“Dan pada dirimu sendiri, tidakkah kamu melihatnya?” (Qs. Adz-Dzariyat: 21)
Baca Juga: Israel Vs Iran, Ketika Serangan Membentuk Keberimbangan Regional
Membaca dan Buta Huruf Spiritual
Ironisnya, di zaman dimana akses informasi begitu mudah, banyak umat Islam yang justru mengalami “buta huruf spiritual”.
Mereka bisa membaca berita, tapi malas membaca Al-Qur’an. Bisa menghafal status media sosial, tapi lupa dengan hadis Nabi.
Bisa menganalisis data duniawi, tapi gagal memahami tanda-tanda kebesaran Allah di sekitarnya.
Baca Juga: Mengapa Harus Hadir di Majlis Taklim? Inilah 5 Keutamaannya yang Wajib Diketahui
Padahal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan,
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan yang tidak, seperti orang hidup dan mati.” (HR. Bukhari)
Tanpa membaca dengan benar, iman menjadi layu. Tanpa ilmu, ibadah kehilangan ruhnya.
Membaca sebagai Jihad Abad Ini
Baca Juga: Ketika Dosa Tampak Indah: Wajah Fitnah di Ujung Zaman
Jika dulu jihad terbesar adalah mengangkat pedang melawan kebatilan, maka hari ini jihad terbesar adalah melawan kebodohan dengan membaca.
Musuh terberat umat Islam sekarang bukan tank atau pesawat tempur, tapi malas berpikir, malas menelaah, dan alergi terhadap buku.
Allah memperingatkan:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Qs. Az-Zumar: 9)
Baca Juga: Mengakui Negara Israel Dalam Prespektif UUD 1945
Kembali ke Iqra’, Kembali ke Fitrah
Mari kita renungkan: Jika Allah saja mewahyukan “Bacalah!” sebagai kalimat pembuka risalah-Nya, lalu mengapa kita meremehkannya?
Jika malaikat Jibril tidak mengajarkan shalat atau puasa terlebih dahulu, melainkan mengajarkan membaca, bukankah ini isyarat agung tentang prioritas ilmu?
Maka, hidupkanlah tradisi membaca. Bacalah Al-Qur’an setiap hari walau satu ayat. Bacalah buku-buku ilmu. Bacalah fenomena kehidupan dengan mata hati.
Baca Juga: Hidup Hanya Sekali, Jadikan Bermakna di Sisi Allah
Karena dengan membaca, kita bukan hanya menambah pengetahuan, tapi menyempurnakan ibadah kita kepada Allah.
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Ya Rabb, tambahkanlah ilmu kepadaku.” (Qs. Thaha: 114)
Sebab, umat yang membaca adalah umat yang akan kembali memimpin peradaban. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pelanggaran Zionis terhadap Konvensi Jenewa