Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bacalah: Perintah Ilahi yang Mengubah Dunia

Zaenal Muttaqin Editor : Bahron Ans. - 26 detik yang lalu

26 detik yang lalu

0 Views

Iqra' adalah sumber pengetahuan (foto: ig)

DI DALAM kesunyian Gua Hira’, ketika langit masih gelap dan bumi belum sepenuhnya terjaga, datanglah suara yang mengubah sejarah selamanya: “Bacalah!” (Iqra’).

Ini bukan sekadar perintah biasa. Ini adalah panggilan ilahi yang menjadi pondasi seluruh bangunan keislaman.

Sebelum Allah memerintahkan shalat, sebelum disyariatkan puasa, bahkan sebelum diajarkan cara berwudhu, Allah terlebih dahulu menegaskan tentang ‘keagungan membaca’.

Mengapa? Karena membaca adalah gerbang pertama menuju kesadaran ilahiyah. Tanpa membaca, manusia akan tetap dalam kegelapan jahiliyah.

Baca Juga: Tiga Godaan Lelaki: Ujian Harta, Fitnah Wanita, dan Ambisi Takhta

Tanpa membaca, tidak akan ada pemahaman. Tanpa pemahaman, ibadah hanyalah gerakan kosong tanpa makna.

Allah berfirman dalam wahyu pertama-Nya,

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-‘Alaq: 1-5)

Perhatikanlah betapa Allah mengulang kata “Iqra’” dua kali dalam lima ayat ini. Ini menunjukkan tekanan yang sangat kuat bahwa membaca bukanlah aktivitas sampingan, melainkan kewajiban utama yang mendahului segala kewajiban lainnya.

Baca Juga: Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban Sesuai Syariat, Ini Panduan Lengkapnya

Jembatan Antara Hamba dan Penciptanya

Ketika Allah memerintahkan membaca, Dia tidak membatasinya hanya pada teks tertulis. Membaca dalam Islam mencakup tiga dimensi:

1. Membaca Wahyu (Al-Qur’an dan Hadis) – Ini adalah bacaan paling suci, sumber petunjuk yang menghidupkan hati. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

      خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Baca Juga: Doa untuk Orang Haji dan Umroh Agar Mendapat Haji Mabrur

2. Membaca Alam Semesta (Ayat Kauniyah) – Langit yang terbentang, laut yang bergelombang, bahkan DNA dalam sel manusia, semuanya adalah “tulisan” Allah yang harus dibaca.

   إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ 

“Sungguh, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (Qs. Ali Imran: 190)

3. Membaca Diri Sendiri (Ayat Anfusiyah) – Manusia sendiri adalah kitab yang penuh misteri.

   وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

“Dan pada dirimu sendiri, tidakkah kamu melihatnya?” (Qs. Adz-Dzariyat: 21)

Baca Juga: Silaturahim vs Silaturahmi: Apa Bedanya Menurut Syariat?

Membaca dan Buta Huruf Spiritual

Ironisnya, di zaman dimana akses informasi begitu mudah, banyak umat Islam yang justru mengalami “buta huruf spiritual”.

Mereka bisa membaca berita, tapi malas membaca Al-Qur’an. Bisa menghafal status media sosial, tapi lupa dengan hadis Nabi.

Bisa menganalisis data duniawi, tapi gagal memahami tanda-tanda kebesaran Allah di sekitarnya.

Baca Juga: Keutamaan Haji: Pahala dan Kedudukan Mulia di Sisi Allah

Padahal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan,

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ  

“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan yang tidak, seperti orang hidup dan mati.” (HR. Bukhari)

Tanpa membaca dengan benar, iman menjadi layu. Tanpa ilmu, ibadah kehilangan ruhnya.

Membaca sebagai Jihad Abad Ini

Baca Juga: Panduan Haji, Apa Saja yang Tidak Boleh Dilakukan?

Jika dulu jihad terbesar adalah mengangkat pedang melawan kebatilan, maka hari ini jihad terbesar adalah melawan kebodohan dengan membaca.

Musuh terberat umat Islam sekarang bukan tank atau pesawat tempur, tapi malas berpikir, malas menelaah, dan alergi terhadap buku.

Allah memperingatkan:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Qs. Az-Zumar: 9)

Baca Juga: Urgensi Jihad Ma’rifi dalam Pembebasan Masjidil Aqsa

Kembali ke Iqra’, Kembali ke Fitrah

Mari kita renungkan: Jika Allah saja mewahyukan “Bacalah!” sebagai kalimat pembuka risalah-Nya, lalu mengapa kita meremehkannya?

Jika malaikat Jibril tidak mengajarkan shalat atau puasa terlebih dahulu, melainkan mengajarkan membaca, bukankah ini isyarat agung tentang prioritas ilmu?

Maka, hidupkanlah tradisi membaca. Bacalah Al-Qur’an setiap hari walau satu ayat. Bacalah buku-buku ilmu. Bacalah fenomena kehidupan dengan mata hati.

Baca Juga: Pemuda dan Tanggung Jawab Pembebasan Al-Aqsa

Karena dengan membaca, kita bukan hanya menambah pengetahuan, tapi menyempurnakan ibadah kita kepada Allah.

رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا 

“Ya Rabb, tambahkanlah ilmu kepadaku.” (Qs. Thaha: 114)

Sebab, umat yang membaca adalah umat yang akan kembali memimpin peradaban. []

Mi’raj News Agency (MINA) 

Baca Juga: Zionis Pencipta Doktrin Antisemitisme

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah