Jakarta, MINA – Menyikapi proses pelepasan air olahan (treated water) yang disimpan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi, Jepang, ke laut mulai 24 Agustus 2023, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) memandang bahwa hal tersebut tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi manusia maupun lingkungan.
Hal tersebut, menurut BAPETEN, selama pihak pengelola PLTN Fukushima Daiichi dapat memastikan bahwa kandungan tritium yang ada dalam treated water yang dilepas tetap berada di bawah batas yang telah ditetapkan.
“BAPETEN juga berkomitmen untuk memonitor perkembangan yang terjadi dan terus bekerjasama dengan IAEA serta badan pengawas nuklir dunia lainnya dalam mengawasi pelepasan treated water sehingga tetap memenuhi standar keselamatan,” kata Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik BAPETEN Indra Gunawan, dalam keterangan tertulis diterima MINA, Kamis (31/8).
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) merupakan lembaga yang mengawasi seluruh pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia melalui tiga pilar, yaitu pembentukan peraturan, pelayanan perizinan dan pelaksanaan inspeksi.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Sebagai badan yang merupakan anggota dari International Atomic Energy Agency (IAEA), BAPETEN juga turut mengikuti perkembangan yang terjadi mengenai keputusan Jepang untuk melepaskan air olahan (treated water) yang disimpan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi ke laut mulai tanggal 24 Agustus 2023.
Rencana pelepasan air olahan ke laut yang dilakukan oleh Jepang dapat dipandang sebagai suatu bentuk klirens, yaitu pembebasan dari pengawasan badan pengawas terhadap limbah radioaktif, karena air olahan yang mengandung tritium dan sebelumnya memerlukan pengawasan, akan dibuang ke laut sehingga pada akhirnya tidak perlu lagi untuk diawasi.
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui laman resmi IAEA, dalam laporan resmi yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Rafael Mariano Grossi kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada 4 Juli 2023, IAEA mengatakan bahwa pelepasan treated water tidak memiliki dampak radiologis bagi manusia dan lingkungan.
Laporan tersebut merupakan hasil kerja selama hampir dua tahun oleh Satuan Tugas IAEA yang terdiri dari para pakar nuklir IAEA dari sebelas negara yang bertugas untuk mereviu rencana Jepang terhadap Standar Keselamatan IAEA yang merupakan referensi global untuk melindungi manusia dan lingkungan.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Air olahan (treated water) yang dilepaskan Jepang pada prinsipnya merupakan air terkontaminasi yang telah menjalani proses pengolahan untuk menghilangkan berbagai kontaminan, kecuali tritium. Keberadaan tritium di alam berasal dari produk dari reaksi nuklir antara molekul udara (Nitrogen dan Oksigen) dan sinar kosmik berenergi tinggi di dalam atmosfer.
Tritium merupakan zat radioaktif yang secara alami terkandung di air ledeng, air hujan, dan juga tubuh kita. Kemudian secara buatan, tritium merupakan salah satu jenis zat radioaktif yang dilepaskan ke lingkungan dalam pengoperasian normal suatu PLTN.
Pihak Jepang telah menetapkan batas konsentrasi tritium dalam treated water yang dilepaskan sebesar 1.500 Bq/L atau 1/7 dari standar yang ditetapkan WHO untuk air minum (10.000 Bq/L), dan berdasarkan hasil sampling yang dilakukan rutin oleh pihak pengelola PLTN Fukushima Daiichi, diperoleh nilai konsentrasi tritium dalam treated water di bawah nilai batas yang telah ditetapkan di atas.
Pelepasan tritium ke lingkungan merupakan suatu hal yang jamak terjadi dalam pengoperasian PLTN. Pihak Jepang juga telah menetapkan batas jumlah pelepasan tritium tahunan sebesar 22 Triliun Bq/tahun, yang mana angka ini masih lebih rendah daripada ratarata jumlah pelepasan tritium tahunan dalam pengoperasian PLTN di dunia.(R/R1/P2)
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza