Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana Media Barat Membelokkan Fakta Konflik Palestina?

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - Jumat, 14 Maret 2025 - 17:51 WIB

Jumat, 14 Maret 2025 - 17:51 WIB

28 Views

Fase Keenam Pertukaran Tahanan, Pejuang Palestina Serahkan 3 Sandera Israel di Gaza (foto: Anadolu Agency)
Fase Keenam Pertukaran Tahanan, Pejuang Palestina Serahkan 3 Sandera Israel di Gaza (foto: Anadolu Agency)

MEDIA memiliki peran besar dalam membentuk persepsi publik terhadap suatu konflik. Dalam kasus Palestina, media Barat seringkali menyajikan informasi yang bias dan tidak seimbang, yang menguntungkan narasi Israel dan merugikan Palestina. Penyesatan informasi ini bukan sekadar ketidaktahuan, tetapi bagian dari strategi sistematis yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Media arus utama di Barat, seperti CNN, BBC, dan The New York Times, memiliki kecenderungan untuk menggambarkan Israel sebagai pihak yang “bertahan” dan Palestina sebagai “penyerang”. Penggunaan istilah seperti “bentrok” dan “konflik” juga mengaburkan fakta bahwa Palestina adalah korban penjajahan dan apartheid Israel.

Salah satu strategi utama media Barat dalam membelokkan fakta adalah dengan memilih diksi yang bias. Serangan militer Israel sering disebut sebagai “tindakan defensif”, sementara perlawanan Palestina disebut sebagai “terorisme”. Padahal, perlawanan terhadap penjajahan adalah hak yang diakui dalam hukum internasional.

Media Barat juga sering mengabaikan fakta sejarah bahwa sebelum deklarasi Israel pada tahun 1948, Palestina adalah tanah yang dihuni oleh bangsa Palestina yang memiliki identitas nasional yang jelas. Mereka menghilangkan fakta bahwa pendirian Israel dilakukan dengan cara-cara ilegal, termasuk pembersihan etnis yang dikenal sebagai Nakba.

Baca Juga: Tanah yang Dirampas, Hak yang Diinjak, Dosa Historis Israel

Ketika Israel merampas tanah Palestina dan menggusur ribuan warga, media Barat cenderung tidak melaporkannya atau hanya menampilkan sisi Israel. Pembongkaran rumah, pemukiman ilegal, dan blokade terhadap Gaza sering kali tidak mendapatkan porsi pemberitaan yang cukup.

Sebaliknya, ketika warga Israel terbunuh dalam serangan, media Barat langsung membuat berita besar dengan narasi “serangan terhadap warga sipil”. Namun, ketika tentara Israel membunuh warga Palestina, termasuk anak-anak, media hanya menyebutnya sebagai “insiden” atau “kerusuhan”, seolah-olah hal itu sesuatu yang wajar terjadi.

Saat rakyat Palestina melawan penjajahan dengan aksi demonstrasi atau serangan balik terhadap tentara Israel, mereka langsung dicap sebagai teroris. Padahal, dalam hukum internasional, bangsa yang dijajah memiliki hak untuk melakukan perlawanan, termasuk dengan senjata.

Media Barat juga jarang mengungkapkan bahwa konflik ini bukan hanya antara “Israel vs Palestina”, tetapi ada ideologi Zionisme yang menjadi akar permasalahan. Zionisme adalah gerakan kolonial yang berupaya mendirikan negara Israel dengan cara mengusir penduduk asli Palestina.

Baca Juga: Cara Allah Menjawab Doa Kaum Muslimin untuk Menghancurkan Zionis Israel

Bahkan, dalam diskusi dan wawancara di media Barat, narasumber pro-Israel lebih banyak diberikan ruang dibandingkan narasumber pro-Palestina. Banyak akademisi dan aktivis Palestina yang suaranya disensor atau dikriminalisasi karena dianggap “anti-Semitisme”.

Tidak hanya itu, bahkan beberapa jurnalis yang berusaha memberitakan kejahatan Israel terhadap Palestina sering mengalami sensor, pemecatan, atau bahkan ancaman. Contohnya adalah pemecatan jurnalis CNN, Marc Lamont Hill, setelah ia berbicara mendukung hak Palestina di PBB.

Lobi pro-Israel, seperti AIPAC (American Israel Public Affairs Committee), memiliki pengaruh besar dalam politik dan media Barat. Mereka mendanai kampanye politik dan mengontrol narasi di media agar tetap mendukung Israel dan menutup informasi yang membela Palestina.

Media Barat juga sering menyebarkan berita palsu atau disinformasi yang menyudutkan Palestina. Misalnya, berulang kali muncul klaim bahwa Hamas menggunakan warga sipil sebagai “tameng manusia”, meskipun fakta di lapangan menunjukkan bahwa justru Israel yang melakukan serangan tanpa pandang bulu terhadap warga Gaza.

Baca Juga: HAM Versi Amerika, Hak untuk Menindas yang Lemah

Meskipun banyak organisasi internasional seperti Amnesty International dan Human Rights Watch telah mengutuk Israel sebagai rezim apartheid, media Barat jarang menyoroti laporan ini. Mereka lebih sering melaporkan versi pemerintah Israel dan sekutunya.

Penyesatan informasi ini menyebabkan banyak masyarakat Barat yang tidak memahami realitas di Palestina. Mereka cenderung bersimpati kepada Israel dan menganggap Palestina sebagai pihak yang bersalah. Opini ini akhirnya mempengaruhi kebijakan luar negeri negara-negara Barat yang terus mendukung Israel.

Media Barat telah memainkan peran besar dalam membentuk narasi yang menguntungkan Israel dan menutupi fakta penjajahan Palestina. Dengan memilih kata-kata yang bias, menghapus sejarah Palestina, serta memberikan standar ganda dalam pemberitaan, mereka telah memperkuat ketidakadilan global. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam dan dunia untuk terus menyebarkan informasi yang benar dan membangun media independen yang dapat menyuarakan kebenaran tentang Palestina.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: ​Tarian Erotis Wanita Arab dan Derita Palestina

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Dunia Islam
Internasional
Fase Keenam Pertukaran Tahanan, Pejuang Palestina Serahkan 3 Sandera Israel di Gaza (foto: Anadolu Agency)
Kolom
Kolom