Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahagia

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 17 detik yang lalu

17 detik yang lalu

0 Views

Keluarga bahagia (foto: ig)

Bahagia sering dipahami sebagai keadaan emosional yang positif dan memuaskan. Dalam konteks ilmiah, bahagia bisa diukur melalui indikator psikologis seperti kepuasan hidup dan perasaan positif yang konsisten. Sedangkan dalam perspektif syari (syariah), kebahagiaan merupakan anugerah Allah yang melibatkan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, serta kepatuhan terhadap ajaran Islam.

Dalam psikologi, kebahagiaan didefinisikan sebagai perasaan umum puas dan bahagia dengan hidup. Psikolog seperti Martin Seligman mengembangkan teori kebahagiaan yang mencakup tiga komponen utama: pengalaman positif, keterlibatan dalam aktivitas, dan makna hidup. Pendekatan ini menekankan pentingnya mengidentifikasi dan mencapai tujuan pribadi serta memelihara hubungan yang memuaskan.

Kebahagiaan berhubungan erat dengan kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang merasa bahagia cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik, lebih sedikit mengalami stres, dan lebih mampu menghadapi tantangan. Kebahagiaan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko berbagai penyakit fisik dan mental.

Kebahagiaan juga terkait dengan faktor sosial, seperti dukungan sosial dan hubungan interpersonal. Studi menunjukkan bahwa orang yang memiliki hubungan sosial yang kuat cenderung merasa lebih bahagia. Dukungan dari keluarga dan teman, serta keterlibatan dalam komunitas, berperan penting dalam mencapai kebahagiaan yang berkelanjutan.

Baca Juga: Pengaruh

Kepuasan hidup adalah salah satu indikator utama kebahagiaan. Ini mencakup penilaian subjektif seseorang terhadap kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Kepuasan hidup dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pencapaian pribadi, hubungan sosial, dan kondisi ekonomi.

Dalam Islam, kebahagiaan dianggap sebagai hasil dari iman yang kuat dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Allah. Al-Qur’an dan hadis memberikan pedoman tentang cara mencapai kebahagiaan melalui kepatuhan terhadap perintah Allah, melaksanakan ibadah dengan ikhlas, dan berbuat baik kepada sesama.

Keimanan yang kuat merupakan dasar kebahagiaan dalam Islam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28). Iman yang kokoh membawa kedamaian dan kebahagiaan batin.

Ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat tidak hanya memenuhi kewajiban agama tetapi juga memberikan kebahagiaan spiritual. Melalui ibadah, seorang Muslim merasa dekat dengan Allah, yang memberikan rasa ketenangan dan kepuasan yang mendalam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Shalat adalah penyejuk mataku.” (HR. Ahmad).

Baca Juga: Pengorbanan, Makna, Jenis, dan Dampaknya dalam Kehidupan

Akhlak mulia memainkan peran penting dalam mencapai kebahagiaan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa akhlak yang baik, seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang, adalah kunci untuk hidup bahagia. Dalam Hadis, beliau bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).

Islam juga menekankan pentingnya kesejahteraan sosial dan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad). Memberikan bantuan kepada orang lain dan bekerja sama dalam masyarakat merupakan bagian dari kebahagiaan dalam Islam.

Kesederhanaan juga merupakan prinsip penting dalam Islam yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kekayaan bukanlah karena banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari). Kesederhanaan dan tidak tergantung pada harta benda membantu seseorang mencapai kebahagiaan yang sebenarnya.

Kebahagiaan dalam Islam tidak selalu berkaitan dengan kondisi materi. Ujian dan kesulitan hidup dianggap sebagai bagian dari takdir Allah yang harus diterima dengan sabar. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami akan memberi ujian kepada kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan.” (QS. Al-Anbiya: 35). Sabar dan tawakal dalam menghadapi ujian merupakan bagian dari kebahagiaan.

Baca Juga: Dermawan

Rasa syukur juga bisa menjadi jalan untuk mencapai kebahagiaan dalam Islam. Allah berfirman, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7). Rasa syukur atas nikmat Allah, baik besar maupun kecil, membantu seseorang merasa puas dan bahagia.

Keberkahan dalam hidup, yang sering terkait dengan kebahagiaan, dapat dicapai melalui hidup yang sesuai dengan ajaran Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan pentingnya mencari berkah dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun ibadah. “Siapa yang diberi oleh Allah rezeki berupa harta dan dia tidak membelanjakannya di jalan Allah, maka sesungguhnya dia telah menyalahi hukum Allah.” (HR. Bukhari).

Kebahagiaan adalah konsep yang kompleks dan multifaset, melibatkan aspek psikologis dan spiritual. Dalam perspektif ilmiah, kebahagiaan berkaitan dengan kesejahteraan mental dan sosial. Dalam Islam, kebahagiaan diperoleh melalui iman yang kuat, ibadah, akhlak mulia, dan syukur kepada Allah. Mengintegrasikan prinsip-prinsip ilmiah dan syariah dalam pencapaian kebahagiaan dapat membantu seseorang mencapai kehidupan yang memuaskan dan penuh berkah.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Sejahtera

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
Indonesia
Kolom
Kolom