Bahasa Arab Harus Jadi Bahasa Pemersatu

Bogor, 5 Dzulqa’dah 1437/7 Agustus  2016 (MINA) – Tokoh  pemuda asal   Muhammad Al-Mishri mengatakan, harus menjadi bahasa pemersatu umat   Islam dunia terlebih dalam upaya pembebasan Al-Aqsha.

Menurut dia, Bahasa Arab memiliki peran yang sangat besar dalam menjaga sejarah Islam dan kemerdekaan Palestina juga pembebasan Al-Aqsha dari penjajahan Israel.

Hal itu disampaikannya dalam seminar nasional bertajuk ‘Membumikan Al-Qur’an dengan Memasyarakatkan Bahasa Arab bagi Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsha’ yang digelar Syubban Markaz Jamaah Muslimin (Hizbullah) bekerjasama dengan Ma’had Zaid Bin Tsabit di Masjid At-Taqwa, Komplek Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Ahad (7/8).

“Bahasa Arab memiliki dampak besar dalam penyebaran dan pembelajaran serta memahamkan kepada manusia tentang sejarah Palestina yang sebenarnya. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi seorang Muslim mempelajari Bahasa Arab dengan benar,” kata  Muhammad.

Dia mengatakan, memahami Bahasa Arab sangat penting bagi setiap umt Islam agar dapat mengetahui peradaban Islam khususnya di Palestina dan dapat memahami makna jihad dengan benar sebagai upaya mendukung pembebasan Masjid Al-Aqsha.

“Bahasa Arab sangat penting untuk dapat berkomunikasi dengan para pejuang yang berada di sana serta memahami keadaan di Palestina. Dengan Bahasa Arab juga setiap Muslim akan mengetahui sebenarnya kekejaman dan kejahatan yang dilakukan para penjajah (Israel) yang merebut hak Rakyat Palestina dan menodai tempat suci umat Islam,” ujarnya.

Dia menyerukan agar umat Islam dapat bergerak melindungi tempat suci di Palestina.  Tujuan kaum Yahudi yaitu untuk menghancurkan tempat suci bersejarah bagi umat Islam dan menghancurkan pemikiran tentang Islam di dunia ini. Bahkan tujuan mereka adalah menghapuskan Bahasa arab, karena merupakan bahasa Al-Qur’an yang mulia.

“Bahasa Arab bukan untuk orang-orang Arab saja, akan tetapi untuk semua manusia yang memeluk Islam di seluruh dunia. Oleh karena itu, bagi siapa saja yang mengaku dirinya seorang Muslim wajib baginya untuk menjadikan Bahasa Arab sebagi bahasa nomor satu,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Seminar, Muadz Abdul Qahar mengungkapkan bahwa seminar ini diselenggarakan sebagai alat untuk mempersatukan umat Islam dalam upayanya membebaskan Masjid Al-Aqsha.

“Kita ketahui bersama bahwa bahasa Arab adalah bahasa umat Islam, juga sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Dan yang terpenting adalah sebagai bahasa pembebasan Masjid Al-Aqsha,” jelas Muadz.

Hadir pada kesempatan itu, Pembina Ma’had Zaid bin Tsabit; Dr. Didik Setiawan, dan Pelopor Kampung Bahasa Arab; Adnan Fairuz, serta tamu undangan lainnya. (L/R05/R01)

 Mi’raj Islamic News Agency  (MINA)