Sombong atau takabbur adalah salah satu sifat tercela yang sangat dilarang dalam Islam. Sifat ini merupakan bagian dari penyakit hati yang dapat merusak hubungan manusia dengan Allah dan sesama manusia. Dalam bahasan ini, kita akan mengupas pengertian, tanda-tanda, akibat, serta cara menghindari sifat sombong menurut ajaran Islam.
Sombong atau takabbur dalam bahasa Arab berasal dari akar kata kibr, yang berarti kebesaran. Secara istilah, sombong adalah sikap merasa lebih baik atau lebih tinggi daripada orang lain, baik dalam hal harta, ilmu, kedudukan, atau hal lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan sifat sombong dalam hadisnya,
الكِبْرُ بَطَرُ الحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan tanda orang sombong setidaknya mencakup dua dimensi utama: menolak kebenaran alias tidak menerima kebenaran meskipun jelas dan nyata. Dan, meremehkan orang lain atau menganggap orang lain lebih rendah atau tidak berarti.
Baca Juga: Tadabbur Surat Thaha Ayat 124: Kehidupan Sempit Akibat Berpaling dari Peringatan Allah
Akibat Sombong
Pertama, jauh dari rahmat Allah. Allah tidak menyukai orang yang sombong, sebagaimana firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Qs. An-Nisa’: 36). Orang sombong merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, padahal segala sesuatu yang dimilikinya hanyalah titipan Allah. Kesombongan ini membuat seseorang jauh dari kasih sayang Allah karena ia lupa akan hakikat dirinya sebagai hamba yang lemah.
Kedua, memutus silaturahmi. Sifat sombong dapat merusak hubungan baik dengan sesama karena menimbulkan rasa tidak suka atau permusuhan. Orang yang sombong sering kali memandang rendah orang lain, sehingga sulit baginya untuk menjaga hubungan harmonis. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Membangkitkan Semangat Al-Aqsa dalam Jiwa Anak-Anak Muslim
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.” (Qs. An-Nisa’: 1). Dengan menjaga kerendahan hati, silaturahmi dapat terjalin dengan baik dan penuh keberkahan.
Ketiga, hina di mata Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim). Kesombongan membuat seseorang merasa mulia di dunia, namun di hadapan Allah, ia menjadi hina karena menolak kehendak dan perintah-Nya.
Baca Juga: Boikot Produk Zionis, Langkah Nyata Membela Palestina
Keempat, kehidupan yang tidak tenang. Orang sombong sering merasa gelisah karena terus membandingkan dirinya dengan orang lain. Ia selalu khawatir kehilangan status atau penghormatan dari orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَلاَ إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh; dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sifat sombong mencerminkan hati yang rusak, sehingga hidup seseorang tidak akan tenang.
Sifat sombong pernah menjadi penyebab kehancuran beberapa tokoh dalam sejarah, seperti Qarun yang sombong dengan hartanya, Firaun yang sombong dengan kekuasaannya, dan Iblis yang sombong karena asal penciptaannya. Semua kisah ini menjadi peringatan agar manusia tidak meniru kesombongan mereka.
Baca Juga: Peran Masjid Al-Aqsa dalam Menyatukan Umat Islam di Seluruh Dunia
Cara Menghindari Sifat Sombong
Pertama, menyadari keterbatasan diri. Menyadari bahwa segala kelebihan yang dimiliki hanyalah titipan Allah adalah langkah awal untuk menghindari sifat sombong. Manusia diciptakan dengan segala keterbatasannya, dan setiap kelebihan seperti ilmu, harta, atau kedudukan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Allah berfirman,
قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ
“Ia (Musa) berkata, ‘Ya Tuhanku, karena nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa.'” (Qs. Al-Qasas: 17)
Kedua, bersikap tawadhu’. Rendah hati adalah kebalikan dari sombong. Tawadhu’ membuat seseorang dihormati oleh manusia dan dimuliakan oleh Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Baca Juga: Tipu Muslihat Dunia untuk Kaum Wanita
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Barang siapa yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)
Sikap tawadhu’ bukanlah tanda kelemahan, tetapi bukti keimanan yang kokoh. Dengan tawadhu’, seseorang akan menyadari bahwa semua yang ia miliki berasal dari Allah dan tidak ada yang layak ia banggakan di hadapan-Nya.
Ketiga, banyak mengingat akhirat. Mengingat akhirat adalah salah satu cara untuk menundukkan hati dari kesombongan. Dengan menyadari bahwa segala yang ada di dunia ini fana dan tidak akan dibawa ke akhirat, manusia akan lebih fokus pada amal kebajikan daripada mengejar penghormatan duniawi. Allah berfirman,
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu hanyalah seperti air yang Kami turunkan dari langit.” (Qs. Yunus: 24)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-30] Batasan-batasan Allah
Keempat, banyak bersyukur. Bersyukur atas nikmat Allah adalah salah satu cara untuk melatih hati agar tidak sombong. Dengan bersyukur, seseorang akan memahami bahwa semua nikmat berasal dari Allah, dan sudah selayaknya nikmat itu digunakan untuk berbuat kebaikan. Allah berfirman,
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (Qs. Ibrahim: 7)
Kelima, bergaul dengan orang shalih. Lingkungan yang baik memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan akhlak seseorang. Bergaul dengan orang-orang shalih dapat membantu menghindari sifat sombong karena mereka selalu mengingatkan untuk tawadhu’ dan istiqamah dalam berbuat baik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu berada dalam agama sahabat dekatnya. Maka hendaklah kalian memperhatikan siapa yang menjadi sahabat dekatnya.” (HR. Abu Dawud)
Baca Juga: Surat Yasin: Mengungkap Hikmah dan Kandungannya
Bergaul dengan orang shalih akan membawa pengaruh positif, membuat seseorang lebih mengutamakan kebajikan, dan terhindar dari sifat-sifat tercela, termasuk sombong.
Sifat sombong adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Untuk itu, setiap Muslim harus berusaha menjauhi sifat ini dengan introspeksi, meningkatkan ketakwaan, dan bersikap tawadhu’. Dengan demikian, kita akan lebih dekat kepada Allah dan lebih dicintai oleh sesama manusia. Semoga Allah melindungi kita dari sifat sombong dan penyakit hati lainnya. Aamiin.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menjadi Suami Qawwam: Peran dan Tanggung Jawab Laki-Laki dalam Islam