Balasan Itu Sesuai dengan Jenis Amalnya (Oleh: Zaenal Muttaqin)

Perumpamaan umat Islam dalam persatuan dan adalah seperti satu . Bila ada bagian anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan dampaknya, selalu memiliki merasakan yang sama. Sebagaimana diibaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika ada saudaranya tertimpa musibah atau terzalimi, maka pada hakikatnya seluruh umat Islam juga ikut merasakan sakit.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang beriman dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim)

Saat ini kita sedang diuji oleh Allah Ta’ala tentang seberapa kuatkah ikatan iman yang ada dalam hati kita saat saudara-saudara kita di beberapa tempat ditimpa musibah dan bencana. Seberapa sakitkah rasa yang kita alami ketika saudara-saudara kita mengalami kesulitan hidup di tempat-tempat pengungsian? Bukankah mereka juga bagian dari tubuh kita? Lalu apa yang telah kita lakukan untuk mereka?

Menolong saudara muslim yang sedang tertimpa musibah memiliki pahala yang cukup besar dalam ajaran Islam. Bahkan menjadi salah satu amalan yang dicintai oleh Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ, أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً, أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا, أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا

“Amalan yang paling dicintai Allah ta’ala adalah engkau menyenangkan seorang muslim, atau engkau mengatasi kesulitannya, atau engkau menghilangkan laparnya, atau engkau membayarkan hutangnya.” (HR. Thabrani)

Dalam riwayat lain disebutkan, Allah Ta’ala menjadikan rasa kasih sayang yang diberikan seseorang terhadap saudaranya, menjadi ukuran sebab turunnya kasih sayang dari-Nya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّـمَـا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ

“Sesungguhnya hanya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang,” (HR. Bukhari-Muslim).

Selain itu, Allah Ta’ala juga menjanjikan bahwa pertolongan-Nya akan senantiasa menyertai orang mukmin yang menolong saudaranya. Tidak hanya di dunia, bahkan di hari kiamat kelak, ketika semua manusia terhimpit dengan kesusahan yang begitu dahsyat, Allah Ta’ala akan datang menolongnya. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Barangsiapa yang menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)

Arti dari al-kurbah atau kesempitan ialah beban berat yang mengakibatkan seseorang sangat menderita dan sedih. Sedangkan maksud meringankan di sini adalah usaha untuk meringankan beban tersebut dari penderita.

Kemudian at-tafriij artinya adalah usaha untuk menghilangkan beban penderitaan dari penderita sehingga kesedihan dan kesusahannya hilang. Balasan bagi yang meringankan beban orang lain, ialah Allah akan meringankan kesulitannya. Kemudian balasan menghilangkan kesulitan adalah Allah akan menghilangkan kesulitannya.

Berdasarkan hadis tetsebut para ulama menuliskan sebuah kaidah yaitu, al-jaza’ min jinsil ‘amal, maknanya; balasan itu sesuai dengan jenis amal yang dilakukan. Tapi perlu dipahami, bahwa kesamaan di sini adalah dari sisi jenisnya saja, bukan dari kadar jumlahnya. Karena dari sisi kadar, kesulitan di dunia tentu tidak ada apa-apanya bila dibandingkan kesulitan akhirat.

Oleh sebab itu, seorang Muslim hendaknya berupaya untuk membantu meringankan atau menghilangkan kesulitan muslim lainnya. Banyak jenis kesulitan yang dialami manusia, maka banyak pula cara untuk menolongnya.

Jika saudara kita mengalami kesulitan untuk memenuhi hajat hidupnya, seperti makan, minum dan pakaian, maka cara menghilangkan kesusahannya adalah dengan memenuhi kebutuhan mereka.

Pada dasarnya, ketika kita menolong mereka, sesungguhnya kita sedang menolong diri kita sendiri. Nanti di akhirat, alangkah butuhnya kita akan pertolongan Allah agar terlepas dari kehausan, kelaparan maupun panasnya terik yang menyengat badan.

Bukankah tak ada lagi harta dunia kita yang bisa dibawa untuk memenuhi kebutuhan di akhirat, selain harta yang telah kita sedekahkan? Kemana lagi kita akan mencari makan, mendapatkan minuman, menikmati buah-buahan, pakaian dan tempat tinggal? Tak ada lagi yang bisa memberi pinjaman atau mengirimkan bantuan selain Allah.

Pertolongan Allah itu akan datang jika di dunia kita sudi membantu saudara kita yang kesulitan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selagi hamba itu sudi menolong saudaranya.” (HR Muslim)

Marilah kita terus berupaya agar senantiasa berada dalam pertolongan Allah dengan menolong saudara kita yang sedang dirundung kesedihan dan dihimpit oleh kesulitan serta kesusahan. (A/B04/P1)

Dinukil dan diedit dari beberapa sumber.

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.