Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bali Masih Menarik untuk Investasi

Rendi Setiawan - Kamis, 4 Mei 2017 - 17:44 WIB

Kamis, 4 Mei 2017 - 17:44 WIB

283 Views

(Ilustrasi)

investasi.jpg" alt="" width="673" height="373" /> (Ilustrasi)

Denpasar, 8 Sya’ban 1438/4 April 2017 (MINA) – Bali masih menjadi daya tarik investasi di Tanah Air. Target pembangunan makro regional Bali secara umum jauh di atas target pembangunan makro ekonomi nasional. Bali juga didukung oleh penyediaan infrastruktur dan penegntasan kemiskinan yang memadai.

Demikian disampaikan Anggota Komisi XI DPR RI Johnny G. Plate di Bali, saat mengikuti rangkaian kunjungan kerja ke Pulau Dewata tersebut baru-baru ini, demikian keterangan pers Parlementaria yang diterima MINA.

“Fakta tersebut mengundang banyak investor datang ke Bali. Ditambah lagi sektor perbankannya mampu mendorong kredit usaha rakyat (KUR) dengan baik. Tahun pertama Rp1 triliun, tahun keduaRp2,9 triliun, dan pada 2016 mencapai Rp3,5 triliun. Ini perkembangan yang sangat progresif,” kata Johnny.

Di sisi lain, lanjut Johnny, juga dengan performing loan yang rendah di Bali. Ini berarti kerja sama dunia perbankan, industri, dan dunia usaha sudah berjalan dengan baik.

Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi 

“Sementara untuk menunjang pariwisata Bali, kini dibutuhkan infrastruktur perkotaan yang lebih bagus, termasuk mengatur calon underpass untuk mengatasi kemacetan. Semua ini untuk menciptakan iklim investasi di Bali semakin membaik,” katanya.

Pada bagian lain, Johnny menyorot pula kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Karena pasar bank ini sangat terbatas, perlu bekerja sama dengan bank-bank mainstream. BPR bisa bekerja sama dengan Bank Mandiri, BRI, BNI 46, dan BPD.

“Asistensi SDM juga perlu dilakukan untuk menganalisis risiko. Satu hal yang perlu menjadi perhatian juga, walaupun KUR berkembang dengan baik, tapi keseimbangan antara yang dialokasikan ke sektor-sektor hulu dan sektor niaga tidak imbang,” ujarnya.

Ia melanjutkan bahwa sektor niaga masih terlalu besar, yaitu mencapai 60%. Sedangkan sektor hulu atau sektor yang terkait dengan nilai tambah, masih di 40%. Ini perlu mendapat perhatian bila pemerintah ingin mendorong percepatan akselerasi pertumbuhan ekonominya lebih bagus.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah

“Keseimbangan perlu dijaga. Sekali lagi secara umum di Bali ini, rasionya bagus, bahkan tingkat pengangguran di bawah 2% dibandingkan dengan nasional yang mencapai 5,6%. Tingkat kemiskinan di Bali hanya sekitar 4%, jauh dibandingkan nasional yang mencapai 10,6%,” jelas Johnny. (T/R06/B05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon

Rekomendasi untuk Anda