Lombok, 28 Syawwal 1437/2 Agustus 2016 (MINA) – Perseroan Terbatas Angkasa Pura I membuka kembali aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat karena debu vulkanik letusan Gunung Barujari (Anak Gunung Rinjani) sudah tidak nampak.
“Hasil rapat pembahasan pagi ini menyatakan kondisi sudah aman, sehingga bandara dibuka lebih awal dari jadwal semula pukul 10.00 WITA, dimajukan pada pukul 08.00 WITA,” kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok (BIL) I Gusti Ngurah Ardika di Lombok Tengah, Selasa.
Bandara Internasional Lombok ditutup sejak Senin (1/8), pada pukul 16.15 WITA, akibat debu letusan Gunung Barujari yang membahayakan aktivitas penerbangan, demikian Antaranews melaporkannya.
Ardika mengatakan, pembukaan aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Lombok diputuskan dalam rapat bersama dengan Air Navigation, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), maskapai penerbangan dan pihak terkait lainnya.
Baca Juga: Syaikh El-Awaisi: Menyebut-Nyebut Baitul Maqdis Sebagai Tanda Cinta Terhadap Rasulullah
Keputusan diambil didasarkan pada hasil pengamatan satelit Himawari dan pantauan dari Pusat Pemantau Vulkanik Ash di Darwin, Australia, yang memperkirakan sebaran vulkanik mulai menipis dan tidak signifikan lagi.
“Hasil pengamatan di lapangan dan cuaca di sekitar Gunung Rinjani sudah bagus dan debu di area penerbangan juga sudah tidak nampak,” ucap Ardika.
Sementara itu, petugas Vulkanologi di Pos Pengamat Gunung Api Rinjani, Mutaharlin, menyebutkan erupsi Gunung Barujari sudah tidak terjadi lagi.
“Untuk hari ini tidak ada terjadi letusan, secara visual dan kegempaan,” katanya.
Baca Juga: AWG: Daurah Baitul Maqdis, Jadi Titik Balik Radikal untuk Perjuangan Umat Islam
Menurut dia, ditutupnya aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Lombok, pada Senin (1/8), disebabkan adanya sebaran abu vulkanik akibat letusan Gunung Barujari, yang sempat mencapai ketinggian di atas 2.000 meter dengan amplitudo maksimal 52 milimeter.
“Letusan kemarin terjadi sebanyak tiga kali, yakni pada pukul 11.45 WITA, berlanjut pada pukul 11.50 WITA dan terakhi pada pukul 16.00 WITA, setelah itu ada letusan skala kecil,” ujarnya.
Hingga saat ini, kata Mutaharlin, pihaknya masih tetap mempertahankan status Gunung Rinjani dalam level normal, namun para pendaki diminta untuk tidak mendekat ke area Gunung Barujari karena erupsi bisa terjadi secara tiba-tiba.
“Letusan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini adalah sisa letusan pada 2015, makanya kami minta pendaki tidak boleh mendekati Gunung Barujari, cukup di sekitar Danau Segara Anak saja atau radius 1,5 kilometer dari pusat letusan,” katanya.
Baca Juga: Shuling Kota Sabang, Ustaz Arif Ramdan Ajak Jamaah Peduli Masjid Al-Aqsa
Gunung Barujari pernah meletus pada 20 Oktober 2015 sekitar pukul 10.45 WITA dan menyebabkan jalur pendakian ditutup dan aktivitas penerbangan dari dan menuju NTB dihentikan karena ketinggian letusan berbahaya bagi keselamatan penerbangan.
Gunung Barujari atau yang disebut Gunung Baru berada di sisi timur kaldera Gunung Rinjani, dengan kawah berukuran lebar 170 meter dan panjang 200 meter, ketinggian 2.296-2376 meter dari permukaan laut (mdpl). (T/P011/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kumpulan Khutbah Jumat tentang Bahaya Judi Online Dikebut