Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bangkit

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 16 detik yang lalu

16 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi, bangkit dan semangat untuk mengatasi rintangan. (foto: ig)

Bangkit adalah sebuah fenomena yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dari sudut pandang ilmiah maupun syar’i. Dalam konteks ilmiah, bangkit merujuk pada proses pemulihan atau kebangkitan setelah mengalami kegagalan atau kesulitan. Sedangkan dalam perspektif syar’i, bangkit berhubungan erat dengan konsep taubat, perjuangan, dan keinginan untuk memperbaiki diri sesuai dengan ajaran Islam. Tulisan ini akan membahas bangkit secara mendalam, meliputi aspek ilmiah dan syari.

Secara ilmiah, bangkit dapat dijelaskan melalui teori psikologi dan neurosains. Ketika seseorang mengalami kegagalan atau kesulitan, tubuh dan pikiran merespons dengan cara tertentu. Proses bangkit memerlukan kemampuan untuk mengatasi stres dan membangun ketahanan mental. Penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan bangkit dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti dukungan sosial, optimisme, dan keterampilan mengelola stres.

Neurosains juga menjelaskan bahwa saat seseorang bangkit dari kegagalan, otak mengalami perubahan neuroplastisitas. Ini adalah kemampuan otak untuk membentuk dan memperkuat koneksi neural baru sebagai respons terhadap pengalaman. Proses ini mendukung pembelajaran dari kesalahan dan penyesuaian perilaku untuk mencapai hasil yang lebih baik di masa depan.

Dalam perspektif syari, bangkit berkaitan erat dengan konsep taubat (pertobatan). Al-Qur’an dan Hadis mengajarkan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk bangkit dari dosa dan kesalahan melalui taubat. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan orang-orang yang tidak menyertakan dosa dengan dosa lain dan siapa yang bertaubat kepada Allah, maka dia akan mendapat ampunan dari Allah.” (QS. Al-Furqan: 70). Ayat ini menunjukkan bahwa Allah membuka pintu taubat seluas-luasnya bagi hamba-Nya yang ingin bangkit dari kesalahan.

Baca Juga: Responsif

Hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menegaskan pentingnya taubat sebagai langkah awal untuk bangkit. Beliau bersabda, “Setiap anak Adam adalah pelaku kesalahan, dan sebaik-baik pelaku kesalahan adalah orang-orang yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini menunjukkan bahwa proses bangkit dalam Islam melibatkan kesadaran akan kesalahan dan niat untuk memperbaiki diri melalui taubat.

Taktik untuk bangkit dari kesulitan meliputi penetapan tujuan yang realistis, perencanaan yang baik, dan pengembangan keterampilan. Individu yang mampu memanfaatkan strategi ini sering kali mengalami peningkatan ketahanan mental dan emosional. Pengembangan keterampilan ini sejalan dengan prinsip-prinsip Islam yang mendorong umat untuk memiliki sikap sabar, tawakal, dan usaha keras.

Islam juga mengajarkan pentingnya niat yang kuat dan usaha maksimal dalam menghadapi kesulitan. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6). Ayat ini mengajarkan bahwa setiap kesulitan akan diikuti dengan kemudahan, dan usaha untuk bangkit adalah bagian dari iman dan keyakinan seseorang terhadap janji Allah.

Peran Dukungan Sosial dalam Proses Kebangkitan

Baca Juga: Wamenkeu Ungkap Peran Strategis Keuangan Islam Hadapi Tantangan Ekonomi

Dukungan sosial memainkan peran krusial dalam proses bangkit. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki jaringan sosial yang kuat cenderung lebih cepat pulih dari kegagalan. Dukungan ini dapat berupa bantuan emosional, nasihat, atau bantuan praktis dari teman dan keluarga.

Dalam Islam, dukungan sosial juga dianggap penting. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menekankan pentingnya tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. Beliau bersabda, “Barang siapa yang tidak menolong saudaranya ketika saudaranya dalam kesulitan, maka dia bukanlah bagian dari kami.” (HR. Muslim). Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, saling mendukung dan membantu sesama adalah bagian integral dari proses bangkit dan perbaikan diri.

Doa merupakan aspek penting dalam proses bangkit menurut syari. Dalam menghadapi kesulitan dan kegagalan, berdoa kepada Allah Ta’ala untuk diberikan kemudahan dan petunjuk adalah langkah yang sangat dianjurkan. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Ghafir: 60). Doa menjadi sarana untuk memohon kekuatan dan bimbingan Allah dalam proses bangkit.

Dalam konteks ilmiah, kesadaran diri dan refleksi memainkan peran penting dalam bangkit dari kesalahan. Individu yang mampu mengevaluasi kesalahan mereka dengan objektif dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan lebih cenderung berhasil bangkit.

Baca Juga: Menkeu Ungkap Relevansi Nilai-Nilai Islam dalam Pengelolaan Keuangan Negara

Bangkit adalah proses yang melibatkan pemulihan dari kegagalan atau kesulitan, dan dapat dipahami dari berbagai perspektif. Secara ilmiah, ini melibatkan perubahan neuroplastisitas, pengelolaan stres, dan dukungan sosial. Dalam konteks syari, bangkit berkaitan dengan taubat, doa, dan tawakal. Kedua perspektif ini saling melengkapi dan memberikan panduan yang berharga untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan dalam kehidupan.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pentingnya Evaluasi

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
Indonesia
Kolom
Feature
Ekonomi