Bangladesh Dakwa 29 Orang Rohingya atas Pembunuhan Aktivis Mohib Ullah

Cox Bazar, MINA – Polisi Bangladesh mendakwa sedikitnya 29 orang Rohingya di kamp pengungsian di Bangladesh atas pembunuhan pemimpin komunitas populer Mohib Ullah.

Ullah, kepala kelompok hak asasi Rohingya, ditembak mati di salah satu kamp di Bangladesh yang menampung hampir satu juta dari Myanmar pada September tahun lalu.

Pembunuhan pemimpin lokal populer mengirimkan gelombang kejut melalui komunitas pengungsi, MEMO melaporkan Sabtu (18/6).

“Dari 29 orang tersebut, polisi telah menangkap 15 orang dan sisanya melarikan diri,” kata jaksa Faridul Alam.

“Setidaknya empat dari mereka yang ditangkap telah membuat pernyataan pengakuan atas peran mereka dalam pembunuhan itu,” lanjut Alam.

Polisi telah menyelesaikan penyelidikan mereka dan mengajukan lembar dakwaan terhadap 29 tersangka atas pembunuhan pria berusia 48 tahun itu.

Tidak lama setelah pembunuhan itu, keluarga Ullah menyalahkan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), sebuah kelompok bersenjata di negara bagian Rakhine, Myanmar barat, yang dituduh berurusan dengan narkotika, membunuh lawan politik, dan menanamkan iklim ketakutan di kamp-kamp pengungsi.

Jaksa mengatakan polisi tidak secara langsung meminta ARSA bertanggung jawab atas pembunuhan itu, tapi mengatakan, berapa dari mereka yang didakwa adalah anggota kelompok tersebut.

Sekitar 920.000 pengungsi Rohingya tinggal di kamp-kamp di Bangladesh, yang sebagian besar melarikan diri dari serangan militer di Myanmar pada 2017.

Bekerja di kamp-kamp, ​​Ullah dan rekan-rekannya diam-diam mendokumentasikan kejahatan yang diderita rakyatnya di tangan militer Myanmar sambil mendesak kondisi yang lebih baik.

Mantan guru itu menjadi terkenal pada tahun 2019 ketika ia mengorganisir protes sekitar 100.000 orang untuk menandai dua tahun sejak eksodus mereka dari Myanmar ke Bangladesh.

Dia juga bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih tahun 2019 dan berpidato di pertemuan PBB di Jenewa.

Setelah pembunuhan itu, anggota keluarga Ullah berlindung di kamp transit yang dikelola PBB dan pada bulan April mereka dipindahkan ke Kanada. (T/RE1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA