Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bangladesh Larang Jual Kartu SIM HP pada Pengungsi Rohingya

Zaenal Muttaqin - Ahad, 24 September 2017 - 20:15 WIB

Ahad, 24 September 2017 - 20:15 WIB

275 Views

Pengungsi Rohingnya berebut untuk mendapatkan bantuan (Foto: Gulf Times) Edition ### on 2017-09-24 08:00:02Z | |

rohingya-300x172.jpg" alt="" width="801" height="459" /> Pengungsi Rohingnya berebut untuk mendapatkan bantuan (Foto: Gulf Times)

 

Dhakka, MINA – Bangladesh melarang perusahaan telekomunikasi menjual koneksi telepon genggam atau handpone (HP) ke pengungsi Rohingya, dengan alasan keamanan karena mereka tidak punya dokumen identitas, kata beberapa pejabat hari Ahad (24/9).

Empat penyedia telepon seluler di Bangladesh diancam denda jika mereka menjual kepada hampir 430.000 pengungsi baru dari Myanmar.

“Untuk saat ini, mereka (Rohingya) tidak dapat membeli kartu SIM apapun,” kata Enayet Hossain, seorang perwira senior di Kementerian Telekomunikasi Bangladesh, Ahad (24/9) seperti dilaporkan Gulf Times yang dikutip MINA.

Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas

Menteri Telekomunikasi Bangladesh, Tarana Halim mengatakan, keputusan yang dibuat pada Sabtu (24/9) itu untuk memutuskan komunikasi terhadap pengungsi dapat dibenarkan karena alasan keamanan, sebab mereka tak punya identitas resmi khususnya menyangkut kewarganegaraan.

Bangladesh sebelumnya juga sudah melarang penjualan kartu SIM kepada warganya sendiri yang tidak dapat memberikan kartu identitas resmi, dalam upaya untuk menggagalkan berkembangnya organisasi militan.

“Kami mengambil langkah (untuk menyambut orang-orang Rohingya) dengan alasan kemanusiaan tapi pada saat bersamaan keamanan kita sendiri jangan diabaikan,” kata Halim, tanpa menjelaskan lebih jauh tentang risiko spesifik yang dimiliki Rohingya.

Otoritas telekomunikasi Bangladesh mengatakan, larangan tersebut dapat dicabut begitu kartu identitas biometrik dikeluarkan untuk pengungsi yang baru tiba, sebuah proses yang menurut militer bisa memakan waktu enam bulan.

Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris

Ini adalah pembatasan terakhir yang diberlakukan pada Rohingya yang telah melarikan diri dalam jumlah besar karena mengalami kekerasan di negara bagian Rakhine. Mereka kini di kamp-kamp kumuh di distrik Cox’s Bazar di Bangladesh selatan dalam empat minggu terakhir.

Hampir 430.000 pengungsi telah digiring oleh militer ke beberapa kamp yang cukup besar di dekat perbatasan, di mana puluhan ribu orang tinggal di tempat terbuka tanpa tempat berlindung.

Banyak dari mereka yang diusir dari menempati hutan dan lahan pertanian oleh polisi dan tentara, yang telah diperintahkan untuk menjaga Rohingya agar tidak mencari perlindungan di kota-kota besar dan kota-kota terdekat.

Penghalang jalan telah dipasang di sepanjang rute utama dari batas kamp, ​​di mana kekurangan makanan, air, tempat penampungan dan toilet yang mengerikan adalah menciptakan kelompok pemberi bantuan yang digambarkan sebagai krisis kemanusiaan.

Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu

Sekitar 5.100 orang telah dihentikan di pos pemeriksaan ini dan kembali ke kamp-kamp yang ditunjuk, kata polisi.

“Kami telah menyiapkan 11 pos pemeriksaan di jalan raya Cox’s Bazar untuk menghentikan pengungsi Rohingya agar tidak menyebar ke pedalaman,” kata kepala polisi Cox Bazar Iqbal Hossain kepada wartawan. (T/B05/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Dunia Islam
Internasional
Dunia Islam
Wapres RI Ma'ruf Aamiin menghadiri acara Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-44 dan ke-45 di Vientiane, Laos, Rabu (9/10/2024) (Foto: Setwapres RI)
Asia
Feature