Bangladesh Peringati Hari Kemerdekaan Tanpa Perayaan Massal

Dhaka, MINA – merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-50 dan dalam skala terbatas di seluruh negeri pada hari Kamis (26/3) tanpa perayaan yang dihadiri banyak orang, di tengah kekhawatiran global terhadap wabah virus corona.

Bangladesh semula adalah bagian dari Pakistan dengan nama Pakistan Timur dan kemudin memisahkan diri dengan membentuk negara sendiri bernama Bangladesh. Mayoritas penduduk negara di anak benua India ini beragama Islam. Negara ini menjadi anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Bendera nasional dikibarkan di semua tingkat distrik dan instansi dengan kehadiran minimum untuk menghindari pertemuan publik, siaran pers Kementerian Urusan Perang Pembebasan mengatakan.

Pemerintah membatalkan semua perayaan, termasuk acara peletakan  karangan bunga di Savar, pertemuan anak-anak di Stadion Bangabandhu dan semua jenis pertemuan publik di semua tingkatan, katanya. New Age melaporkan, Kamis (26/3).

Bangunan-bangunan penting dan instalasi diterangi dengan lampu-lampu hias dan jalan-jalan utama di Dhaka dan tempat lain dipercantik dengan bendera nasional dan lainnya untuk menandai Hari Nasional itu.

Televisi Bangladesh Betar, Bangladesh Television, dan saluran televisi lainnya menyiarkan program khusus tentang Hari Nasional.

Doa diadakan di lembaga-lembaga keagamaan dengan kehadiran minimum, untuk perdamaian dan kemakmuran negara. Hari Kemerdekaan memperingati 26 Maret 1971 itu dijadikan sebagai hari libur nasional.

Biasanya, pada hari itu, Presiden Abdul Hamid dan Perdana Menteri Sheikh Hasina menempatkan karangan bunga pagi-pagi sekali untuk memberikan penghormatan kepada para pahlawan Perang Pembebasan. Namun acara kenegaraan itu juga dibatalkan.

Semua partai politik serta organisasi sosial-budaya dan profesional juga menunda semua perayaan publik untuk menjaga jarak sosial atas arahan pemerintah serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)