Jakarta, 2 Rajab 1435/1 Mei 2014 (MINA) – Dalam acara peluncuran video kampanye penggalangan dana untuk pengadaan alat kesehatan Rumah Sakit (RS) Indonesia di Senayan Jakarta, Rabu, terungkap, banyak orang yang sempat menanggapi ide pembangunan rumah sakit itu adalah “ide gila”, namun nyatanya sekarang menjadi kenyataan.
Ide pertama pembangunan RS Indonesia di Gaza, Palestina, adalah dari dr Henry Hidayatullah, setelah tim medis kemanusiaan yang dikirim MER-C saat perang Gaza awal 2009, menemukan banyaknya korban dari rakyat Palestina yang tidak bisa tertangani secara medis saat perang.
Ini membuat dr Henry mencetuskan ide membangun rumahsakit yang kemudian ditanggapi dengan sebutan ide “gila” oleh beberapa kalangan.
Bahkan komentar kedua menanggapi ide pembangunan rumah sakit di daerah konflik itu adalah “tidak mungkin terwujud”.
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
“Gila, itulah tanggapan pertama yang saya terima ketika pertama mencetuskan ide pembangunan RS Indonesia ini,” kata Henry yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Presidium MER-C. “Disebut ‘gila’ karena memang tidak mudah, di negeri orang, daerah konflik dan perang serta dengan dana yang tidak sedikit.”
Dr Joserizal Jurnalis, Anggota Presidium MER-C lainnya bahkan menyebut pembangunan RS Indonesia adalah “mission imposible”.
“Sangat sulit untuk masuk ke Gaza dan ketika berhasil masuk, sangat sulit untuk keluar, karena daerah ini diblokade sangat ketat, baik itu oleh penjajah Israel dan pemerintah Mesir. RS Indonesia dibangun di daerah yang tidak ada kepastian selamat, daerah yang sedang dibombardir kala itu oleh pesawat-pesawat tempur Israel,” ujar Joserizal kepada MINA.
Sementara itu, Anggota Presidium MER-C Ir. Faried Thalib mengungkapkan, ketika dirinya mendengar ide tersebut, dia tidak menentang, tapi pesimis.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
“Dalam hati saya bertanya-tanya, ‘Apa mungkin?’ Namun saya melihat ketulusan, ketawadhuan, keseriusan seluruh rekan dan masyarakat, semangat teman-teman begitu kuat, sehingga pembangunan ini pelan-pelan terwujud dan akhirnya terwujud. Kita hanya bergantung pada tali Allah,” kata Faried kepada MINA.
Menurut Henry, hal yang menyebabkan mimpi gila itu terwujud adalah karena kebutuhan yang sangat tinggi dan kondisi di sana membutuhkan sebuah sarana rumah sakit yang lebih baik dari yang sudah ada.
Adapun mantan relawan pembangunan gelombang pertama, Darusman, mengatakan kepada MINA bahwa ini adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri, ternyata masyarakat Indonesia bisa berbuat yang tidak bisa dilakukan oleh negara-negara lain.
“Maka sudah saatnya Muslim yang mayoritas di Indonesia sadar dan berbuat yang terbaik untuk saudara-saudaranya di Gaza,” kata Darusman yang berada ke Gaza pada tahun 2010 hingga 2012, selama satu setengah tahun. (L/P09/P04/IR).
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).