Gaza, 24 Safar 1438/ 24 November 2016 (MINA) – Bank Dunia mengecam krisis air memburuk di Jalur Gaza, menyebut situasi di wilayah Palestina terblokade “mengkhawatirkan”. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Bank Dunia pekan ini, pakar senior air dan sanitasi Adnan Ghosheh menyatakan bahwa hanya 10 persen dari total penduduk Palestina di Jalur Gaza memiliki akses air minum yang aman.
“Begitu banyak air telah dipompa keluar dari akuifer alami di bawah tanah Gaza sejak (akhir 1990-an) di mana air laut telah merembes di dalamnya, sehingga terlalu asin untuk diminum,” kata Ghosheh sebagaimana Ma’an News memberitakannya yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.
“Ada sekitar 150 operator yang menyediakan beberapa jenis air desalinasi yang telah disaring untuk menjadikannya dapat diminum dan dimasak. Ini lebih mahal dan tidak ada sumber air bersih, menurut definisi kami air bersih yang cukup untuk diminum.”
Ghosheh menjelaskan bahwa jumlah air tawar yang dibawa ke wilayah Palestina yang diblokade Israel sesuai Kesepakatan Oslo 1993 itu “sangat sedikit” dibandingkan kebutuhan penduduk Gaza.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Bank Dunia telah mendukung rencana Otoritas Air Palestina untuk membangun pabrik desalinasi air untuk mengatasi kelangkaan air minum.
Namun, banyak proyek infrastruktur yang didanai secara internasional, termasuk inisiatif desalinasi dan pengolahan air limbah, telah dihentikan atau secara signifikan tertunda karena pasokan listrik sangat tidak memadai di Gaza.
Ghosheh menggarisbawahi bahwa Otoritas Pendudukan Israel baru-baru ini menyetujui penggunaan kabel listrik yang didedikasikan untuk menyediakan listrik bagi proyek instalasi pengolahan air limbah yang dipimpin Bank Dunia, tiga tahun setelah permintaan untuk saluran listrik pertama kali diajukan.
“Situasi lebih buruk dengan kerusakan yang ditimbulkan untuk infrastruktur air yang ada selama serangan Israel di Jalur Gaza,” ujarnya.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Blokade yang diberlakukan Israel selama satu dekade telah membuat kerusakan di Jalur Gaza, menjadikan lebih dari 1,8 juta warga Palestina jatuh ke dalam kemiskinan ekstrim dan beberapa tingkat pengangguran tertinggi di dunia.
Infrastruktur Gaza belum pulih dari kehancuran akibat tiga agresi Israel selama enam tahun terakhir. Rekonstruksi yang lambat dan kadang-kadang stagnan di Jalur Gaza makin memperburuk kondisi.
Ghosheh memperkuat pernyataan PBB di mana Gaza bisa menjadi daerah tidak layak huni pada tahun 2020.
“Jika kita mulai menerapkan langkah-langkah untuk mengamankan pasokan air dan meningkatkan pengelolaan air, akuifer akan membersihkan dan mengisi sendiri,” katanya. “Tapi, jika pada tahun 2020, langkah-langkah yang tidak pada tempatnya – jika 55 meter kubik air per tahun dari pabrik desalinasi tidak datang untuk menggantikan air yang diambil, jika tanaman air limbah tidak dibangun – pada dasarnya kita akan memiliki proses ireversibel,” imbuhnya.(T/M013/R05)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon