Gaza, MINA – Truk-truk pengangkut bantuan dari rakyat Indonesia melalui lembaga medis kegawatdaruratan MER-C akhirnya berhasil masuk Gaza ditengah blokade ketat pihak Zionis Israel.
Bantuan tersebut antara lain berisi tepung terigu dan paket bahan makanan untuk rakyat Gaza yang saat ini sangat membutuhkan hal itu akibat serangan Zionis.
Dua relawan MER-C yang masih berada di Jalur Gaza, Fikri Rofiul Haq dan Reza Aldilla Kurniawan melaporkan, mereka bersama tim mitra lokal dari Medics World Wide mendistribusikan secara langsung bantuan-bantuan tersebut kepada para warga korban agresi Israel.
Sejak agresi dimulai, MER-C terhitung telah menyalurkan tiga tahap khusus bantuan yang dikirimkan dari Mesir.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
“Bantuan MER-C dari Mesir sudah bisa masuk Jalur Gaza. Sampai hari ini pertanggal Senin 26 Februari 2024 sudah ada tiga tahap bantuan yang masuk,” kata Fikri.
Distribusi bantuan tidak hanya di Gaza Selatan namun juga hingga ke Gaza Tengah. Selanjutnya, MER-C berharap truk-truk bantuan lainnya berupa paket bahan makanan, air minum dan khususnya obat-obatan serta alat kesehatan juga bisa segera masuk ke Jalur Gaza.
Bantuan MER-C yang tiba pertama di Jalur Gaza adalah tepung terigu berjumlah 1.500 karung atau satu kontainer penuh yang sudah dibagikan ke titik-titik pengungsian baik di Gaza bagian tengah maupun Gaza bagian Selatan.
Sulitnya Bantuan Menembus Perbatasan Rafah
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Tentunya bantuan yang kita belanjakan di Mesir dan kirim ke Gaza membutuhkan waktu yang cukup lama dan proses yang sangat sulit. Kita sempat berbincang dengan Tim Medics World Wide selaku lembaga yang punya akses memasukkan bantuan ke Gaza. Mereka mengatakan truk-truknya mengalami banyak kendala untuk memasuki Gaza,” tutur Fikri.
Pertama adalah antrean yang cukup panjang dan proses perizinan yang membutuhkan paling sebentar adalah dua pekan dan paling lama berbulan-bulan. Kedua truk-truk bantuan yang sudah mendapat izin dari gerbang Rafah, perbatasan Mesir dan Gaza, tidak langsung bisa masuk ke Jalur Gaza tetapi harus dialihkan ke perbatasan Karim Abu Salim, perbatasan Israel dan Mesir, di sana semua barang dibongkar dan diperiksa oleh mereka. Jika memenuhi syarat baru proses selanjutnya bisa dijalankan, yaitu masuk ke Jalur Gaza dan diturunkan di gudang-gudang yang sudah tersedia.
Sepanjang proses ini banyak barang-barang bantuan yang dikirimkan tidak bisa masuk, karena tidak memenuhi syarat Pemerintah Israel bahkan barang-barang bantuan banyak yang rusak akibat pemeriksaan tersebut.
Distribusi Bantuan Sulit karena Situasi yang Masih Mencekam
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Fikri mengungkapkan, kendala lapangan dalam mendistribusikan bantuan juga sangat banyak. Salah satunya kondisi mencekam karena serangan Israel yang masih berlangsung, terlebih lagi mereka manargetkan fasilitas umum seperti rumah sakit, kantor-kantor media, tenda-tenda pengungsian, bahkan truk-truk batuan yang masuk ke Jalur Gaza juga sering kali menjadi target Israel.
Kesulitan lainnya adalah masih banyak warga Gaza yang belum mendapatkan bantuan karena ada lebih dari 1.9 juta warga mengungsi di berbagai tempat yang ada di Jalur Gaza dan mereka meninggalkan rumah karena kondisi yang cukup buruk.
“Masyarakat Gaza sangat berharap genjatan senjata permanen agar mereka bisa pulang ke rumah masing-masing walaupun sebagian rumah mereka sudah banyak yang hancur dan rata dengan tanah oleh Zionis Israel,” kata Fikri.
Lebih lanjut Fikri menuturkan, saat ini warga Gaza membutuhkan tenda-tenda untuk tempat tinggal dan pakaian hangat karena di Jalur Gaza sudah memasuki musim dingin. Mereka tidak sempat menyelamatkan berang-barang. Tentara Israel juga sering kali memerintahkan mereka tidak membawa apapun saat proses evakuasi. (L/RI 1/P2)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)