Sejak pesawatnya mendarat di Arab Saudi pada hari Jumat 3 November, Perdana Menteri Labanon Saad Hariri merasa terkejut. Sebab, tidak ada seorang pun Pangeran Arab Saudi atau pejabat kementerian yang datang menyambutnya sebagai seorang perdana menteri dalam sebuah kunjungan resmi kepada Raja Salman.
Ponsel Hariri kemudian disita. Keesokan harinya di Riyadh, dia terpaksa mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Lebanon dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh sebuah saluran TV Arab Saudi.
Kondisi itu diungkapkan oleh sumber-sumber senior yang dekat dengan Hariri dan pejabat tinggi keamanan Lebanon.
Sejak pengumuman pengunduran diri itu, Lebanon telah ditempatkan di antara monarki Sunni Arab Saudi dan Syiah Iran.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Persaingan kedua kekuatan itu telah memicu konflik di Irak, Suriah dan Yaman, arena tempat mereka melawan sekutu musuh. Sekarang seteru kedua kekuatan itu berisiko mengacaukan Lebanon, karena Saudi mencoba melemahkan kelompok Hizbullah yang didukung Iran.
Seorang sumber yang dekat dengan Hariri mengatakan, Arab Saudi telah memutuskan bahwa Perdana Menteri harus lengser karena dia tidak mau menghadapi Hizbullah.
Beberapa sumber Lebanon bahkan mengatakan, pemerintah Riyadh berharap bisa mengganti Saad Hariri dengan kakaknya Bahaa sebagai politisi Sunni yang paling berkuasa di Lebanon. Bahaa diyakini saat ini berada di Arab Saudi dan anggota keluarga Hariri telah diminta pergi ke sana untuk berjanji setia kepada Bahaa, tapi ditolak.
“Ketika pesawat Hariri mendarat di Riyadh, dia segera menyampaikan pesan bahwa ada yang tidak beres,” kata seorang sumber orang dekat Hariri kepada kantor berita Reuters. Sebab di bandara tidak ada yang menunggunya.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Namun, Arab Saudi telah menolak tudingan bahwa Riyadh memaksa Hariri untuk mengundurkan diri. Tidak ada pula pejabat Saudi yang bisa memberi komentar tentang keadaan kedatangan Hariri di bandara, atau apakah teleponnya telah disita, atau apakah kerajaan tersebut berencana menggantinya dengan saudaranya.
Sejak pengunduran dirinya, Hariri tidak memberikan sambutan atau keterangan pada publik dan tidak ada indikasi kapan dia bisa kembali ke negaranya, Lebanon.
Tidak ada penghormatan
Hariri dipanggil ke Kerajaan untuk menemui Raja Salman dalam sebuah telepon pada Kamis malam, 2 November.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Sebelum berangkat, dia mengatakan kepada pejabatnya bahwa mereka akan memulai rapat kembali pada hari Senin, 6 November. Dia pun mengatakan kepada tim media bahwa dia akan menemui mereka pada akhir pekan di resor Laut Merah, Sharm Al-Sheikh. Di sana ia dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi di sela Forum Pemuda Dunia.
Hariri pergi ke rumahnya di Riyadh, ibu kota Kerajaan. Keluarga Hariri sudah lama memiliki properti di sana.
Sumber yang dekat dengan Hariri mengatakan, pemimpin Lebanon tersebut menerima telepon dari seorang pejabat protokol Saudi pada Sabtu pagi, 4 November, yang memintanya menghadiri sebuah pertemuan dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Sumber itu mengatakan, dia menunggu sekitar empat jam sebelum diberi pidato pengunduran dirinya untuk dibaca di televisi.
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah
“Dari saat dia tiba, mereka (pihak Saudi) tidak menghormati pria tersebut,” kata seorang sumber politik senior Lebanon lainnya.
Sebelum kunjungannya pada Jumat, 3 November, Hariri sudah mengunjungi Arab Saudi pada akhir Oktober. Saat itu, Pangeran Mohammed bin Salman mengatur pertemuan Hariri dengan pejabat intelijen senior dan Menteri Teluk Thamer Al-Sabhan.
Usai pertemua akhir Oktober itu, Hariri pulang ke Beirut dengan “senang dan santai”, kata seorang sumber dalam rombongannya. Bahkan Hariri dan Sabhan berswafoto, keduanya tersenyum.
Menurut sumber tersebut, Hariri mengatakan kepada para pembantunya bahwa dia telah mendengar “pernyataan yang menguatkan” dari Pangeran Putra Mahkota, termasuk sebuah janji untuk menghidupkan kembali paket bantuan Saudi untuk tentara Lebanon.
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Jawlani Sampaikan Pidato Kemenangan
Sumber itu mengatakan bahwa Hariri merasa telah berhasil meyakinkan pejabat Saudi tentang perlunya mempertahankan haknya dengan Hizbullah demi stabilitas Lebanon.
Selain kursi di parlemen dan pemerintahan, Hizbullah memiliki pasukan tempur bersenjata berat. Satu dekade yang lalu, ketika ada upaya yang didukung Saudi untuk melemahkan kelompok tersebut di Lebanon, bentrokan sektarian Sunni-Syiah pecah dan Hizbullah mengambil alih Beirut.
Sumber itu mengatakan, Hariri mengatakan kepada Sabhan agar tidak meminta dirinya bertanggung jawab atas sesuatu yang berada di luar kendalinya atau pemerintah Lebanon.
Pidato pengunduran diri yang mengejutkan
Menurut seorang pejabat senior di pemerintahan Lebanon, Presiden Michel Aoun yang merupakan seorang sekutu Hizbullah, mengatakan kepada Duta Besar Saudi untuk Lebanon bahwa Kerajaan telah menculik Hariri.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Dalam pidatonya, Hariri mengatakan bahwa dia khawatir tentang pembunuhan yang direncanakan terhadapnya. Ia pun menuduh Iran dan Hizbullah menabur perselisihan di wilayah tersebut. Seorang sumber mengatakan, bahasa yang dipakai Hariri tidak khas sebagai pemimpin Lebanon.
Pengunduran Hariri terjadi di saat lebih dari 200 orang, termasuk 11 pangeran Arab Saudi, mantan menteri dan pengusaha, ditangkap dalam pembersihan antikorupsi di Arab Saudi.
Awalnya ada spekulasi bahwa Hariri termasuk yang menjadi target kampanye antikorupsi tersebut, karena kepentingan bisnis keluarganya ada di sana. Namun, sumber yang dekat dengan pemimpin Lebanon tersebut mengatakan, pengunduran dirinya yang terpaksa dimotivasi oleh usaha Saudi untuk melawan Iran.
Hariri dibawa menemui Raja Saudi setelah pengunduran dirinya. Sementara rekaman videonya ditayangkan di TV Alarabiya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Dia kemudian diterbangkan ke Abu Dhabi untuk menemui Putra Mahkota Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed, sekutu utama Putra Mahkota Arab Saudi. Kemudian dia kembali lagi ke Riyadh dan menerima sejumlah duta besar Barat.
Sumber yang dekat dengan Hariri mengatakan bahwa sambil menahan Hariri di bawah tahanan rumah, Saudi mencoba untuk mengatur perubahan kepemimpinan Hariri dengan menginstal kakak laki-lakinya, Bahaa. Kakak adik ini telah berselisih selama bertahun-tahun.
Namun, Penasihat Hariri dan Menteri Dalam Negeri Lebanon Nohad Machnouk membantah rumor bahwa Bahaa diposisikan untuk menggantikan saudaranya.
“Kami bukan kawanan domba atau sebidang tanah yang kepemilikannya dapat dipindahkan dari satu orang ke orang lain,” kata Menteri Nohad Machnouk.
Baca Juga: Pemerintahan Transisi Suriah Dipercayakan kepada Mohamed Al-Bashir
Anggota keluarga, ajudan dan politisi telah menghubungi Hariri di Riyadh. Namun, Hariri tampak enggan berkata selain, “Saya baik-baik saja.”
Ketika ditanya apakah dia akan kembali, mereka mengatakan bahwa jawaban normalnya adalah, “Insya Allah.” (A/RI-1/P1)
Sumber: Al Jazeera dan Reuters
Catatan: semua sumber berbicara dalam status anonimitas.
Baca Juga: Tank-Tank Israel Sudah Sampai Pinggiran Damaskus
Mi’raj News Agency (MINA)