Yerusalem, 23 Jumadil Awwal 1438/21 Februari 2017 (MINA) – Seorang bayi Palestina yang lahir prematur dua bulan lebih awal sehingga harus dirawat di rumahsakit kota lain, akhirnya bertemu kembali dengan ibunya setelah berpisah lebih dari enam bulan lamanya.
Pada hari Senin (20/2), otoritas Israel mengizinkan Jumana Daoud sang ibu untuk melakukan perjalanan dari Gaza ke Yerusalem untuk menjemput bayinya.
Maryam kecil tersenyum saat ia dijemput oleh ibunya untuk pertama kalinya sejak kelahiran prematurnya pada tanggal 1 Agustus.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Ini perasaan yang sangat indah. Akhirnya saya bisa membawanya dalam pelukan saya. Sekarang saya hanya berharap bahwa dia akan senang untuk selama-lamanya,” kata Jumana, demikian The New Arab memberitakan yang dikutip MINA.
Jumana dan kelompok HAM mengatakan, ia telah mengajukan permohonan beberapa bulan yang lalu untuk masuk kembali ke Yerusalem bertujuan mengambil bayinya yang bernama Maryam dari sebuah rumah sakit di Yerusalem timur yang dianeksasi Israel, tapi Jumana tidak mendapat jawaban.
Namun, Kementerian Pertahanan Israel membantah bahwa mereka menerima adanya aplikasi permohonan. Sementara Otoritas Palestina mempublikasikan dokumen yang menunjukkan bahwa permohonan telah disampaikan.
Warga Palestina di Jalur Gaza harus mengajukan permohonan izin secara perorangan jika ingin masuk ke Israel, tetapi pelaksanaannya harus melalui Otoritas Palestina.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
“Dia tidak punya kasih sayang seorang ibu, tidak ada yang memeluknya,” kata Umm Abdul Rahman sambil menangis. Ia adalah wanita dari Yerusalem timur yang datang setiap pekan untuk memeriksa kondisi Maryam, lalu mengirim fotonya ke keluarga melalui WhatsApp.
Jumana sebelumnya diberikan izin untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem pada Juli 2016 untuk perawatan medis, karena ada komplikasi dengan kehamilannya.
Dokter anak Mohammed Al-Najjar di Rumah Sakit Makassed di Yerusalem timur mengatakan, rumah sakit di Gaza tidak memiliki fasilitas untuk merawat bayi prematur. Maryam lahir lebih awal dua bulan bersama dengan saudara kembarnya yang meninggal.
Maryam harus disimpan dalam inkubator selama beberapa pekan untuk bisa bertahan hidup. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)