Sanaa, MINA – Kelangkaan bahan bakar menghancurkan kehidupan di wilayah-wilayah Yaman, terutama di daerah yang dikendalikan oleh pemberontak Houthi.
Akibatnya, pasokan listrik dipotong, pompa air terhenti dan menyulitkan orang yang membutuhkan perawatan medis.
Kelangkaan energi bukanlah hal baru di negara yang dilanda konflik bertahun-tahun itu, tetapi antrian di pom bahan bakar semakin memanjang sejak pertengahan Juni.
“Apa yang terjadi adalah ketidakadilan,” kata warga ibu kota Sanaa, Hames Al-Tawil, sambil menunggu dalam barisan kendaraan yang berliku mencapai gerbang istana kepresidenan yang jauhnya empat kilometer (2,5 mil), demikian dikutip dari Nahar Net.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
“Setidaknya kasihanilah orang-orang yang telah menunggu dalam antrian ini selama tiga hari,” kata Tawil melalui bingkai pintu truk pikapnya yang berkarat.
Yaman sudah berada pada titik puncak, menghadapi apa yang PBB sebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia setelah hampir enam tahun perang.
Krisis bahan bakar yang serupa tahun lalu mendorong kelompok bantuan Oxfam menuduh pihak-pihak yang bertikai di Yaman “menggunakan ekonomi sebagai senjata perang.”
Direktur Oxfam Yaman, Muhsin Siddiquey pada bulan lalu memperingatkan tentang konsekuensi yang mengerikan jika krisis bahan bakar berlanjut.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Banyak warga Yaman bergantung pada air tanah yang diekstraksi dengan pompa, sementara jutaan pengungsi akibat pertempuran dan tinggal di kamp bertahan hidup dengan air yang dibawa oleh truk bertenaga diesel.
“Kekurangan bahan bakar yang berkepanjangan bisa membuat jutaan orang berisiko tertular virus corona dan penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera, karena bahan bakar sangat penting untuk pasokan air bersih di Yaman,” kata Siddiquey. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB