Kairo, 5 Ramadhan 1434/13 Juli 2013 (MINA) – Perdana Menteri Mesir Sementara Hazem al Beblawi akan membentuk pemerintahan baru di Mesir pekan depan setelah kudeta militer di Mesir.
Berbicara kepada Anadolu Agency (AA) yang dipantau Mi’raj News Agency (MINA) Beblawi berkata, “Aku tidak akan mengejar cara partisan (pendukung kuat) dalam membentuk pemerintah.”
Ia menambahkan bahwa ia akan berbicara dengan sayap politik Ikhwanul Muslimin, Partai Kebebasan dan Keadilan (Freedom and Justice Party), Partai Salafi Nour (Salafist Nour Party) dan Front Keselamatan Nasional (National Salvation Front) yang berjuang untuk Mohamed Morsi dalam merebut kembali posisinya.
Beblawi mengatakan ia akan mempertimbangkan empat kriteria utama dalam menunjuk menteri dan mengatakan ia akan lebih memilih profesional yang kompeten, pekerja keras, orang yang dapat diandalkan dengan kualifikasi bersih.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Dia menyatakan bahwa kerukunan antar anggota kabinet adalah penting bagi negara untuk datang situasi sulit. Presiden sementara diangkat oleh tentara Adli Mansour yang ditunjuk Beblawi untuk membentuk pemerintahan.
Menurut laporan Pemantauan BBC, Beblawi dikenal karena pandangan liberal terhadap perekonomian dan mendukung sistem pasar bebas di Mesir. Ia belajar ekonomi dan hukum di Universitas Kairo dan menerima gelar doktor di bidang ekonomi di Paris pada tahun 1964.
Dia kemudian mengajar di lembaga akademis termasuk Universitas Kairo dan Universitas Amerika di Kairo. Beblawi memimpin Bank Pembangunan Ekspor Mesir 1983-1995 dan menjabat sebagai wakil PBB antara tahun 1995 dan 2000.
Beblawi mengundurkan diri sebagai menteri keuangan bulan Oktober 2011 atas penanganan pemerintah terhadap protes Kristen Koptik di mana puluhan orang meninggal.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Terlepas dari kenyataan bahwa mungkin tidak ada tanggung jawab langsung pada bagian pemerintah, pada akhirnya tanggung jawab ada pada pemerintah,” katanya pada Oktober 2011.
Pengunduran dirinya, ditolak oleh kepala angkatan bersenjata Mesir, Marsekal Mohammed Hussein Tantawi. Pada bulan September 2012, ia memperingatkan bahwa “demokrasi politik bukanlah pengobatan untuk semua penyakit” meskipun “setidaknya itu adalah obat untuk tirani”. Pada bulan Mei tahun ini ia berkata, “Ekonomi Mesir mengikis, pola subsidi saat ini tidak dapat dilanjutkan.”(T/P06/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain