Belum genap setahun Kerajaan Arab Saudi kembali merombak pejabat tertinggi di Kementerian Luar Negeri-nya. Ibrahim al Assaf dicopot dari posisinya sebagai menteri luar negeri Saudi dan digantikan oleh Pangeran Faisal bin Farhan al Saud, Rabu (23/10).
Sebelumnya posisi menteri luar negeri Saudi dijabat oleh Adel al Jubeir. Lalu Desember 2018 jabatan tersebut diisi oleh Ibrahim al Assaf . Dengan demikian Ibrahim al Assaf hanya 10 bulan menduduki kursi Menlu Saudi. Sedangkan Jubeir saat itu diturunkan jabatannya menjadi Menteri Negara urusan Luar Negeri hingga sekarang.
Menteri luar negeri dan menteri negara urusan luar negeri Saudi merupakan dua jabatan berbeda. Namun banyak media arus utama nasional dan internasional yang masih keliru menyebut. Adel al Jubeir yang merupakan menteri negara urusan luar negeri ditulis oleh banyak media sebagai menteri luar negeri Saudi, jabatan yang diisi oleh Ibrahim al Assaf dan kini diduduki Pangeran Faisal.
Lantas apa beda posisi menteri luar negeri dan menteri negara urusan luar negeri?
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Adanya dua jabatan utama dalam kementerian luar negeri Saudi tersebut sempat menimbulkan kebingungan di berbagai pihak. Menjawab kebingungan itu, Kementerian Luar Negeri Saudi melalui akun twitter resminya @KSAMOFA, 28 Desember 2018, menjelaskan secara singkat bahwa menteri luar negeri berwenang mengatur urusan administrasi dalam kementerian. Sedangkan menteri negara urusan luar negeri mengurusi segala yang terkait hubungan luar negeri Saudi.
Pakar hukum dan tata negara Saudi Omar al Khouli, kepada media online Saudi Sabq, menjelaskan menteri negara urusan luar negeri memfokuskan diri pada kerja-kerja diplomasi yang berhubungan dengan isu-isu luar negeri Saudi. Sedangkan menteri luar negeri bertugas menyelesaikan isu-isu luar negeri tertentu yang berhubungan langsung dengan Raja Saudi dan kepentingan-kepentingan luar negeri Saudi yang sifatnya terbatas.
Pangeran Faishal yang kini menjabat Menlu Saudi sebelumnya menjabat sebagai Duta Besar Arab Saudi untuk Jerman. Dia juga pernah menjabat sebagai penasihat bidang politik di Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington, Amerika Serikat.
Sebelum terjun ke politik, Pangeran Faisal diketahui memiliki karier bisnis di bidang industri pertahanan. Dia bahkan ketua dari sebuah perusahaan gabungan yang bekerja sama dengan Boeing, sebuah produsen pesawat terbang asal Amerika Serikat (2001- 2013). (T/RA 02/P1)
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa