Bedah Buku “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina”, Bantahan terhadap Klaim Yahudi

Buku Trilogi tentang Palestina dan Al-Aqsa yang disusun oleh Imaam Yakhsyallah Mansur dan Ali Farkhan Tsani, keduanya Duta Al-Quds Internasional alumni Mu'assasah Al-Quds Ad-Dauliyyah Sana'a, Yaman. (foto ilustrasi MINA)

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Panitia Tabligh Akbar/Festival Sya’ban 1445 Jama’ah Muslimin (Hizbullah) menyelenggarakan Bedah Buku “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina,” karya Imaam Yakhsyallah Mansur dan Ali Farkhan Tsani, di Masjid At-Takwa Pondok Pesantren Al-Fatah Pasirangin, Cileungsi, Bogor, Jabar, Sabtu, 2 Maret 2024.

Kedua penulis buku tersebut, merupakan Duta Al-Quds Internasional alumni Daurah Al-Quds yang diselenggarakan di Mu’assasah Al-Quds ad-Dauliyyah Sana’a, Yaman periode tiga bulan, 1 Maret – 30 Mei 2009.

Buku setebal 320 halaman, diterbitkan oleh Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency), Januari 2024, merupakan rangkaian trilogi buku kedua Penulis tentang Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina. Sebelumnya, telah terbit buku pertama setebal 350 halaman berjudul, “Masjidil Aqsha Tanggung Jawab Umat Islam”, yang diterbitkan oleh Aqsa Working Group (AWG), cetakan pertama Maret 2022 dan cetakan kedua November 2023.

Buku ketiga sedang dalam tahap outline isi buku dengan tema “Hubungan Bangsa Palestina dan Bangsa Indonesia”.

M. Anshorullah, Presidium Aqsa Working Group (AWG), dalam sambutan penerbitan buku mengatakan, isi buku ini menjelaskan secara “frontal dan berani”, bagaimana membantah klaim-klaim zionis Yahudi tentang Palestina.

Di antaranya bagaimana membongkar kedok Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membagi Palestina untuk Yahudi dan Arab Palestina tahun 1947, dan tak berdaya untuk sekedar mengakui Palestina sebagai negara yang setara dengan negara-negara anggota PBB lainnya.

Belum lagi bagaimana mengungkap kandungan Talmud dan Bibel tentang kepemilikan bumi Palestina, serta Protokol Zionis tentang program-program kejahatan zionis dalam upaya menggenggam kekuasaanya di dunia internasional.

Bantahan terhadap Klaim Yahudi

Jika pembaca mencari referensi di internet, terutama melalui google, tentang peta Kitab Taurat, Palestina, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’qub (Israil), Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman, semua pada umumnya dikaitkan dengan Yahudi dan negara Israel yang sekarang menjajah Palestina.

Framing seperti ini sudah berlangsung lama, paling tidak sejak pelaksanaan Kongres Zionis Pertama di Basel, Swiss, tahun 1987, yang dipelopori oleh Theodore Herzl.

Melalui buku The Judenstaat (Negara Yahudi), yang berisi proposal pendirian Negara Yahudi di Palestina, zionis pun memulai rencananya merebut Palestina dari pemilik sahnya, yakni bangsa Palestina, yang sudah mendiami kawasan Palestina yang dahulu kala bernama Ardhu Kan’aan, sejak anak cucu Nabi Nuh ‘Alahis Salam.

Hadirnya buku “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina,” setidaknya memuat beberapa bantahan klaim Zionis Yahudi yang sepanjang masa ini menguasai bumi Palestina.

Pertama, bantahan klaim Yahudi yang mengaitkan agama Yahudi dengan Nabi-Nabi yang sejatinya mengajarkan tauhidullah, kebenaran dan kedamaian.

Dalam sejarah Palestina Kuno, bahwa tanah Palestina yang awalnya bernama Ardhu Kan’aan adalah wilayah milik anak keturunan Ham bin Nuh ‘Alaihis Salam. Nuh ‘Alaihis Salam adalah utusan Allah yang mengajarkan tauhidullah kepada kaumnya, dan Nabi Nuh adalah sebagai seorang Muslim.

Dari sini sangat jelas, tidak tercatat sedikitpun nama atau bangsa Yahudi sebagai penghuni awal apalagi pemilik tanah Palestina.

Baca Juga:  Mantan Mossad: Ekonomi Israel Runtuh dan Kalah Perang di Gaza

Demikian pula Nabi Ya‘qub  ‘Alaihis Salam yang digelari dengan “Israil” (artinya yang suka berjalan malam atau hamba Allah). Maka, anak keturunannya disebut sebagai Bani Ya’qub atau Bani Israil.

Sampai zaman itu pula, zaman Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam beserta anak-anaknya, belum muncul dan dikenal agama Yahudi dan Nasrani. Nabi Ya’kub ‘Alaihis Salam tetap mengajarkan agama Islam dengan landasan tauhidullah, dan merupakan seorang Muslim, yang berserah diri kepada Allah ‘Alaihis Salam. Hal ini diperkuat dengan firman Allah pada Surat Al-Baqarah ayat 133.

Ajaran agama yang disampaikan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam adalah tauhid kepada Allah, berlaku sebagai Muslim, orang yang berserah diri kepada Allah. Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam bukan dan tidak mengajarkan agama Yahudi, bukan pula Nasrani. (Q.S. Ali Imran [3] : 67).

Dari sejarah Nabi Ibrahim  ‘Alaihis Salam ini tercatat bahwa tidak ada jejak agama Yahudi sedikitpun. Terlebih agama Yahudi dan agama Nasrani itu muncul setelah masa Nabi Musa ‘Alaihis Salam, sekitar 1.500 tahun setelah masa Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam.

Raja Dawud ‘Alaihis Salam yang juga sebagai Nabi, meninggikan kembali pembangunan Bait Suci yaitu Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa), yang pondasinya sudah ada sejak Nabi Adam  ‘Alaihis Salam.

Selanjutnya, Raja dan Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam bin Dawud ‘Alaihis Salam dalam kegiatan ibadahnya, menyempurnakan bangunan Masjid Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa, yang pondasi awalnya sudah dibangun sejak Nabi Adam ‘Alaihis Salam, dan ditinggikan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, lalu dilanjutkan penjagaannya oleh Nabi Dawud ‘Alaihis Salam.

Semua Nabi tersebut adalah sebagai Muslim, yang menyeru pada Tauhidullah.

Kedua, di dalam Holy Bible  (Kitab Perjanjian Lama) terbitan tahun 1905, Pastor Senior Rick Wiles, dari Gereja Flowing Streams, Florida Amerika Serikat mengungkapkan bahwa bangsa Palestina yang saat ini dijajah Israel merupakan pemilik sah tanah Palestina.

Dalam video YouTube yang viral secara luas, Rick Wiles menunjukkan di dalam kitab itu, pada halaman 13, tercantum Peta Holy Land, Palestina, bukan Israel.

Ketiga, Haekal Sulaiman yang diklaim sebagai rumah Tuhan Yahwehnya Yahudi, itu hanyalah mitos yang digembar-gemborkan Zionis Yahudi. Tidak mungkin Nabi Sulaiman putra Dawud itu mendirikan sebuah kuil, sebagaimana dituduhkan sebagian Yahudi. Demikian sumber Mahdy Saied dalam buku Fadhailu al-Masjidi al-Aqsha, mengatakannya.

Klaim Haekal Sulaiman hanyalah tipu daya untuk alasan Zionis hendak merobohkan Masjidil Aqsa atau membaginya menjadi dua bagian, untuk mendirikan Haekal yang diklaim Yahudi.

Keempat, adanya Perang Salib yang disahkan pertama kali oleh Paus Urbanus II pada tanggal 27 November 1095 sebagai suatu upaya melalui ekspedisi militer oleh bangsa Eropa dan Katolik Roma, untuk merebut Tanah Suci dari tangan kaum Muslimin.

Paus Urbanus II memberikan jaminan kepada siapa pun yang ikut serta dan mati saat Perang Salib, akan masuk surga walaupun mempunyai banyak dosa pada masa lalunya.

Baca Juga:  Ketua UAR: Terus Tingkatkan Kapasitas, Siap Siaga Hadapi Bencana

Namun kemudian dibebaskan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi pada Perang Salib III, ketika umat Islam berhasil mengalahkan pasukan Salib secara telak pada pertempuran Hittin, dan berhasil membebaskan Palestina pada tanggal 27 Rajab 583 H/ 2 Oktober 1187 M.

Ali Farkhan Tsani, dalam Bedah Buku tanggal 2 Maret 2023, mengutip khutbah Qodhi Muhyiddin bin Zakinuddin pada Khutbah Jumat pertamanya di Masjidil Aqsa.

“Wahai sekalian manusia, berbahagialah dengan ridha Allah yang merupakan tujuan utama. Dia telah memudahkan untuk mengembalikan Al-Aqsa dari ummat yang tersesat. Ini adalah negeri bapak kalian, Ibrahim dan lokasi Mi’rajnya Nabi Muhammad serta menjadi kiblat pertamanya kalian, ummat Islam. Di sinilah, beliau Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wasallam menunaikan shalat bersama para malaikat”.

“Bersyukurlah selalu atas nikmat ini dan jaga selalu nikmat-Nya. Inilah hari pembebasan, pintu-pintu langit dibuka untuknya. Wajah orang-orang yang teraniaya kembali cerah dan para Malaikat pun bersuka-cita. Mata para Nabi dan Rasul-Nya teduh kembali. Bukankah Al-Aqsa adalah rumah para raja, dipuji para Rasul dan keberadaannya disebut dalam empat Kitab Suci kalian?”.

“Sekarang, para Malaikat langit akan meminta ampunan dan mendoakan yang terbaik untuk kalian. Pertahankanlah selalu anugerah ini dan jagalah selalu nikmat ini dengan ketakwaan kepada Allah . Dengan takwa itulah, seseorang akan selamat dan barang siapa yang berpegang teguh kepada tali-Nya, Al-Quran dan Hadits, maka ia akan selalu dijaga Allah”, ujar Ali Farkhan mengutip pidato tersebut.

Hollocaust sebagai Alasan Pembenar

Pada Bedah Buku “Bumi Palestina Milik Bangsa Palestina,” Imaam Yakhsyallah Mansur mengungkapkan bagaimana Hollocaust untuk mencapai tujuan Zionis, mengatur terjadinya penindasan terhadap sebagian bangsa Yahudi sendiri.

Imaam Yakhsyallah Mansur mengaitkan peristiwa Hollocaust dengan berdirinya Negara Israel pada 14 Mei 1948.

“Holocaust Nazi yang melanda orang Yahudi Eropa membuktikan sekali lagi urgensi pendirian kembali Negara Yahudi, yang menyelesaikan masalah tunawisma dengan membuka pintu gerbang untuk semua orang Yahudi dan mengangkat kaum Yahudi dalam kesetaraan di tengah keluarga bangsa-bangsa,” ujarnya mengutip buku tersebut pada halaman 183.

“Dari sini tampak jelas korelasi antara Holocaust dengan berdirinya negara Israel. Terlepas Holocaust itu rancangan Yahudi atau upaya Hitler untuk memusnahkan orang Yahudi Eropa,” ujarnya.

Saat peristiwa Holocaust, sebagian orang Yahudi terkatung-katung mencari perlindungan ke sejumlah negara. Tapi tidak ada satu pun yang mau menerima. Salah satu peristiwa pengusiran yang terkenal adalah insiden Kapal MS. St. Louis pada tahun 1939 yang membawa 907 pengungsi Yahudi. Mereka dipaksa kembali ke Eropa setelah ditolak Kuba, Kanada dan Amerika Serikat.

Lebih dari 250 pengungsi kapal ini akhirnya tewas. Ketika kapal MS. St. Louis mendekati perairan Palestina, para pengungsi Yahudi itu membentangkan spanduk besar bertuliskan permohonan memelas meminta tempat tinggal dan perlindungan kepada rakyat Palestina, dan rakyat Palestina di pinggir menyambut kehadiran mereka. Spanduk itu bertuliskan, “THE GERMAN DESTROYED OUR FAMILIES AND OUR HOMES-DON’T DESTROY OUR HOPES” (Jerman telah menghancurkan keluarga dan rumah kami, jangan hancurkan harapan kami).

Baca Juga:  Mahkamah Internasional Minta Israel Beri Informasi Soal Zona Evakuasi Gaza

Para pengungsi lantas mendapatkan makanan dan tempat tinggal yang layak dari penduduk setempat.

“Hemat kami, apa yang dilakukan para pengungsi di kapal itu adalah bagian dari upaya Zionis untuk mempermudah masuk ke Palestina guna mendirikan Negara Zionis yang mereka beri nama Israel,” ujar Imaam Yakhsyallah Mansur.

Kaum Zionis sebelumnya telah banyak masuk secara bergelombang ke Palestina sejak adanya Deklarasi Balfour sebagai janji publik Inggris pada tahun 1917 yang ditanda tangani oleh Arthur James Balfour Menteri Luar Negeri Inggris, untuk memberikan tanah Palestina kepada bangsa Yahudi setelah pembubaran Kesultanan Turki Utsmani.

Berdasar Deklarasi Balfour ini David Ben-Gurion dengan didukung oleh Zionis politik memproklamirkan negara Israel di atas tanah milik bangsa Palestina dengan bantuan Inggris dan Amerika Serikat.

Setelah proklamasi kemerdekaan itu Zionis mulai melakukan berbagai macam kebiadaban terhadap bangsa Palestina yang pernah membantu mereka dengan melakukan pengusiran, pembunuhan dan menyerobot setiap sudut tanah Palestina.

Akun Instagram @scarjurnal menyebutkan, “Pada tanggal 14 Mei 1948, dengan dukungan Amerika Serikat dan Inggris serta pengesahan dari PBB, para pengungsi Yahudi memproklamasikan berdirinya negara Israel di atas tanah milik bangsa Palestina tanpa menyebut batas wilayahnya”.

Tanda-Tanda Kemenangan

Pada Bab XII buku diuraikan bagaimana optimisme yang tergambar dari Usaha-usaha bangsa Palestina dalam merebut kembali wilayahnya, disusul Bab XIII tentang Dukungan dunia terhadap bangsa Palestina, serta Bab XIV Isyarat Al-Quran tentang Kehancuran Yahudi dan Bebasnya Masjidil Aqsa Palestina.

Perjuangan rakyat dan bangsa Palestina terus mendapat dukungan dari dunia international. Hal ini antara lain ditandai dengan  semakin terisolasinya Israel di dunia internasional, maraknya aksi boikot yang membuat ekonomi Israel terpuruk, sementara warga Israel terus-menerus mengadakan aksi protes terhadap pemerintahnya sendiri.

Ditambah pada tahun 2024 ini, munculnya gugatan dari pemerintah Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) atas dugaan kejahatan genosida di Jalur Gaza. Serta kekalahan dari berbagai sisi akibat “Operasi Badai Al-Aqsa (Thufanul Aqsa)” yang dilancarkan oleh para pejuang Palestina dari Jalur Gaza.

Buku ini ditutup dengan urgensi landasan persatuan dan kesatuan umat Islam sebagai kekuatan ajaran Islam, selain pada aqidah tauhidullah. Yakni berupa seruan kepada umatnya untuk menjaga persatuan di antara umat Islam berdasarkan ukhuwah Islamiyah kal jasadil wahid. Sesuai tuntunan Surat Ali Imran ayat 103.

Buku ini layak untuk dibedah dan dikaji di berbagai kegiatan keumatan, seperti Ta’allum/Taklim, Tabligh Akbar, Seminar dan Daurah Al-Quds, serta di media massa dan media sosial.

Sehingga semakin terwujud masyarakat literasi di kalangan umat Islam sebagai kekuatan keilmuan dalam upaya pembebasan Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.

Hal ini sekaligus sebagai upaya menegakkan kebenaran dan keadilan, dengan mengembalikan Bumi Palestina yang menjadi Hak Milik bangsa Palestina, sesuai dengan judul buku ini. Al-Aqsa Haqquna! (A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Penulis, Ali Farkhan Tsani, Wartawan/Redaktur Senior MINA, Duta Al-Quds Internasional, Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Bogor, Penulis Buku Kepalestinaan. Penulis, Dapat dihubungi melalui Nomor WA : 0858-1712-3848, atau email [email protected].

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf