Bekasi Rasa Palestina

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj News Agency (MINA)

Tanggal 1 September 2018 di malam ahad, yang lebih populer dengan sebutan “malam minggu”, kisaran seribu orang memenuhi lapangan SMP Pangeran Jayakarta , Provinsi Jawa Barat. Mereka yang hadir adalah kalangan anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua muslimin dan muslimat.

Kaum lelaki datang dengan baju kaos putih yang bertuliskan “AKSI DAMAI CINTA AL-AQSA” di punggungnya. Sementara kaum wanita tampil dengan balutan hijab sederhana hingga bercadar, tanpa terkecuali satu pun. Berbagai asesoris berbau warna bendera Palestina dan citra Masjid Al-Aqsha digunakan oleh para peserta, dari baju dan syal bercorak bendera Palestina hingga sablonan bergambar Masjid Al-Aqsha.

Di bawah sorotan terang lampu mobil yang terus menyala, sebuah upacara apel dilaksanakan sebelum seribuan orang itu melakukan aksi sejauh 7 km.

Upacara yang dipimpin oleh Imam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Yakhsyallah Mansur tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari Kedutaan Palestina, pejabat Polres Kota Bekasi dan sejumlah ulama.

Dalam tausiyahnya, Imam Yakhsyallah menekankan bahwa ada tiga alasan kewajiban bagi Muslim Indonesia untuk turut berjuang membebaskan Masjid Al-Aqsha dan membela bangsa Palestina, yaitu kewajiban agama, kewajiban konstitusional, dan kewajiban kemanusiaan.

Peserta Gerak Jalan Cinta Al-Aqsha dilepas di halaman SMP Pangeran Jayakarta Bekasi, Jawa Barat, Sabtu malam, 1 September 2018. (Foto: Rudi Hendrik/MINA)

Tepat pukul 22.30 WIB, satu per satu peserata dilepas berjalan kaki. Dari lokasi belakang Masjid Baitul Muttaqin itu, mereka menempuh Jalan Pangeran Jayakarta menuju Islamic Center Bekasi. Anak-anak hingga orang tua, muslimin dan muslimat berjalan membentuk barisan panjang.

Al-Aqsha haqquna” yang berarti “Masjid Al-Aqsha milik kami” adalah seruan yang kerap kali diteriakkan oleh para peserta di sepanjang jalan.

Jalan raya Bekasi yang masih ramai oleh kendaraan, jalan gelap tanpa lampu, jalan menikung, jalan menanjak dan menurun, mereka lalui untuk sampai ke Masjid Nurul Islam di Islamic Center, yang merupakan finish dari aksi damai di malam itu.

Langkah mereka dikawal oleh konvoi mobil dan sebuah ambulans, lengkap dengan pendampingan personel keamanan.

Memang tidak semua sanggup untuk mencapai finish, terbukti ada para wanita yang kemudian memilih naik kendaraan di setengah rute, anak-anak dan sejumlah orang tua. Namun bagi para peserta, bukan harus mencapai finish dengan mengorbankan diri, tapi yang terpenting adalah menghadirkan semangat cinta dan pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsha di malam itu.

Masjid Al-Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam yang kini dikuasai oleh penjajah zionis Israel. Berbekal dengan segudang dalih berdasarkan Al-Quran dan Hadits Rasulullah, ketika Al-Quds dikuasai oleh kaum kafir, maka kewajiban bagi umat Islam sejagad untuk membebaskannya agar kembali dalam kasih sayang Muslimin.

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam, tibalah para peserta dengan langkah-langkah yang lelah. Sejumlah orang tua tampak memasuki gerbang Isamic Center Bekasi dengan langkah terpincang, tapi senyumnya tetap menunjukkan semangat perjuangan.

Ternyata tidak sebatas finish dalam aksi Gerak Jalan Cinta Al-Aqsha rasa Palestina di Bekasi terasa, sebab masih ada hal yang menakjubkan yang para pengunjung Islamic Center akan saksikan terkait Palestina.

Di halaman Islamic Center, sebuah bangunan replika Masjid Kubah Batu dan Masjid Al-Aqsha dibuat dengan megah, membuat orang-orang yang berada di sekitarnya seolah sedang berada di dalam kompleks Masjid Al-Aqsha di Palestina sana.

Adanya miniatur Masjid Al-Aqsha yang pertama kali dibuat di Indonesia tersebut, mendorong para pengunjung yang selama ini rindu bisa shalat berjamaah di Al-Quds untuk mengabadikan gambar dengan berswafoto atau berpose berkelompok.

Miniatur kompleks tersebut hanya bertahan hingga hari Ahad, 2 September 2018, hari puncak dilaksanakan Tabligh Akbar Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jabodetabek, di saat ketika ribuan jamaah datang untuk mendengarkan tausiyah sejumlah ulama tentang Islam dan persatuan umat.

Aksi Gerak Jalan Cinta Al-Aqsha dan pembangunan miniatur Masjid Al-Aqsha di Islamic Center membuat Bekasi benar-benar memiliki rasa Palestina. Hal itu memang ditujukan sebagai sosialisasi kepada masayarakat tentang kondisi gawat masjid, yang pernah menjadi tempat bertolaknya Nabi Muhammad naik ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh pada peristiwa isra’ dan mi’raj.

Ketua panitia acara Ilham Wahyudin mengatakan bahwa acara itu untuk mengingatkan umat Islam bahwa masih ada kewajiban yang harus dikerjakan, yaitu berjuang untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha. (A/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.