Belajar Bersatu (Oleh: Taufiqurrahman)

Taufiqurrahman, Redaktur MINA edisi Bahasa Arab

Sunnah persatuan

Kehidupan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersama keluarga dan para sahabat-sahabatnya yang mulia ridhwanullah ‘alaihim merupakan model terbaik kehidupan bermasyarakat sepanjang masa. Tidak akan lahir kembali satu umat sesudahnya yang mampu menyamai apalagi menandingi model tersebut.

{ كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ }

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran: 110)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no. 2533)

Allah Ta’ala jadikan model kehidupan bermasyarakat yang ditampilkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersama keluarga dan para sahabatnya radliallahu’anhum  sebagai teladan utama bagi generasi muslimin sesudahnya. Ciri utama dari model tersebut adalah komitmen kuat mereka berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah seraya berjama’ah.

Allah Ta’ala berfirman,

{ لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا }

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS Al Ahzaab: 21)

عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَاريةَ رَضي الله عنه قَالَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدَّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ : أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ [رَوَاه داود والترمذي وقال : حديث حسن صحيح]

Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami berlinang. Maka kami berkata: Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan banyaknya perbedaan pendapat. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ (Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata : hasan shahih)

Barang siapa mengambil mereka sebagai teladan utama pasti Allah muliakan mereka sebagai bagian umat unggulan, yang berhak meraih kemenangan hidup di dunia dan akhirat. Upaya itu diwujudkan dengan kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah, berpegang teguh dengan tali Allah secara berjama’ah serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Jama’ah kekuatan Umat Islam

Letak kekuatan muslimin generasi awal Islam ada pada persatuan mereka yang kokoh dalam membangun komitmen berpegang teguh pada Al Qur’an dan Sunnah serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan kekuatan itu Allah jadikan mereka umat terbaik dan jayakan mereka di atas umat-umat lainnya. Mereka bergerak berjama’ah menebar rahmat ke seluruh alam semesta.

Kekuatan itu tidak berakar pada kepentingan duniawi. Kekuatan itu jauh dari tujuan-tujuan politik an sich. Kekuatan itu tidak terwarnai sedikitpun oleh warna warni fanatisme golongan.

Sebaliknya ia mengakar kuat pada aqidah yang selamat dan ibadah yang benar, terhiasi dengan akhlak mulia, terikat kencang oleh tali ukhuwah Islamiyah lalu bergerak serempak menebar rahmat.

{ مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا }

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al Fath: 29)

Generasi terbaik itu tak henti berjuang demi menjaga tali agama ini tetap terikat. Mereka rela berkorban syahwat, harta, tenaga bahkan nyawa demi menjaga keutuhan agama ini. Mereka selalu bersikap iitsar, mendahulukan sahabat, meski kondisi mereka sendiri dalam kesusahan.

{ وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ }

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS Al Hasyr: 9)

Persatuan umat Islam adalah satu-satunya modal yang dimiliki umat Islam sehingga mampu mengalahkan musuh-musuh Islam. Ukhuwah islamiyah adalah bekal berharga memenangkan agama ini. Dan sebaliknya perpecahan mengakibatkan umat Islam terpuruk dan tercabik-cabik oleh musuh.

{ وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ }

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Anfaal: 46)

{ وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُوا۟ وَٱخْتَلَفُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ }

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS Ali Imran: 105)

Ukhuwah Islamiyah kita

Kita belajar dari generasi terbaik itu makna persatuan dan ukhuwah Islamiyah. Jika kita mengamini seruan Allah untuk berittiba’ kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, jika kita mengimani sunnah-sunnahnya dan generasi salaf adalah jalan kemenangan, maka wujudkanlah nilai-nilai persatuan dan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan kita.

Sِِebuah perumpamaan yang sangat baik digunakan oleh Syeikh Ramadhan Al Buthi rahimahullah. Ada tiga orang sahabat, dalam safar mereka, berhadapan dengan para perampok bersenjata. Jika mau dengan mudah para perampok itu merampas harta ketiganya bahkan membunuh mereka. Tapi apakah mereka bisa merampas cinta diantara mereka lalu membuat mereka saling bermusuhan? Mampukah penjahat itu merusak persahabatan mereka? Sedikitpun mereka tak sanggup, betapapun banyak jumlah mereka dan kuatnya mereka.

Bisa saja musuh-musuh Islam menjajah tanah air kita umat Islam, merampas harta kita, merebut hak-hak kita. Tapi mungkinkah musuh-musuh Allah itu mencabut rasa cinta diantara kita? Mampukah mereka merusak persatuan kita yang mengakar pada aqidah yang kokoh, terhunjam di bumi keimanan kita dan terikat kencang tali ukhuwah Islamiyah? Setiap yang berakal tahu jawabannya.

Tapi mungkin ada diantara kita yang bertanya, lantas bagaimana bisa persatuan Islam lenyap dari kita? Apakah musuh-musuh Islam itu yang merusaknya?

Sesungguhnya musuh-musuh Islam itu selamanya tak akan mampu memaksa umat Islam terpecah belah. Yang terjadi sebenarnya pada kondisi kita yang terpecah belah ini adalah mereka bisa merusak persatuan kita karena umat Islam ini sendiri yang menginginkan perpecahan. Mereka membuat kita bercerai berai, karena justru diantara kita ada yang bergandeng tangan dengan musuh-musuh itu untuk merusak persatuan kita. Mereka memporak porandakan barisan kita, karena cinta buta kita pada dunia.

Hari ini kita justru menyaksikan realita getir ini pada diri umat Islam. Atau bahkan kita perlu khawatir jangan-jangan kita adalah saksi atas diri kita yang rela mengorbankan ukhuwah Islamiyah demi urusan duniawi, demi syahwat politik, demi kepentingan kelompok?

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ”

“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)

Maka kita lalu sadar keterpurukan umat saat ini adalah karena cinta dunia. Kita sadar mengapa kemudian musuh-musuh Islam dengan mudah merebut tanah air Palestina? Mengapa dengan mudah mereka mengkotak-kotakkan kita ke dalam fanatisme nasionalis?

Padahal Allah dan RasulNya shallallahu’alaihi wa sallam berulang kali mengingatkan kita melalui Al Qur’an dan Sunnah akan urgensi kembali pada akar kekuatan kita, kembali memegang teguh keduanya dengan berjama’ah. Tanah yang pernah Allah karuniakan kepada umat Islam adalah buah dari persatuan mereka. Kekuasaan yang pernah Allah anugerahkan kepada mereka ialah buah dari persatuan mereka. Kekayaan yang pernah Dia wariskan kepada muslimin adalah buah dari persatuan mereka. Sehingga bila kita ingin meraih buah-buah kemenangan itu, jagalah akarnya, kuatkan batangnya. Dan akar itu adalah Al Jama’ah dan batangnya adalah ukhuwah Islamiyah.

Ukhuwah Islamiyah adalah akhlak persatuan, karakter utama dari Jama’ah ini, wujud nyata keberadaan kita. Jangan sampai kita mau dipecah belah demi dunia, politik dan fanatisme.

Musuh kita bukanlah mereka yang berbeda madzhab dengan kita. Musuh kita bukanlah mereka yang berbeda organisasi. Musuh kita bukanlah mereka yang berbeda jalan dakwah dengan kita. Musuh kita adalah mereka yang bertepuk tangan menyaksikan kita tidak bersatu, mereka yang bahagia karena kita beragama dengan fanatisme golongan, mereka yang menginginkan kita terpecah belah saling bermusuhan.

Adapun mereka yang seaqidah dengan kita, satu kiblat dengan kita, satu Rabb dengan kita adalah saudara kita. Kita tidak melihat perbedaan antara kita dengan mereka yang berbeda madzhab atau berbeda jalan dakwah dengan kita. Untuk itu sedikitpun jangan biarkan ada sepercik kebencian di hati kita kepada mereka.

{ وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ }

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (QS Al Hasyr: 10)

Kita tidak bangga dengan keberadaan kita di Jama’ah saat kita tak bisa menahan lisan kita dari menyakiti hati sesama saudara kita. Kita tidak bangga menetapi Jama’ah bila kita kenyang saudara kita lapar. Jangan berteriak kencang menyeru kepada persatuan jika di saat bersamaan kita menebar kebencian dan menyebar permusuhan.

Kemenangan kita tidak terletak pada kekuasaan. Kekayaan kita bukanlah kejayaan. Kemenangan kita adalah tatkala kita tetap komitmen berpegang kepada Al Qur’an dan Sunnah serta menjaga persatuan dan ukhuwah Islamiyah hingga ajal menjemput.

{ وَمَن يَتَوَلَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فَإِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْغَٰلِبُونَ }

“Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (QS Al Maidah: 56)

Wallahu’alam bisshowaab (L/RA 02)

Wartawan: توفيق

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.