SUASANA perhelatan Indonesia International Book Fair (IIBF) 2025 menjadi semakin seru ketika Sümeyye Ceylan, tokoh pendidikan asal Turkiye tampil di salah satu sesi dengan penuh karisma di Hall Jakarta Convention Center (JCC), pada sore yang padat pengunjung.
Dengan tema “From Practice to Pages: Transforming Experiential Learning into Publishing and Play”, ia menghadirkan gagasan bahwa proses pembelajaran haruslah bersifat imersif dan menyeluruh, tidak terbatas pada penglihatan dan pendengaran saja, melainkan mengajak siswa hendaknya “menghidupkan” panca indera mereka.
“Kita memiliki panca indera yang dapat mengumpulkan data dan informasi dari alam dan dunia sekitar kita. Jika kita hanya menggunakan mata dan telinga, maka proses pembelajaran akan terlalu sempit,” ujarnya ketika ditemui MINA di booth Turkiye usai sesi acara
Belajar dari Alam, Guru Terbesar di Sekitar Kita
Menurut Sümeyye, ketika seseorang memutuskan untuk mempelajari suatu tema, alam hendaknya dilibatkan sebagai “guru hidup”. Dalam praktik mengajarnya, tak hanya kepada anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Ia sering membawa peserta keluar ruang kelas.
Baca Juga: Kemenag Buka Pendaftaran Bantuan Penyelesaian Pendidikan S3, Ini Syaratnya!
“Dengan demikian mereka bisa belajar dari sesuatu yang lebih besar yaitu alam, yang memang Allah ciptakan untuk mengajarkan kita, bukan?” tegasnya.
Langkah ini memungkinkan siswa merasakan langsung fenomena, menyentuh materi, mengamati perubahan, mencium aromanya, dan bahkan merasakan teksturnya. Dengan demikian pembelajaran menjadi menyeluruh dan lebih melekat dalam ingatan.
Dalam paparan selanjutnya, Sümeyye menyentuh dua isu penting: kesejahteraan tenaga pendidik dan integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan.
“Menurut pendapat saya, guru merupakan tulang belakang dari ekosistem pendidikan. Saat ini mereka kelelahan, baik secara ekonomi, psikologi dan bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Oleh karena itu, kita harus memberdayakan mereka, khususnya secara psikologi (mental),” jelasnya.
Baca Juga: Meraih Cahaya Ilmu: Mendidik Generasi dengan Hati dan Keteladanan
Menurutnya, guru perlu memiliki resilience psikologis, agar mereka tetap kuat dalam menghadapi tantangan profesional dan pribadi. Ia memandang bahwa ketahanan ini harus dibarengi perbaikan di aspek sosial dan ekonomi, supaya guru merasa dihargai dan tidak terbebani secara finansial maupun emosional.
Terkait AI, Sümeyye meyakini bahwa teknologi hanyalah alat bantu, bukan pengganti esensi guru:
“Seratus tahun lalu, tidak ada komputer, namun saat ini kita dikelilingi oleh komputer. Jadi mungkin di masa depan kita akan dikelilingi oleh mesin AI. Tetapi hal ini tidak membuat perbedaan,” katanya.
Ia menambahkan, dalam seribu tahun terakhir, cara manusia belajar dan cara kerja otak nyaris belum berubah. Sehingga inovasi teknologi pendidikan hanyalah tambahan — alat bantu agar proses pembelajaran lebih efektif dan menarik.
Baca Juga: Muhammadiyah Dorong Pemuda Jadi Aktor Global Lewat Youth Diplomacy Forum
Siapa Sümeyye Ceylan?
Sümeyye Ceylan dikenal sebagai salah satu tokoh pendidikan terkemuka asal Turkiye dengan rekam jejak yang mengesankan di berbagai bidang. Saat ini ia menjabat sebagai Vice President Green Crescent Turkiye (Yeşilay), sebuah organisasi yang berfokus pada kampanye kesadaran publik terhadap bahaya adiksi zat dan perilaku.
Selain itu, ia juga merupakan pendiri sekaligus CEO Usturlab, sebuah perusahaan yang menghadirkan pengalaman edukatif melalui museum, pameran sains, planetarium, konten digital, serta lokakarya di bidang antariksa, filsafat, dan sains.
Dari sisi akademik, Sümeyye menyelesaikan studi S1 Matematika di University of Vienna, kemudian meraih dua gelar magister di universitas yang sama dalam bidang Fast Fourier Transform dan Pedagogi.
Baca Juga: Membangun Generasi Qur’ani di Era Digital
Minatnya yang luas juga membawanya aktif mempelajari astronomi di Vienna Kuffner Observatory, sekaligus tengah menyiapkan disertasi doktoral di bidang Philosophy of Education di Istanbul Medeniyet University.
Tidak hanya berhenti pada jalur akademis, ia juga aktif merancang dan memimpin program pendidikan serta pameran ilmiah, mulai dari astronomi amatir, workshop pertanian cerdas (Smart Agriculture), hingga pendidikan perubahan iklim.
Dedikasinya terhadap dunia pendidikan semakin terlihat dengan kiprahnya memimpin Education for All Children Foundation, serta perannya sebagai konsultan bagi berbagai lembaga pendidikan, organisasi publik, maupun swasta.
Sosoknya menjadi inspirasi atas perpaduan antara kecakapan akademis, inovasi pendidikan, dan kepedulian sosial. []
Baca Juga: Santri Al-Fatah Jambi Lulus Kedokteran UMJ Jalur Beasiswa Hafiz Qur’an
Mi’raj News Agency (MINA)