Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BELAJAR KETEGUHAN DARI HABIBIE AFSYAH

Admin - Ahad, 2 Maret 2014 - 01:50 WIB

Ahad, 2 Maret 2014 - 01:50 WIB

1038 Views ㅤ

Oleh: Rudi Hendrik.

Habibie Afsyah yang terlahir pada 6 Januari 1988 membuktikan bahwa spirit manusia jauh melampaui keterbatasan fisiknya. Hampir seluruh bagian tubuh Habibie Afsyah lumpuh. Tapi, dengan perjuangan keras, dia tumbuh menjadi jawara bisnis internet. Kini dia juga menjadi seorang motivator.

Dengan tangan kiri dan telunjuk tangan kanan

Di atas kursi rodanya, Habibie terlihat nyaman dengan dua bantal yang menyangga punggung dan kepalanya.

Baca Juga: Dari Bandung untuk Palestina, Langkah Solidaritas yang Menggetarkan Jiwa

Di pangkuannya, sebuah bantal diletakkan. Jari-jarinya diletakkan di atas keyboard komputer. Jari telunjuk tangan kanannya lincah menari di atas keyboard komputer, mengantarnya berselancar ke berbagai website otomotif yang menjadi kegemarannya. Sesekali, dia membuka e-mail dan situs jejaring sosial Facebook untuk menyapa sahabat-sahabatnya.

Tangan kirinya aktif menggunakan mouse untuk melakukan aktivitas di depan komputer. Jangan bayangkan ia hanya menggunakan komputer saja. Sebuah komputer 32 inchi terpasang di bagian atas. Di bawahnya, terdapat lima layar komputer berukuran 17 inchi. Semua itu dinyalakan sekaligus.

“Tapi harus ada musik karena saya tak bisa kerja tanpa musik,” katanya.

Habibie adalah sosok internet marketer yang difabel. Pria kelahiran Jakarta ini menderita Muscular Dytrophy tipe Becker. Suatu mutasi spontan di gen systropin pada kromosom XP21. Penyakit yang secara perlahan membuat otot-ototnya menjadi semakin melemah dan fisiknya menjadi tak berdaya. Ia bahkan divonis oleh dokter akan meninggal pada usia 24 tahun. Namun berkat dorongan dari dalam diri serta keluarganya, ia pun bangkit.

Baca Juga: Masjidil Haram, Pusat Peribadatan Islam Terbesar di Dunia

Ditemani sayang, sabar, dan tekun seorang ibu

Habibie ditemani ibunya, Endang Setyati.

“Ma, tolong naikin sedikit bantalnya… Ma, tolong tangan kanan Habibie majuin sedikit… Ma, tolong kepala miringin sedikit… Ma, tolong keyboard-nya geser sedikit…”

Kalimat-kalimat itu sering diucapkan Habibie.

Baca Juga: Zionis Israel, Monster yang Kejahatannya Tak Bertepi di Gaza

Kadang, suaranya tercekat karena radang paru-paru, sehingga terdengar lirih. Endang pun dengan cekatan dan sabar terus mendampingi serta membantu putranya. Sesekali, tangannya membelai rambut ikal Habibie.

“Ma, jari tangan kanan tolong agak ke kiri sedikit,” pinta Habibie kepada sang ibu, yang dengan sabar dan telaten melakukan apa yang diinginkan putra bungsunya.

Belum sampai lima menit, ia meminta sang ibu mendorong kursi roda ke depan.

Seperti itulah keseharian hubungan kasih sayang keduanya sehari-hari. Hingga pun ketika sukses melambungkan Habibie, sang ibu terus setia mendampingi.

Baca Juga: Raja Ampat, Surga Bawah Laut yang Wajib Dikunjungi di Indonesia

Dari kecil tumbuh seiring olokan

Habibie terlahir normal seperti bayi lainnya. Namun pada usia sembilan bulan, Endang menyadari ada yang lain pada diri buah hatinya itu. Habibie pun menjalani berbagai ritual yang tak mengenakkan bahkan menyakitkan.

“Dulu pas masih kecil, saya hanya bisa menangis saja,” katanya.

Dalam salah satu terapinya, Habibie dimasukkan di dalam kotak yang ternyata membuat satu bagian tulangnya terlepas. Ini pun baru diketahui setelah melalui pemeriksaan dokter.

Baca Juga: Tangan-Tangan Kecil untuk Palestina, Ketika Murid SD di Brebes Menolak Diam Melihat Derita Gaza

Dari sinilah, Habibie pun berhenti di terapi namun di optimalisasi potensi yang ada dalam dirinya.

Diskriminasi dan olokan sering diterimanya sejak ia di TK YPAC. Ia lantas dipindahkan di TK Lab Setia Budi. Saat duduk di sekolah dasar ia pun sempat berpindah sekolah pada kelas 3.

“Banyak teman yang mengolokku,” katanya lagi. Ia berhasil lulus dari SMA Yayasan Sunda Kelapa pada tahun 2006.

‘Gila’ game online

Baca Juga: Amerika Serikat Negara Adidaya, Moral Seadanya

Satu pertanyaan pun menggangu pikirannya. “Apa yang akan saya lakukan selepas SMA,” katanya.

Namun pertanyaan itu terlintas begitu saja seiring kegemarannya pada permainan game online. “Dari bangun tidur hingga tidur lagi, saya hanya bermain game,” katanya. Akibatnya, biaya internet di rumahnya melonjak hingga Rp 1,3 juta per bulan.

“Saya bilang, saya bisa cari uang sendiri,” kata Habibie kepada ibunya.

Dan, ketika melihat kegilaan Habibie kepada dunia internet begitu menggila, ia pun mendaftarkan Habibie untuk mengikuti pelatihan internet marketing dengan biaya Rp 5 juta selama dua hari.

Baca Juga: Israel Bukan Negara, Tapi Mesin Pembantai!

“Tapi saya tidak mengerti apa-apa. Selanjutnya ibu saya masih mengikutkan saya dalam kelas advance, walaupun harus menjual mobil untuk membiayai kursus itu sebesar Rp 15 juta. Namun, selepas kursus itu, saya merasa membuang-buang uang. Karena saya belum memahami betul pelatihan itu,” kata Habibie dengan nada lirih.

Kemudian, kakak Habibie yang juga seorang fotografer, mengajari Habibie program rekayasa foto Photoshop agar bisa berkolaborasi dengannya. Namun tak juga Habibie menguasai setelah belajar beberapa waktu.

“Saat itu, saya masih kesulitan karena Photoshop masih menggunakan dua tangan dalam pengerjaaannya. Setelah itu saya kemudian mempelajari ulang hasil pelatihan (internet marketing) yang dulu saya ikuti dan mengembangkan bisnis pemasaran dengan membuat website,” imbuhnya.

Habibie pun diikutkan dalam berbagai seminar bisnis internet marketing yang diadakan para pakar, mulai Suwandi Chow hingga Fabian Lim yang asal Singapura. Dana belasan juta pun digelontorkan untuk bisa menyerap ilmu dari para master tersebut.

Baca Juga: Israel Biadab, Kemanusiaan Terluka, Kisah Luka dari Gaza

Buah perjuangan Habibie

Dan akhirnya dia membuat situs www.rumah101.com, situs untuk penjualan rumah. Awalnya, situs ini gratis agar menarik orang-orang untuk beriklan menjual rumah di situsnya. Kini, bila ingin memasang iklan, setiap orang harus membayar Rp 100 ribu.

Dia juga menjadi agen situs jual beli internasional amazon.com, membantu orang-orang yang ingin menjual dan membeli barang dari situs itu. Dari situ akhirnya Habibie bisa memiliki penghasilan sendiri.

“Saat ini, selain sedang menjadi internet marketer, juga memiliki organisasi sendiri yaitu Indonesia Disable Care Community untuk para penyandang disabilitas, agar mampu membantu menemukan atau mengembangkan kemampuan yang dimiliki,” tuturnya.

Baca Juga: Masjid Al-Munawwarah, Destinasi Wisata Religi di Dataran Tinggi Gayo

Habibie juga membuat situs www.ponsel-quran.com untuk menjual produk ponsel dengan fitur Al-Qur’an di dalamnya.

Dia juga menyatakan prihatin atas penyandang disabilitas yang mengeksploitasi disabilitasnya, seperti meminta-minta di pinggir jalan.

“Orang-orang seperti mereka mungkin belum menemukan kemampuan mereka atau kelebihan mereka sehingga masih harus mencari uang dengan cara seperti itu. Tetapi, melalui organisasi yang saya buat, kami telah membina beberapa penyandang disabilitas ,” tuturnya.

Kini, perjuangannya membuahkan hasil. Selain sukses secara finansial, Habibie berjiwa sosial tinggi. Melalui Yayasan Habibie Afsyah, dia beserta ibunya getol mengampanyekan forum Be Your Self. Melalui forum tersebut, mereka mengajak anak-anak berkebutuhan khusus untuk menggali potensi dan mengembangkan diri agar mandiri.

Baca Juga: Ini Pesan Insinyur Microsoft yang Dipecat karena Protes Keterlibatan Perusahaan dalam Genosida di Gaza

Tak hanya itu, Habibie juga menjadi inspirasi banyak orang ketika tampil dalam beberapa acara televisi. Misalnya, Kick Andy. Dia juga sering membagikan ilmunya melalui berbagai seminar tentang bisnis internet marketing maupun seminar motivasi.

Total sepanjang 2011 ini dia berhasil membukukan komisi 13.530 dolar AS atau sekitar Rp 121 juta.

“Target saya bisa mendapat Rp 100 juta per bulan,” tegasnya. (P09/EO2) 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Sumber: Gatra News, Detik News, jpnn.com

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda