Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Rasulullah SAW adalah karunia tak terhingga bagi seorang muslim. Wasilah Nabi SAW lah kaum muslimin hari ini masih bisa merasakan nikmatnya berislam. Nabi SAW adalah penutup para Nabi dan Rasul. Pada hari kiamat kelak seluruh Nabi akan tunduk di bawah naungan panji Rasulullah SAW.
Seperti disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Sa’id ra. dari Nabi SAW bersabda,
أنا سيِّد وَلَدِ آدم يوم القيامة ولا فخر، وبيدي لواء الحمد ولا فخر، وما مِن نبي يومئذ آدم فمَن سِواه إلا تحت لوائي
”Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat. Dan Aku bukan hendak membanggakan diri. Di tangankulah panji Al-Hamd dan aku bukan hendak membanggakan diri. Dan tidak seorang Nabi pun pada hari itu baik Adam maupun selain dirinya kecuali berada di bawah panjiku.”
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
[Hadits riwayat Ahmad 2/3 no. 11.000, At-Tirmidzi 5/308 no. 3148, dan dia berkata, ”Hasan Shahih.” Dan Ibnu Majah 2/1440 no. 4308]
Bahkan, surga pun tidak akan dibuka kecuali untuk orang-orang yang melewati jalannya dan mengikuti petunjuknya. Nabi SAW bersabda,
آتِي بَابَ اْلجَنَّةِ فَأَسْتَفْتِحُ، فَيَقُوْلُ اْلخَازِنُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَأَقُوْلُ: مُحَمَّدٌ، فَيَقُوْلُ: بِكَ أُمِرْتُ ألَّا أَفْتَحَ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ
“Aku mendatangi pintu surga lalu aku meminta agar pintu tersebut dibuka. Maka Penjaga pintu surga bertanya, ”Siapakah kamu?” Aku menjawab, ”Muhammad.” Lantas dia berkata, ”Karena dirimu aku diperintahkan agar tidak membuka pintu ini untuk seorang pun sebelum dirimu.”
[Hadits riwayat Muslim 1/188, no. 197]
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Begitu tinggi kedudukan Rasulullah SAW di seluruh mata manusia bahkan Nabi dan Rasul Allah sekalipun.
Bagi seorang muslim, menyintai Nabi SAW adalah hal mendasar yang sangat penting. Banyak dalil yang menunjukkan betapa pentingnya seorang Muslim menyintai Nabi SAW sebagai bukti kualitas imannya.
Ada banyak dalil dari hadits yang menunjukkan kualitas cinta seorang muslim kepada Nabinya. Di antaranya yaitu sebagai berikut.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari 1/14 no. 15 dan Muslim 1/67 no. 44 dari sahabat Anas bin Malik ra bahwa Nabi SAW bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
”Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku menjadi orang yang lebih dia cintai daripada anaknya dan orang tuanya dan seluruh manusia.”
Bisa disimpulkan, mukmin sejati adalah orang yang menjadikan Rasulullah SAW sebagai orang yang paling dia cintai melebihi cintanya kepada anaknya, orang tuanya dan seluruh umat manusia.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rh berkata, ”Di antara hak Nabi SAW adalah dia lebih dicintai oleh orang mukmin melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, anaknya dan seluruh makhluk.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah SWT,
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” [Qs. At-Taubah: 24] [lihat: Taqrib Ash-Sharim al-Maslul 1/259; Dr. Shalah Shawi]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rh berkata, ”Ayat yang agung ini merupakan dalil paling besar atas wajibnya mencintai Allah dan Rasul-Nya SAW dan wajibnya mendahulukan kecintaan kepadanya daripada kecintaan kepada segala sesuatu.
Selain itu, ayat tersebut juga menunjukkan ancaman yang keras dan kemurkaan besar kepada orang yang lebih menyintai perkara-perkara yang disebutkan dalam ayat tersebut daripada Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan Allah.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Tanda dari hal itu adalah jika dia dihadapkan pada dua perkara; pertama, perkara itu dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya dan dalam dirinya tidak ada keinginan terhadap perkara tersebut.
Kedua, dirinya menyukai perkara tersebut dan sangat menginginkannya akan tetapi perkara tersebut mengakibatkan sirnanya apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya atau bisa menguranginya.
Maka, jika dia lebih mengutamakan apa yang lebih disukai oleh dirinya daripada apa yang dicintai oleh Allah, berarti dia adalah orang yang zhalim yang meninggalkan apa yang diwajibkan atas dirinya.” [Tafsir as-Sa’di 1/332]
Umar bin Khathab ra berkata, ”Wahai Rasulullah! Anda benar-benar orang yang paling saya cintai daripada segala sesuatu kecuali diri saya sendiri.”
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Maka Rasulullah SAW bersabda, ”Tidak demikian. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya! Sampai aku lebih kamu cintai daripada dirimu sendiri.” Lalu Umar berkata, ”Sungguh sekarang Anda lebih saya cintai daripada diri saya sendiri.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ”Sekarang (sudah benar) wahai Umar.” [HR. Bukhari 6/2445 no. 6257]
Agar tumbuh rasa cinta kepada Rasulullah SAW, setidaknya ada beberapa faktor yang menjadi sebab dan pendorongnya. Faktor-faktor dan sebab-sebab itulah yang membuat kita sangat berkeinginan untuk mencintai beliau ﷺ dengan kecintaan yang sangat kuat.
Di antara faktor dan sebab kecintaan terhadap Rasululullah SAW antara lain sebagai berikut.
Pertama, pengagungan terhadap kecintaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menyintai Nabi SAW itu mengikuti kecintaan kepada Allah ‘Azza wa jalla
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Kedua, sesungguhnya Nabi SAW adalah pemimpin seluruh anak keturunan Adam dan penutup para Nabi. Ketiga, sesungguhnya Nabi SAW adalah orang yang menyampaikan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Keempat, sesungguhnya Nabi SAW adalah orang yang sangat penuh kasih sayang kepada umatnya dalam segala hal yang dia syariatkan.
Kelima, sesungguhnya Nabi SAW adalah orang yang sangat peduli kepada umatnya dan sabar dalam berdakwah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Keenam, sesungguhnya Nabi SAW memiliki keistimewaan berupa akhlak yang tinggi nan agung. Ketujuh, sesungguhnya mencintai Nabi SAW itu berpahala sangat besar di dunia dan akhirat.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Di antara tanda cinta pada Nabi SAW
Cinta kepada Nabi SAW bukan sekedar di lisan, tapi harus ada bukti nyata. Setiap muslim pasti bisa saja bicara cinta kepada Nabi SAW. Berikut di antara indikasi terkuat seorang Muslim mencintai Nabi SAW adalah sebagai berikut.
Pertama, jelas dia lebih mengutamakan kecintaan kepada Rasulullah SAW dibandingkan kecintaannya kepada yang lain. Kedua, mengikuti sunnah Rasulullah SAW, tidak menentangnya dan tidak memperolok-oloknya.
Ketiga, sangat perhatian untuk membaca sejarah hidup Nabi SAW yang harum semerbak serta berjalan di atas petunjuknya. Keempat, banyak mengingatnya dengan lisan dan hati serta memperbanyak membaca shalawat untuk Nabi SAW.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Kelima, mencintai orang-orang yang shalih dan para para penyeru kepada sunnah Nabi SAW, serta orang-orang yang mengamalkan sunnah Nabi SAW terutama para sahabat.
Keenam, merasa rindu untuk melihat Nabi SAW dan bersahabat dengannya. Sebagaimana sabda Nabi SAW,
مِن أشدِّ أُمَّتي لي حُبًّا ناسٌ يكُونون بعدي، يودُّ أحدُهم لو رآني بأهله وماله
”Umatku yang paling kuat rasa cintanya kepadaku adalah orang-orang yang hidup setelahku. Salah seorang dari mereka sangat berkeinginan andaikan mereka melihatku walau dengan tebusan berupa keluarganya dan hartanya.” [HR. Muslim 4/2178 no. 2832]
Semoga Allah SWT memudahkan kita sebagai muslim untuk meneladani Nabi SAW dalam kehidupan sehari-hari, wallahua’lam.(A/RS3/P1)
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Mi’raj News Agency (MINA)