Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BELAJAR TERTIB DARI NEGERI JIRAN MALAYSIA

Admin - Selasa, 15 April 2014 - 00:45 WIB

Selasa, 15 April 2014 - 00:45 WIB

1799 Views ㅤ

Ali Farkhan Tsani (Foto : Syakir/MINA)

Budaya tertib memang susah diterapkan, sebab kadang berlawanan dengan sikap egoistis dan bertentangan dengan kenyataan di sekitar lingkungan sehingga sulit untuk berbuat disiplin di tengah kawasan yang tidak disiplin.

Namun, kalau dengan kesungguhan dilakukan, walau berlawanan dengan kepentingan diri dan masyarakat belum mendukung. Insya Allah dapat juga diterapkan.

Contohnya di negeri jiran Malaysia. Dalam perjalanan Penulis mengikuti Muhibbah Shilaturahim Serantau Pondok Pesantren Al-Fatah Indonesia sejak 10 April, banyak pembelajaran penerapan hidup tertib di masyarakat.

Tertib antrian di jalan raya misalnya, jika terdapat lampu merah di perempatan-perempatan jalan. Maka kereta (mobil) di belakang tidak akan menyalip mobil di depannya, walaupun ada celah memungkinkan di sana. Bukan manusia di sana tidak punya sifat egoisme, tetapi karena mereka memiliki kesadaran bahwa kalau menyalip, bisa berakibat buruk. Apalagi sampai melewati batas garis, walaupun tidak ada polisi yang mangawasi.

Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah

Lain halnya di Jakarta.Garis batas kendaraan sudah biasa dilewati. Selagi ada celah masuk, langsung salip. Lampu belum hijau kalau memang ada peluang masuk, masuklah. Tiba-tiba dari arah seberang kendaraan melaju dengan kencang. Lalu, jegger….!!! terjadilah kecelakaan yang tidak diharapkan. Akibat tidak tertib walau dalam hitungan sekejap.

Soal tertib di jalanan lagi, di sepanjang jalan bebas hambatan (tol), ketika itu Penulis diantar oleh warga setempat Wan Muhaimin. Tiba-tiba motor roda dua masuk tol. Menurutnya, di KL (baca ki el) singkatan dari Kuala Lumpur, motor di sana boleh masuk tol, gratis pula. Tetapi tetap tertib juga, tidak saling salib, saling serobot atau saling kebut-kebutan. Karena masing-masing pemakai jalan, mengetahui pentingnya tertib.

Penulis bayangkan bagaimana seandainya motor di Jakarta diperbolehkan masuk tol? Mungkin jalan bebas hambatan itu jadi tidak bebas hambatan lagi, karena dipenuhi motor-motor. Kalau sekedar penuh tidak masalah, tetapi yang menjadi masalah kalau masing-masing tidak tertib, saling serobot. Apa jadinya?

Lagi soal tertib di jalan, ketika Penulis diantar dari sebuah jalan kecil (gang) mau masuk ke jalan raya, beberapa saat di perempatan mobil berhenti menunggu pengguna kendaraan jalan raya melaju, sampai agak sepi atau agak jauh.“Kok belum jalan?” ujar Penulis bertanya.“Jalan raya hak utama pengguna jalan raya, kita ni dari jalan gang, menunggu sepi sikit,” ujarnya. Lagi-lagi ini soal tertib.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah

Ada lagi tertib antrian ketika membeli bensin. Tidak seperti di Indonesia, pengemudi membeli bensin, dilayani petugas, tanki diisi, baru bayar. Ini sudah biasa, sistem hutang dulu. Sama seperti jika makan di warteg, yang penting,  makan dulu, bayar kemudian.

Di sana, sopir bayar dulu di tempat penukaran bensin untuk mendapatkan koin bensin sejumlah takara yang pesanan. Misalnya beli 50 RM (Ringgit Malaysia), maka akan mendapatkan voucher sekian liter seharga itu. Lalu sopir memasukkan sendiri selang bensin dari pom bensin ke tangki bensin kereta (mobil). Mengucurlah bensin sejumlah pesanan sampai berhenti sendiri.

Tertib Waktu

“Alwaqtu kas sayfi”, artinya waktu laksana pedang. Jika kita tidak dapat menggunakannya dengan sebaik mungkin, maka waktu akan menebas kita, dalam ari terus berlalu tak akan mundur lagi. Begitu pepatah Arab mengingatkan.

Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi

Soal yang ini, ada baiknya juga kita, terutama saya, warga Indonesia belajar dari masyarakat Malaysia, yang katanya memanggil Indonesia dengan saudara tua alias abang. Tidak mengapalah abang sekarang belajar dari adiknya.

Ini soal tertib waktu. Selepas shalat shubuh berjama’ah, Penulis diajak pengurus surau di kawasan taman Cheras, Selangor, berkendaraan ke kedai makanan. Biasa, menikmati roti canai dan teh tarik.

Di jalanan tampak dari rumah ke rumah, anak-anak sekolah, orang-orang pekerja (karyawan, pegawai) sudah berkemas-kemas berangkat. Ada beberapa anak sekolah sudah berjalan kaki selepas shalat shubuh.

“Encik, jam berapa mereka masuk sekolah atau kerja? Mereka sepertinya buru-buru?,” tanya Penulis penasaran.

Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan

Biasa, anak-anak masuk jam tujuh, kerja masuk jam delapan. Mereka bawa bekal makanan dan minuman untuk disantap nanti di sekolah atau tempat kerja, kata Muhaimin.

“Siang sikit bisa kena jem (macet),” tambahnya.

Tapi yang Penulis perhatikan, mereka memang tertib melaksanakan program tersebut. Dari ke hari ke hari, bulan ke tahun, dan puluhan tahun berperilaku tertib dan disiplin.

Penulis teringat akan pesan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahwa beliau sangat menyenangi pekerjaan yang dilakukan terus-menerus, tertib dan disiplin, walaupun kelihatannya kecil atau sepele.

Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina

Tertib dan disiplin, merupakan bagian yang harus dilewati untuk menciptakan lingkungan keberhasilan. Semestinyalah, ajaran disiplin lima waktu shalat berjama’ah di masjid yang kita laksanakan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari.

Dan tidak ada aib, kita belajar dari sebagian kecil sesuatu hal dari negeri jiran, Malaysia. Pepatah mengatakan, “Belajarlah walau sampai ke negeri China”. Dari manapun, jauhnya dan sulitnya, jika itu ada ilmu dan hikmah, maka patut kita jadikan pelajaran hidup.  Semoga. (R1/EO2).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?

Rekomendasi untuk Anda

Desa Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah terendam banjir pada Februari 2024. (Istimewa)
Indonesia
Indonesia
Internasional
Khutbah Jumat