Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belajarlah Bahagia dengan Hal-Hal Sederhana

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 1 jam yang lalu

1 jam yang lalu

5 Views

Kebahagiaan bukan soal seberapa besar sesuatu, tetapi seberapa tulus kita menikmatinya.(Foto: ig)

DI TENGAH hiruk-pikuk kehidupan modern, banyak orang mengejar kebahagiaan dengan membeli lebih banyak, berlari lebih jauh, dan bekerja lebih keras. Kita sering mengira bahwa bahagia itu harus besar: rumah luas, gaji tinggi, liburan mewah, pencapaian gemilang. Padahal, semakin kita mengejarnya, semakin ia terasa menjauh. Kebahagiaan bukan soal seberapa besar sesuatu, tetapi seberapa tulus kita menikmatinya. Dan sering kali, hal yang paling sederhana justru menyimpan kenikmatan paling mendalam—asal kita mau berhenti sebentar dan merasakannya dengan hati.

Bahagia dengan hal-hal sederhana bukan berarti hidup pasrah atau tidak punya ambisi. Justru sebaliknya, itu berarti kita tidak membiarkan kebahagiaan digantungkan pada hal-hal yang tidak pasti. Kita belajar menemukan cahaya kecil di tengah gelap, aroma wangi di tengah hari yang melelahkan, kesempatan kecil untuk menenangkan jiwa dalam rutinitas yang tak ada habisnya. Kebahagiaan sederhana adalah pondasi agar kita kuat menghadapi dunia yang terus berubah.

Cobalah ingat momen ketika seseorang memberikan senyum tulus padamu tanpa alasan. Atau pagi ketika udara sedikit lebih sejuk dan sinar matahari terasa lebih hangat dari biasanya. Atau secangkir kopi yang kau minum perlahan sambil merenung tentang hidup. Hal-hal seperti itu tampak kecil, tetapi justru di situlah kebahagiaan bersembunyi—di balik momen-momen yang tidak kita kejar, namun datang sebagai hadiah.

Kita sering lupa bahwa hidup ini bukan tentang berapa banyak yang kita miliki, tetapi bagaimana kita menghargai apa yang ada di genggaman. Ketika kita belajar mensyukuri sedikit, hati perlahan menjadi lebih lapang. Kita mulai merasa cukup. Dan rasa cukup adalah sebuah anugerah yang tak ternilai. Banyak orang kaya merasa miskin karena selalu ada yang belum mereka dapatkan. Sebaliknya, banyak orang sederhana hidup damai karena mereka tahu cara menikmati apa yang mereka miliki.

Baca Juga: Anak yang Didengar, Tumbuh Lebih Bahagia

Bahagia dengan hal-hal sederhana juga berarti berani melepaskan ekspektasi yang tidak perlu. Tidak setiap hari harus sempurna. Tidak semua rencana harus berjalan mulus. Ada kalanya kita hanya perlu menerima bahwa hidup memiliki ritmenya sendiri. Ketika kita berhenti memaksa, hati menjadi lebih ringan. Kita belajar tersenyum meski langkah goyah, belajar memaafkan meski hati perih, belajar beristirahat tanpa merasa bersalah.

Salah satu bentuk kebahagiaan sederhana adalah kehadiran orang-orang yang kita sayang. Kadang duduk bersama keluarga tanpa banyak bicara sudah cukup membuat hati hangat. Mendengarkan tawa anak-anak, menatap wajah orang tua, atau sekadar berbagi cerita ringan dengan pasangan—semua itu adalah kebahagiaan yang tak bisa digantikan oleh apapun. Kita hanya perlu lebih peka, lebih hadir, lebih menikmati setiap detiknya.

Selain itu, kebahagiaan sederhana bisa datang dari hal-hal yang kita lakukan untuk diri sendiri. Menghirup napas panjang setelah hari yang melelahkan, berjalan santai tanpa tujuan, membaca beberapa halaman buku, atau memutar lagu favorit. Mungkin terdengar biasa, tetapi jika dilakukan dengan sepenuh hati, ia mampu memulihkan energi yang hilang. Dalam keheningan kecil seperti itu, kita menemukan kembali diri kita yang sempat hilang di tengah kesibukan.

Tak kalah penting, bahagia dengan hal-hal sederhana menuntun kita untuk bersyukur. Syukur adalah kunci yang membuat hidup terasa cukup, bahkan ketika dunia seolah tidak memihak. Dengan bersyukur, kita mengubah cara pandang. Bukan lagi bertanya “mengapa aku tidak memiliki lebih?”, tetapi “apa lagi yang bisa aku syukuri hari ini?”. Pertanyaan sederhana itu mampu merubah suasana hati dalam sekejap.

Baca Juga: JENESYS 2025 Ditutup, Jepang Dorong Pemuda Islam Indonesia Jadi Penghubung Dua Peradaban

Jika hari ini hidup terasa berat, cobalah berhenti sejenak. Tatap langit. Dengarkan suara sekitar. Rasakan napasmu. Tanyakan pada hatimu: adakah hal kecil yang bisa aku nikmati sekarang? Sering kali, jawabannya ada. Kebahagiaan itu tidak hilang, hanya tertutup oleh harapan-harapan yang terlalu tinggi. Ketika kita menurunkan standar bahagia, justru hidup terasa jauh lebih indah.

Pada akhirnya, kebahagiaan sederhana adalah tentang kembali pada esensi: hidup ini singkat. Kita tidak tahu sampai kapan diberi kesempatan melihat mentari terbit, merasakan pelukan, mendengar tawa, atau menikmati waktu sendirian. Maka jangan menunda bahagia. Jangan menunggu sesuatu yang besar untuk bersyukur. Belajarlah menemukan keajaiban dalam hal kecil. Sebab dari hal kecil itulah hidup menemukan maknanya.

Bahagia itu bukan nanti. Bahagia adalah hari ini. Di sini. Di tengah hal-hal yang sederhana—yang mungkin selama ini luput kita syukuri.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kemenag Reviu Kurikulum Lembaga Pendidikan Al-Quran dan Madrasah Diniyah

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
Khadijah
MINA Preneur
MINA Health