Tel Aviv, MINA – Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir sekali lagi menyerukan “penaklukan penuh” Jalur Gaza, pemindahan paksa penduduknya, dan penghentian bantuan kemanusiaan untuk mencapai kemenangan.
Dalam sebuah posting di X, ia menulis bahwa setiap perjanjian gencatan senjata yang akan mendemiliterisasi Gaza di masa mendatang atau mencakup penarikan Israel dari “wilayah yang ditaklukkan”, pembebasan tahanan Palestina atau revitalisasi Hamas dengan bantuan kemanusiaan akan menjadi “hadiah untuk terorisme”. Quds News melaporkan.
“Satu-satunya cara untuk mencapai kemenangan dan mengembalikan sandera kita dengan aman adalah melalui penaklukan penuh Jalur Gaza, penghentian total bantuan ‘kemanusiaan’, dan dorongan untuk emigrasi. Saya menyerukan kepada perdana menteri untuk meninggalkan jalan menyerah dan kembali ke jalan kemenangan,” ujarnya.
Hamas pada Jumat mengatakan menanggapi dengan “semangat positif” terhadap proposal gencatan senjata Gaza yang ditengahi AS, dan telah mengajukan tiga amandemen inti terhadap proposal tersebut.
Baca Juga: Faksi-Faksi di Palestina Dukung Hamas dalam Proses Gencatan Senjata
Hamas bersikeras setiap perjanjian gencatan senjata harus mencakup jaminan bahwa Israel akan mengakhiri perangnya di Gaza secara permanen.
Kelompok Palestina tersebut mengatakan mereka sepenuhnya siap, dengan segala keseriusan, untuk segera memasuki babak baru negosiasi mengenai mekanisme pelaksanaan kerangka gencatan senjata terbaru.
Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan “proposal akhir” untuk gencatan senjata selama 60 hari dalam perang yang telah berlangsung hampir 21 bulan antara Israel dan Hamas.
Sebagai tanggapan, kantor Perdana Menteri Israel netanyahu/">Benjamin Netanyahu mengumumkan rencana untuk mengirim tim negosiasi ke Qatar untuk melakukan pembicaraan.
Baca Juga: [POPULER MINA] Direktur RSI Gaza Syahid, Israel Tembaki Sipil Pencari Bantuan
Kantor Netanyahu mengatakan tim tersebut akan melakukan perjalanan ke ibu kota Qatar, Doha, pada Ahad setelah pemimpin Israel tersebut menginstruksikan para negosiator “untuk menerima undangan untuk melakukan pembicaraan tertutup”.
Namun, pernyataan tersebut mengatakan perubahan yang diminta Hamas untuk dilakukan terhadap proposal Qatar telah disampaikan namun tidak dapat diterima oleh Israel.
Setidaknya 57.338 warga Palestina tewas dalam perang Israel di Gaza, yang dimulai pada Oktober 2023, sementara setidaknya 135.957 lainnya terluka. Serangan Israel telah menghancurkan Gaza, memicu krisis kemanusiaan yang mengerikan dan membuat wilayah itu berada di ambang kelaparan.
Kelompok Palestina juga menginginkan bantuan kemanusiaan dikirim ke Gaza melalui mekanisme internasional yang dipimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa, bukan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung AS dan Israel.
Baca Juga: Israel akan Kirim Delegasi ke Doha untuk Pembicaraan Gencatan Senjata dengan Hamas
Lebih dari 700 warga Palestina syahid dan ribuan lainnya terluka saat mencari bantuan sejak yayasan tersebut mulai beroperasi di Jalur Gaza pada akhir Mei.
Permintaan ketiga adalah tentang di mana pasukan Israel dapat berada di Jalur Gaza sebagai bagian dari kesepakatan ini.
Ini bukan pertama kalinya Ben-Gvir, bersama dengan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, menyerukan penghentian bantuan, menggusur paksa penduduk, dan menduduki Gaza, bahkan mengancam akan keluar dari kabinet jika gencatan senjata disetujui. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kehabisan Bahan Bakar, Layanan Seluruh Rumah Sakit di Gaza Terancam Tutup