Tel Aviv, MINA – Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir memimpin lebih dari 500 petugas polisi dalam penyerbuan di kota-kota komunitas Arab, Ramle dan Lod, setelah sebuah bom mobil menewaskan empat warga sipil, yang terbaru dalam gelombang insiden kekerasan yang telah melibatkan kota-kota dengan mayoritas warga Arab di Israel, Jumat (13/9).
Pimpinan Ultranasionalis Ben-Gvir, yang dikenal karena kebijakannya yang anti-Palestina dan pro-pemukim Yahudi memimpin pasukan polisi yang melakukan penangkapan di dua kota tersebut setelah serangan besar di Ramle di Israel tengah pada Kamis malam. The New Arab melaporkan.
Ben Gvir mengunjungi lokasi ledakan dan mengatakan polisi akan “terus memerangi kejahatan ini dengan semua alat yang dimilikinya”.
“Tetapi saya peringatkan kejahatan di komunitas Arab membutuhkan alat yang lebih luas dan kekuatan yang lebih luas,” ujarnya.
Baca Juga: Warga Gaza Utara Pilih Bertahan saat Israel Intensifkan Serangan
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengkritik kunjungan Ben-Gvir ke tempat kejadian itu.
“Ada menteri-menteri yang tidak kompeten sebelumnya, tetapi dialah yang pertama mengubah kegagalan menjadi sebuah profesi,” tulisnya di platform media sosial X.
Penduduk Ramle, kota campuran Yahudi dan Arab, menyalahkan pemerintah karena “meninggalkan” mereka pada kejahatan setelah serangkaian insiden termasuk pembunuhan dan ledakan.
Dua wanita, seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun dan seorang anak perempuan berusia 14 tahun tewas dan delapan lainnya terluka dalam ledakan mobil pada Kamis malam, yang menyebabkan kebakaran di toko-toko terdekat.
Baca Juga: WHO Akhirnya Dapat Kembali Jangkau Dua Rumah Sakit di Gaza Utara
Duaa Abu Halawa, Sila Abu Halawa, Muhammad Abu Halawa dan Lin Maghrabi disebutkan sebagai mereka yang tewas. Seorang bayi berusia dua bulan dan seorang anak perempuan berusia enam tahun yang terluka masih berada di Pusat Medis Shamir di Tzrifin, menurut laporan media Israel.
Insiden itu diduga terkait dengan bentrokan antara dua keluarga geng yang bermusuhan, menurut laporan media Israel.
Polisi Israel mengatakan telah meluncurkan penyelidikan atas penyebab ledakan yang diduga terkait dengan “sebuah konflik kriminal antara keluarga kriminal di lingkungan Arab”.
Pada hari Kamis tiga orang ditangkap atas dugaan melanggar ketertiban umum dan menyerang polisi setelah kerabat korban bentrok dengan polisi di luar pusat medis, menurut laporan.
Baca Juga: PBB Ingatkan Situasi Kian Memburuk di Gaza Utara
Meskipun ada insiden kekerasan yang berkaitan dengan keluarga mafia di kota yang terkait dengan perdagangan kriminal, masalah ini diperburuk oleh kelalaian dari pihak kepolisian Israel, yang menurut penduduk, gagal menanggapi masalah mereka dengan serius.
Sebuah LSM yang dijalankan oleh orang Yahudi dan Palestina, Abraham Initiatives, menyalahkan pemerintah atas kekerasan Kamis malam.
“Pengabaian total terhadap komunitas Arab telah mencapai titik tertinggi baru,” kata mereka.
“Korban kekerasan dan kejahatan juga merupakan korban kebijakan. Kebijakan pemerintah saat ini, yang menelantarkan warga Arab dan menyerahkannya kepada organisasi kejahatan, adalah penyebabnya,” tambah LSM itu.
Baca Juga: Serangan Drone Hezbollah Berhasil Tewaskan Empat Tentara Zionis
LSM tersebut, bertujuan untuk mempromosikan kesetaraan, mengatakan rasisme pemerintah terhadap orang Arab “merusak fondasi negara” dan meminta perdana menteri untuk memecat Ben-Gvir.
Sejak menjabat, Ben-Gvir telah melonggarkan undang-undang pengendalian senjata dan mempercepat perizinan, yang memungkinkan lebih banyak warga Israel membawa senjata api, dengan mengklaim hal itu membuat Israel lebih aman.
Menteri tersebut, yang sebelumnya dihukum karena hasutan rasisme, telah menyerukan pendudukan kembali Gaza dan mengatakan hak-hak Israel lebih penting daripada kebebasan bergerak warga Palestina. []
Baca Juga: Militan Hezbollah Lancarkan Serangan Baru ke Wilayah Shebaa
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bulan Sabit Merah Palestina: 90 persen Anak-anak Gaza sudah Setahun Kelaparan