Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bencana dalam Perspektif Islam (Bagian Akhir)

Rana Setiawan - Ahad, 12 Juni 2022 - 02:05 WIB

Ahad, 12 Juni 2022 - 02:05 WIB

0 Views

Oleh: Dr. Hayu Prabowo, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup & Sumber Daya Alam MUI

  1. Optimis

Allah memberikan cobaan pada hamba-Nya sebagai bentuk ujian. Bagi hamba Allah yang tabah, sabar, dan tawakal, baginya akan diberikan pahala yang setimpal. Dengan cara demikian inilah, Allah akan menguji hamba-Nya.

Manusia harus mampu menghadapi berbagai macam cobaan dan musibah. Di antara cobaan dan musibah inilah, Allah akan memberikan rahmat. Karenanya, umat Islam tidak boleh putus asa terhadap rahmat Allah. Sebab, Allah Maha Pemberi Rahmat bagi seluruh hamba-Nya.

Umat Islam harus selalu merasa optimis. Yakin bahwa pertolongan Allah akan hadir untuk membangkitkan semangat dan daya tahan terhadap segala macam tekanan kehidupan. Gairah dan gelora untuk melakukan hal-hal yang diperintahkan Allah kepada kita, mendorong kita untuk terus mampu memperbaiki diri dan menyongsong hari esok yang lebih baik.

Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”

Untuk itulah, kita harus mengembangkan prasangka baik kepada Allah. Musibah, cobaan atau bencana, itu semua merupakan sarana intropeksi guna mendekatkan diri kepada Semua ujian dan cobaan itu diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa. Sedangkan Allah Maha luas atas rahmat dan berkah-Nya.

  1. Waspada dan Kritis

Apa yang bisa kita petik dari musibah yang sedang kita hadapi? Pertama, kita harus selalu mengingat Allah dengan segala ketentuan yang ada di tangan-Nya. Kedua, sebagai manusia yang berakal sehat dan berbudi pekerti luhur, kita harus pandai mengambil hikmah dari setiap musibah seraya berisikap kritis terhadap musibah itu. Ketiga, kita harus melakukan antisipasi terhadap berbagai kemungkinan buruk yang akan menimpa kita.

Sikap kritis dan tanggap juga harus dikembangkan. Sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran sehat, kita tidak boleh diam atau lalai melihat keadaan di sekeliling kita yang selalu berubah. Inisiatif yang kreatif dan inovatif dalam menghadapi berbagai situasi yang berubah cepat, perlu terus dilakukan, sehingga tidak berlaku pasif dan menunggu.

Setelah disadari terjadi berbagai peristiwa yang sedang menimpa kita, maka secara cepat harus melakukan tindakan nyata. Sikap tegar menghadapi berbagai persoalan, kemudian diikuti dengan mengembangkan sikap kritis dan tanggap guna menghadapi persoalan (bencana, musibah atau cobaan) yang sedang terjadi.

Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam

  1. Berprasangka Baik

Apa yang terjadi pada kita, semua sudah merupakan ketetapan Allah. Karenanya, kesabaran merupakan kunci utama. Kita tidak boleh buruk sangka (su’udhon) kepada Allah atas apa yang telah menimpa kita, tetapi sebaliknya harus mengembangkan prasangka baik (Khusnu-dhan) kepada-Nya. Sesungguhnya, setelah (timbul) kesulitan akan segera datang kemudahan.

Waspada merupakan keharusan, tetapi rasa was-was itu adalah penyakit dan bisikan syaitan. Kaum muslimin harus senantiasa berlindung diri kepada Allah dari rasa was-was dan ketakutan.

Bila hati kita was-was, maka akan muncul berbagai ketakutan yang belum tentu ada, bahkan jantung akan berdegup keras. Itulah sisi negatif, bila kita terbawa pada rasa was-was. Jadi, membiarkan was-was dalam hati kita akan dapat menimbulkan fisik dan psikis sakit.

Rasa was-was bisa mengakibatkan takut dan malas untuk melakukan suatu kegiatan. Karenanya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah memberikan tuntunan untuk selalu berdoa kepada Allah guna menghindari rasa malas dan keengganan untuk melakukan suatu aktivitas, dengan doanya yang berbunyi:

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sikap malas dan (rasa) lemas.” (HR. Bukhari)

  1. Bersyukur dan Doa

Atas apa yang ada pada kita, semua merupakan rahmat dan karunia Allah. Meski (mungkin saja) telah kehilangan harta benda atau sanak saudara ternyata Allah telah melindungi kita semua dari marabahaya.

Kita masih diberi hidup, diberikan keleluasaan untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai khalifah Allah di muka bumi. Semua itu harus disyukuri, dengan segala ketentuan balk yang diberikan kepada kita sekalian.

Seiring dengan itu, patutlah kiranya kita selalu memanjatkan doa kepada Allah untuk senantiasa memohon rahmat dan karunia-Nya. Allah sangat suka terhadap hamba-Nya yang senantiasa memohon doa dan karunia-Nya. Semoga dengan doa itu, Allah akan mengabulkan segala permintaan kita, melalui berbagai rahmat, berkah dan karunia-Nya.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan

Semua bencana membuktikan, satu sisi Allah itu Maha kuasa atas segala yang dikuasai-Nya, tetapi sisi lain, Dia juga memperlihatkan maha kasih atas semua yang kasih-Nya dengan berbagai pertolongan dari saudara yang lain.

Boleh jadi, bencana alam mengisyaratkan bahwa jika Allah sayang kepada seseorang hamba, hamba itu diberi-Nya cobaan. Begitu juga sebaliknya.

Cobaan Allah bermacam-macam, kadang-kadang dengan kesenangan dan kadangkala dengan kesusahan, penderitaan dan kepedihan.

Bekal utama yang perlu dimiliki oleh manusia di manapun ia berada adalah keyakinan beragama yang kuat serta kebergantungan yang penuh kepada Allah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Dalam keadaan yang bagaimanapun, manusia membutuhkan agama dan bergantung kepada Allah. Dialah yang Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui, dan Maha Penyayang.

Allah mendengar setiap keluhan, jeritan hati yang tidak terungkap karena lidahnya sudah menjadi beku. Kata-kata yang digunakan untuk memohon pertolongan kepada siapapun hanya Allah saja yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Semua yang terjadi, diketahui oleh Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Penyayang.

Seorang mukmin yang taat akan selalu diuji dengan bencana yang menjadi bukti, kesaksian atau penjelasan bagi orang lain atas kesabaran, kekuatan dan kebenaran keimanannya.

Demikian juga para rasul, nabi dan orang-orang yang saleh, mereka juga termasuk golongan umat yang ditimpa berbagai musibah dan bencana.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Hanya orang-orang yang beriman, sabar, ikhlas, syukur, dan tawakal yang mampu menyikapi musibah tersebut dengan ramah, tabah, dan istiqamah. Karena, di balik suatu musibah, pasti ada hikmahnya.

Referensi

Agus Muhammad, et. al. Membangun Ketahanan Masyarakat Menghadapi Bencana – Perspektif Islam tentang Pengurangan Risiko Bencana. LPBI Nahdlatul Ulama. 2011.

Avianto Muhtadi, et. al. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat dalam Perspektif Islam. LPBI Nahdlatul Ulama. 2011.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Hayu Prabowo. Masjid Berketahanan. Lembaga PLH & SDA MUI. 2020.

PP Muhammadiyah. Fikih Kebencanaan & Tuntunan Shalat. Berita Resmi Muhammdiyah No. 03/2015-2020/Rabiul Akhir 1439 H/Januari 2018 M

Wawan Susanto dan Fahmi Zaki. Bencana Nasional: Antara Azab, Ujian & Faktor Alam (?). Buletin Ma’had Aly Iqna’ At-Tholibin PP. Al-Anwar Sarang. Edisi Keempat – Jum’at, 25 Januari 2019 M.

Zakiah Darajat, et. al. Pedoman Bimbingan Keagamaan Bagi Korban Bencana Alam. Majelis Ulama Indonesia. 2005.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

(AK/R1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khadijah
Indonesia
MINA Health
Kolom