Oleh Ir. H. Adiwarman A. Karim,SE,MBA,MAEP.*
Ketika 101 orang kaum muslimin hijrah ke negeri Habsyi karena kerasnya tekanan penduduk Mekkah. 52 lelaki dan 29 perempuan kaum Muslim yang tersisa di kota Mekkah harus menghadapi kemarahan penduduk Mekkah.
Mereka diboikot selama tiga tahun, diisolasi di Syi’ib yang terletak di celah bukit di luar kota Mekkah. Mereka juga dilarang berjumpa dengan sanak kerabat selain di bulan Haram. Mereka pun terpaksa hanya makan daun-daunan dan kulit-kulit pohon yang tipis, berpakaian apa saja yang dapat dikenakan.
Beberapa saat setelah dicabutnya boikot, isteri tercinta Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Khadijah Radhiyallahu ‘Anha meninggal dunia. Tak lama berselang, paman yang mernbesarkan beliau, Abu Thalib juga meninggal dunia. Inilah tahun yang dinamakan sebagai Amul Huzni atau tahun duka cita. Ya Rasul salam alaika, Ya Nabi salam alaika, Ya Habib salam alaika, Salawatullah alaika…
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Ingatlah ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pergi ke Thaif untuk menyiarkan agama Allah. Bukan saja dakwah beliau ditolak, bahkan penduduk Thaif berbaris di jalan-jalan yang dilalui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Mereka berteriak, mencaci, mencerca, menghina, mendustakan, dan mengancam beliau sambil melempari batu, kerikil, dan pasir kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dengan kaki yang terluka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun berjalan terseok-seok. Bahkan diriwayatkan, beliau terpaksa merangkak sambil terus diejek, ditertawakan, dan dicaci maki dengan perkataan yang kasar serta keji. Ya Rasul salam alaika, Ya Nabi salam alaika, Ya Habib salam alaika, Salawatullah alaika…
Ingatlah pula ketika di perang Uhud Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dilempar potongan besi oleh Utbah bin Abi Wagas sehingga terluka wajah dan copot salah satu gigi depan beliau. Ibnu Qam’ah juga melempar potongan besi yang masuk menembus bagian dalam pipi beliau dan ketika dicabut oleh Abu Ubaidah dua gigi beliau ikut tanggal.
Abdullah bin Syihab melempar batu sehingga dahi beliau luka parah. Ketika melangkah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terjatuh ke dalam lobang yang digali oleh Abu Amir dan beberapa saat beliau pingsan. Ali ra dan Talhah segera menolong, beliau tersadar dan dapat berdiri tegak kembali.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Di tengah peperangan, Ibnu Qam’ah yang mengira telah membunuh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, padahal yang ia bunuh adalah Mus’ab bin Urnair, dengan lantang berteriak-teriak “Muhammad telah terbunuh!”.
Lalu, timbul keguncangan hebat dalam pasukan muslimin. Sabit bin Dandah tampil menenangkan pasukan, “Jika betul Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mati terbunuh, biarlah beliau mati. Akan tetapi Allah jualah yang tidak akan mati selama-lamanya. Berpegang kokohlah pada agamamu. Allah sendirilah yang akan menolong dan memberi kemenangan.”
Ketika perang Uhud usai, Abu Sufyan dengan congkaknya berkata, “Apakah Muhammad masih hidup? Apakah Abu Bakar masih hidup? Apakah Umar masih hidup? Sungguh mereka telah mati terbunuh. Bila belum maka jawablah saya. Menanglah agama Hubal, mulialah agama Hubal. Bagi kita ada Uzza, dan bagi kamu tidak ada Uzza. Hari Uhud ini adalah balasan atas hari Badar”.
Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyuruh Umar untuk menjawabnya, “Allah penolong kita, dan tidak ada penolong bagimu. Tidak sama hari ini dengan hari Badar. Kematian kita di surga dan kematian kamu di neraka”.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Sekarang kita mengalami, merasakan, menyaksikan bencana banjir, longsor, gempa bumi, entah apa lagi bencana alam yang akan menimpa kita. Kita pun tidak tahu kapan ini semua akan berakhir, yang kita tahu Allah Maha Penolong. Yang kita tahu Allah menggerakkan hati hamba-hamba-Nya untuk menolong sesama. Saat ini kita menolong sesama, kali lain kita yang ditolong sesama.
Menyerahkah kita kepada bencana yang datang? Berputus asakah kita pada keadaan ini? Tidakkah hati ini dapat ridha akan qada qadar Allah? Ya Rasul salam alaika, Ya Nabi salam alaika, Ya Habib salam alaika, Salawatullah alaika…
Kalau menyimak berbagai ujian terdahulu, cobaan ini tidak berarti dengan apa yang pernah dialami Rasul…
Ampuni kami Ya Allah… Berkahi kami Ya Allah… Jadikan bencana ini penyebab bertambah dekatnya kami kepada-Mu, dan menjadi pembuka serta penambah berkah-Mu. Amin. (T/R1/E01).
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati