Oleh : Ust. Ali Farkhan Tsani,S.Pd.I., Da’i Lembaga Bimbingan Ibadah dan Penyuluhan Islam (LBIPI) Ponpes Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar.
Bencana gempa bumi bergantian dari Cianjur, Garut hingga Sukabumi.
Gunung Semeru mengeluarkan lava pijar dan hujan debu yang menyapu desa-desa di bawahnya, membuat sebagian warga mengungsi.
Bencana banjir akibat hujan lebat saat cuaca ekstrem melanda beberapa daerah hingga menenggelamkan jalanan dan rumah-rumah warga. Aktivitas kegiatan harian pun sebagian terhenti.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Tentu itu semua bukan sekedar bencana alam. Namun menunjukkan adanya kekuasaan Allah. Bahwa semuanya tidak lepas dari ketetapan Allah, semua sudah tercatat di Lauhul Mahfudz.
Sebagaimana Allah berfirman :
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ ٢٢
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ ٢٣
Artinya : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al-Hadid [57]: 22-23)
Di dalam Tafsir Al-Quran Kementerian Agama dijelaskan, pada Surat Al-Hadid ayat 22 Allah menerangkan bahwa semua bencana yang menimpa di permukaan bumi, seperti gempa bumi, banjir dan bencana alam lainnya, termasuk kecelakaan, penyakit dsb, semuanya telah ditetapkan di Lauh Mahfudz, sebelum Allah menciptakan makhluk-Nya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Hal itu menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di alam semesta ini yang luput dari pengetahuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Selanjutnya, pada Surat Al-Hadid ayat 23 menjelaskan, bahwa semua peristiwa yang terjadi di permukaan bumi ini sudah ditetapkan Allah, agar manusia bersabar menerimanya.
Karena itu kita janganlah terlalu bersedih menerima musibah yang menimpa. Sebaliknya jangan pula terlalu bergembira berlebihan hingga sombong dan bangga diri menerima sesuatu yang menyenangkan.
Sikap yang terbaik adalah bersabar dalam menerima bencana dan musibah, serta bersyukur atas setiap karunia dan nikmat yang dianugerahkan-Nya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Begitulah, ibarat roda kendaraan, sewaktu-waktu di atas, lain saat di bawah. Berputar mengitari porosnya secara bergantian. Bila saatnya harus di atas, ia pun akan di atas. Waktu gilirannya turun, ia pun harus turun memenuhi kodratnya.
Demikian halnya kehidupan, suka dan duka silih berganti menimpa hamba-hamba-Nya. Susah dan senang bagaikan dua sisi yang berhadapan susul-menyusul. Berhasil dan gagal kerap saling bertukar tempat dalam putaran waktu yang sangat cepat.
Hal ini memberikan pelajaran kepada hamba-hamba pilihan-Nya agar memakai pakaian syukur ketika berada di atas kesuksesan dan kesukacitaan. Sebaliknya mengenakan baju sabar bila sedang ditimpa duka cita, dirundung malapetaka dan diterpa badai bencana. Semua ujian itu kita kembalikan kepada Allah Sang Maha Pencipta, tempat kembali kita.
Di dalam Al-Quran Allah mengingatkan:
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٥
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ ١٥٦
اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ ١٥٧
Artinya : “Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah [2]: 155-157).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menyebutkan di dalam sabdanya :
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya : “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR Muslim).
Kita pun patut mengambil hikmah di balik bencana yang datang. Bahwa adanya bencana dahsyat yang terkadang di luar prediksi manusia menunjukkan akan adanya kekuasaan Allah dan betapa lemahnya manusia.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Bencana bisa bermakna teguran dan peringatan dari Sang Pencipta agar kita sebagai hamba-hamba-Nya segera bertobat atas segala dosa dan mengakui kebesaran-Nya.
Bencana juga mengandung hikmah, bahwa Allah berkehendak menjadikan hamba-hamba-Nya agar tersadar untuk kembali pada ajaran-Nya serta bersimpuh meningkatkan ibadah di hadapan-Nya, mumpung masih diberi waktu.
Dengan bencana pula Allah berkenan menjadikan manusia-manusia pilihannya sebagai hamba-hamba yang dicintainya, bila mereka mampu menerimanya dengan penuh kesabaran.
Firman Allah menyebutkan :
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
وَكَاَيِّنْ مِّنْ نَّبِيٍّ قٰتَلَۙ مَعَهٗ رِبِّيُّوْنَ كَثِيْرٌۚ فَمَا وَهَنُوْا لِمَآ اَصَابَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَا اسْتَكَانُوْا ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ ١٤٦
Artinya : “Betapa banyak Nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat, dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran [3]: 146).
Semoga Allah memberikan kekuatan lahir batin kepada kita dalam menghadapi hidup dengan penuh rasa syukur dan sabar. Aamiin. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat