Tel Aviv, MINA – Anggota Kabinet Perang Israel Benny Gantz, Sabtu (18/5), mengatakan rencana komprehensif harus dirumuskan paling lambat tanggal 8 Juni atau dia akan meninggalkan pemerintahan koalisi Benjamin Netanyahu, Anadolu Agency melaporkannya.
Rencana tersebut harus mencakup “merusak kekuasaan Hamas dan menjamin pembebasan para tawanan yang ditahan di Jalur Gaza,” katanya saat konferensi pers.
“Pergeseran strategis diperlukan, bukan buang-buang waktu. Kita perlu menetapkan strategi nasional alternatif,” tambahnya.
Gantz mendesak Israel untuk menciptakan mekanisme pemerintahan sipil internasional untuk Gaza, termasuk elemen Amerika, Eropa, Arab dan Palestina yang juga akan menjadi dasar bagi alternatif masa depan yang bukan Hamas dan bukan (Presiden Otoritas Palestina) Abbas.”
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
“Waktunya telah tiba untuk mengambil keputusan yang menentukan,” ujarnya, dan berbicara kepada Netanyahu, dengan mengatakan, “Jika Anda siap melakukan apa yang diperlukan dengan memprioritaskan jalur nasional daripada jalur pribadi, kami akan melanjutkannya bersama. Jika Anda lebih memilih jalur pribadi, kami akan meninggalkan pemerintahan.”
“Pertimbangan pribadi dan politik sudah mulai merambah ke tempat maha suci keamanan nasional Israel. Sekelompok kecil minoritas telah merebut jembatan kapal Israel dan mengemudikannya menuju perairan dangkal berbatu,” kata Gantz.
Kantor Netanyahu menjawab tuntutan Gantz berarti diakhirinya perang dan kekalahan bagi Israel, meninggalkan sebagian besar sandera, membiarkan Hamas berkuasa, dan pendiriaan negara Palestina.
“Perdana Menteri Netanyahu bertekad untuk melenyapkan batalyon Hamas. Dia menentang masuknya Otoritas Palestina ke Gaza dan mendirikan negara Palestina yang pasti akan menjadi negara terror,” tambahnya.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Israel melanjutkan serangan brutalnya di Gaza meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Lebih dari tujuh bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Israel dituduh melakukan “genosida” di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan Tel Aviv untuk memastikan pasukannya tidak melakukan tindakan genosida dan mengambil tindakan menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza. []
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)